Sabtu, 26 November 2022

Membangun by design.

by Erizeli Jeli Bandaro Di China banyaknya industri hilir berkembang karena industri hulu sebagai pemasok bahan baku untuk pharmasi, kimia, otomatif, alat berat, tekstil, agro, dan lain lain disubsidi negara. Ada pemeo. Buku telp pabrikan China selalu jadul. Karena Data resmi industri dan manufaktur China kalah cepat dengan perkembangan di lapangan. Artinya begitu pesatnya perkembangan industri dan manufaktur China. Bayangkan. China tidak punya banyak sumber daya migas. Namun industri hulu migas sangat luas. Kalah jauh indonesia sebagai penghasil Migas. Mereka tidak punya kebun sawit tapi downstream CPO sangat luas dan maju. Sehingga bahan baku untuk plastik, karet sintetik, poliester ( tekstil dan lain lain sangat murah. Tapi berkembangnya industri hilir bukan hanya karena bahan baku murah tetapi juga faktor dukungan riset yang luas dan tepat guna. Sehingga siapa saja bisa mengakses peluang bisnis. Lembaga Riset China itu sangat banyak dan beragam. Melalui Chinese Academy of Science (CAS) yang memiliki 104 institusi riset, sekitar 400 perusahaan spin-off, 13 kantor cabang, 47 pusat ilmu pengetahuan teknik, 13 kebun raya, 26 herbarium, dan 89 laboratorium berstandar internasional yang tersebar diberbagai wilayah di China. Anggaran riset China termasuk raksasa. Tahun 2018 mencapai USD468 miliar (Rp6.804 triliun). Bandingkan Indonesia tahun 2021, anggaran riset hanya Rp30,8 triliun. Makanya downstream CPO kalah sama Malaysia. Dengxioping bapak reformasi ekonomi China pernah berkata pada awal dia berkuasa “ Negara modern adalah negara yang dibangun berdasarkan riset. Dan itu adalah tanggung jawab kaum terpelajar. Para sarjana berada digaris depan dalam pertarungan peradaban mengangkat kemakmuran mereka yang tidak terpelajar. Kalau kaum terpelajar tidak pahami ini, maka perang melawan kemiskinan tidak akan dimenangkan. Masalahnya di Indonesia, subsidi itu menjadi alat politik populis akibat kegagalan pemerintah mengelola sumber daya untuk kemakmuran. Apa yang terjadi? subsidi diberikan untuk konsumsi. Konyolnya lagi. Subsidi itu bersifat langsung dan dibakar begitu saja tanpa nilai tambah apapun. Dampaknya bukan hanya menghambat perkembangan industri, tetapi juga merusak mental kreatifitas, inovasi yang sangat diperlukan sebagai pra sarat negara modern. Apa penyebabnya? karena corruption mind para elite politik, yang membuat bangsa kita bangsa pecundang. Saya membuat pabrik mangkok dan piring dari bahan baku ampas singkong dan jagung. Berhasil berdiri tahun 2008 berkat dukungan riset China. Padahal sebelumnya saya berjuang lebih dua tahun dapatkan tekhnologi dari AS, gagal. Karena sangat mahal dan sulit mengaksesnya. China memberikan tekhnologi gratis dan mudah mengaksesnya. Kalau saya tetap di Indonesia tentu saya jadi pecundang. Tetapi saya tidak mau kalah dalam kebegoan. Saya dapatkan kemenangan itu di China.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar