Jumat, 25 November 2022

PETERSON

by Erizeli Jeli Bandaro Tahun 2012 saya bertemu dengan Peterson. Dia ingin bertemu dengan saya karena rekomendasi dari Fund manager first class di German. Dia adalah pendiri dari Blackstone Group. Saat itu saya tahu mereka mengelola 490 hotel di Asia Pacific dan 68.602 kamar di bawah Wyndham Hotels. Ternyata dia minta ketemu saya di cafe kecil di Bern. Ya saya ikuti saja. Saat kali pertama bertemu, dia agak lama tatap saya. “ Anda terlalu muda. “ Katanya. Saya senyum aja. Kami hanya berdua saja. Saya kenakan jacket musim dingin armeny. Celana denim hitam. “ Proyek di Pulau Hainan sudah baca business plan nya? “ ya sudah. “ “ Berapa anda mau mau CIP ( capital investment) ? katanya. Saya suka dia terus terang. Dia hanya perlu uang dan orang mau deal dengan dia karena kehebatan dia dalam mengelola jaringan hotel berkelas dunia. Yang jelas. tidak ada satupun hotel yang dia kelola rugi. Semua untung. “ 10%. “ kata saya. “ Cash? “ Tidak” “ Apa ? “ Saya tawarkan kepada anda. " Kata saya dengan menatap matanya. " Anda terbitkan MTN berbasis Aset. Saya akan beli 80% lewat 144A. Namun saya dapat 10% dari saham Holding anda tanpa hak istimewa.” Kata saya. Dia tatap mata saya dengan mata elang. Saya tenang saja. “ Deal “ katanya. Saya mau salami dia, tetapi dia menolak. Langsung pergi. Saya senyum aja. Kesokannya Esther bertemu dengan saya di Zurich “ Kamu apakan Peter? “ Engga diapa apain? Kata saya. “ Dia telp George. Dia kecewa deal dengan kamu. Tetapi dia tidak punya pilhan” Kata Esther. Saya angkat bahu. Salah saya dimana? “ B, jangan boongin saya. Kamu block market MTN dia. “ “ Ah itu hanya bisnis. Engga ada yang maksa dia deal dengan saya” “ Kamu jangan pura pura lugu. Kamu predator. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit. Katanya stroke ringan” “ Salah saya dimana ? “ ya jelas kamu salah! Teriak Esther ke saya." CDS dia kamu kuasai. Engga ada yang berani bid kecuali kamu" “ Esther, saya orang miskin. Separuh usia saya terhina dan terlupakan keramaian. Tidak ada yang peduli saya. Kalau saya polos polos aja, saya akan berujung di jalanan. Jadi gembel. Bahkan mungkin saya tidak punya sahabat seperti kamu. Tidak ada harga di hadapan istri. Saya tidak punya kemewahan untuk memilih yang ideal, Ya mau diapain. Itulah hidup saya. “ Kata Saya. Esther marah dan bully saya. Dia pergi tinggalkan saya. Salah saya dimana? Saya pergi ke luar hotel. Tujuan saya ke Bar untuk minum. Sedang asik minum di table. Ada wanita mendekati saya. “ Anda sndirian.” “ Ya” “ Mau saya temanin Euro 50 perjam. Kalau terus ke kamar hotel Euro 500. Saya tatap dia sekilas Lumayan cantai. “ Saya bayar Euro 500. Tugas kamu terima saya bully. Diam saja. Mau? “ Mau lah. Tak penting di bully asalkan dapat uang. Untuk apa di puji dan dibelai kalau bokek. Silahkan bully. Tetapi mana uangnya dulu? Saya keluarkan uang dari dompet Euro 500 dan serahkan ke dia. Ya udah saya bully dia. Tapi namanya saya ubah jadi Esther. Bahasa yang saya gunakan bahasa minang. 2 jam berlalu. Puas gua. “ Ini euro 500 kekurangannya dan sisanya tip kamu. Bye..” Kata saya. Pulang dah. Di jalan saya telp George " Urus settlement akuisisi saham Blackstone. Pastikan selesai dalam bulan ini? " Siap B" Saya termenung. Apa beda saya dengan PSK?.. Sama aja. Sama sama cari uang dan mau saja di bully. Orang yang bernmoral memang punya alasan membully. Sementara kami tidak punya alasan moral, Saya predator dan wanita itu PSK.. Kami hanya berusaha survival diatas kehidupan yang tidak ramah. Silahkan bully asalkan tidak bokek. Itu aja. Di jalan ke hotel dapat telp dari Istri. " Papa.." " Ya mah" " Papa minum ya." " Ya mah sedikit." " Bego ya.Kapan mau berubah. Bego, di luar negeri pakai mabok. Kalau tepar siapa yang urus" " Ya mah.." " Cepat pulang. Lusa udah di rumah. Ngerti ? " Ya mah.." Tuh kan kena bully lagi gua. Salah semua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar