Kamis, 17 November 2022

CEO SIDC

 By Erizeli Jeli Bandaro

"B, maaf saya pamit langsung pulang ke Hong Kong “ Kata Wenny via Chat. Dari bandara Bali.

“ Ya hati hati ya.”
“ B, Risa kut panel untuk calon CEO SIDC holding. Kamu udah tahu.”
“ Udah.”
“ Ada masalah ? kata wenny.
“ Masalah apa ?
“ Dia datang temui akku. Dia mau mengundurkan diri dari panel.”
“ Kenapa ?
“ Dia tidak sanggup menanggung beban tanggung jawab secara personal kepada kamu. Dia mau pensiun aja.”
“ Oh gitu. OK terimakasih. Nanti saya bicara dengan dia.”
“ Good. Kamu harus luang waktu say hallo dia. Ini katanya udah lebih 2 bulan kamu tidak telp dia. Dia mau telp kamu dia takut.”
“ Takut kenapa ?
“ Ya engga tahu. Sebaiknya telp dia. Dia perlu kamu.”
“ OK.”

***

Saya telp Risa.

“ Sa , sehat ?

“ Eh ale. Kangen. AKu sehat ale”

“ Saya dengar dari Wenny kamu mau keluar dari panel CEO SIDC. Kenapa ?

“ Ale. Aku udah 56 tahun. Sebaiknya aku pensiu aja.’

“ Itu bukan jawaban atas pertanyaan saya. Kenapa ?

Risa diam saja.
“Dengar ya Sa. Kamu masuk panel CEO bukan intervensi saya. Itu sistem di SIDC sendiri yang tentukan. Kamu memang qualified.”

“ Terlalu berat tanggung jawab personal di hadapan kamu Ale. Saya bisa hadapi masalah besar apapun. Bahkan saya bisa menderita sebagai TKW lebih 10 tahun. Tapi tidak sanggup kalau dengar kamu marah sedetik saja. Apalagi CEO pasti sering berhubungan dengan kamu. Aku dengan rumor kamu sering marah dengan CEO. Ale, aku orang miskin. Apa yang aku terima sekarang lebih dari cukup. Izinkan aku pensiun ya..”

“ Dari awal kamu memang tidak pernah mau berkorban untuk saya. Saya maklum Sa..”

“ Ale, jangan bicara begitu. Sampai kini aku masih sendiri. Apa kurang cukup aku berkorban. Ale jangan marah..” Lisa menangis.

“ Ya udah kamu bisa pensiun. .” Kata saya.

“Ale…” risa menangis.

“Apalagi? kamu bisa pensiun sekarang. Kenapa nangis? Kamu minta pensiun aku sudah penuhi.” Kata saya keras.

“ Ale..” risa nangis.

“ Ya udah sa. Nanti kita bicara lagi. Tenangkan hati kamu.” kata saya matikan telp.

Salah saya dimana ? kenapa dia nangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar