Jumat, 25 November 2022

Sense of Crisis

by Erizeli Jeli Bandaro ASIA ditengah ancaman krisis keuangan. Kalau baca data dan tren market di pasar uang. Tanda tanda sejarah berulang seperti tahun 1998 akan terjadi. Karena dulu juga tahun 98, ditandai dengan suku bunga meroket akibat ulah the Fed naikan suku bunga. Sama seperti tahun 98, ditengah kenaikan suku bunga, berkembang pasar uang “ arbitrage trade. Apa itu? perdagangan surat berharga. Tetapi yang diperdagangkan adalah suku bunganya. Jadi main diperubahan suku bunga doang. Tentu itu terjadi diantara dua pihak. Lebih gila lagi, ada yang berani lawan suku bunga tetap dengan suku bunga floating. Nah karena spread nya kecil, mudah sekali jatuh. Tetapi mudah sekali untung besar. Dan memancing orang untuk terus berhutang dengan masuk ke pasar SWAP. Lama lama tanpa terasa aset yang digadaikan habis begitu saja. Keadaan tersebut mewabah karena banyak korporat stress mikirkan bayar bunga yang terus merangkak dan berusaha mengelola resiko lewat transaksi future arbitrage trade itu. Lama lama mereka masuk perangkap hedge fund player. Maka cerita akan berujung kepada kebangkrutan. Kasus Credit suisse , bank yang dikenal paling prudent, terjerembab. Itu akibat banyak nasabahnya yang sebagian besar korporat tambang terjebak dalam artbitrage trade, dan lucunya Credit Suisse juga ikut memfasilitasi. Dampaknya sangat luas sekali terhadap kurs mata uang di berbagai negara. China sudah jatuh 11% mata uangnya. Yen, Jepang sudah jatuh 26%. Rupiah sudah lewati ambang psikologis, 15,000 Up. Bayangin aja, negara besar seperti China dan Jepang bisa kena imbas. Itu artinya sangat besar sekali pengaruh kenaikan suku bunga the fed, terutama mendorong pasar arbitrage trade berkembang lewat berbagai skema. Saya yakin beberapa bank yang keliatan baik baik saja, sebenarnya mereka rapuh atau kena flue. Dan hebatnya, sekali satu bank kena oleng, bank lain akan ikut jatuh. Maklum antar bank itu terikat utang piutang juga. Ini akan berdampak sistemik. Cepat sekali jatuhnya, seperti teori domino. Mengapa ? karena pasti disaat krisis akan terjadi moral hazar, orang memanfaatkan peluang dari krisis itu untuk dapatkan advantage. Para fund manager dan analis tidak bisa membayangkan, apakah krisis ASIA yang akan terjadi lebih buruk dari tahun 1998 atau sama atau akan baik baik saja. Bayangan ketidak pastian itu sangat menakutkan. Aneh aja, kalau para elit politik masih aja sibuk ngelus capres dan bicara koalisi yang pemilu masih dua tahun lagi. Mari focus kepada persatuan dan kesatuan bangsa. Hanya itu modal kita menghadapi krisis kalau badai tornado datang. Kalau engga, bisa bubar NKRI. Mari hidupkan sense of crisis. Udahan korupsinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar