Kamis, 15 Oktober 2015

Ini Jajaran Keluarga Paling Tajir di Asia

by Zulfi Suhendra
    Liputan6.com

Forbes merilis daftar terbaru keluarga paling kaya di Asia. Keluarga pemilik perusahaan elektronik Samsung asal Korea Selatan, Byung-Chull, ada di peringkat pertama sebagai keluarga terkaya di Asia.
Ada beberapa keluarga keluarga dirilis Forbes, seperti dilansir dari laman China Daily, Selasa (13/10/2015), ada 5 nama keluarga paling kaya dari keluarga daftar tersebut.
1. Lee (Byung-Chull)
Suksesnya Samsung menjadi salah satu perusahaan elektronik dunia tak terlepas dari peran dari keluarga pemiliknya, yaki Lee Byung-Chull. Berkat Samsung juga, keluarga ini menjadi yang paling kaya di Asia, dengan total kekayaan US$ 26,6 miliar.
2. Lee (Shau-kee)
© Lee (Byung-Chull), pemilik Samsung sebagai keluarga paling kaya di Asia. Lee (Byung-Chull), keluarga terkaya di Asia (China Daily)
Posisi keluarga kedua terkaya adalah Lee Shau-kee dengan kakayaan US$ 24,1 miliar. Keluarga ini kaya berkat perusahaan properti milik keluarga yakni Henderson Development yang berlokasi di Hong Kong.
3. Ambani
Keluarga Ambani adalah keluarga terkaya di India, dan menjadi yang paling kaya ketiga di Asia. Mereka menjalankan perusahaan konglomerasi yakni Reliance Group yang punya banyak anak usaha seperti Reliance Communications, Reliance Infrastructure dan lainnya. Karena itu, kekayaannya keluarga ini mencapai US$ 21,5 miliar
4. Chearavanont
Keluarga Chearavanont punya perusahan konglomerasi yang sangat besar bahkan termasuk salah satu yang paling besar di dunia. Keluarga asal Thailand ini menjalankan perusahaan yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan, pangan, dan ritel.
5. Kwok
Keluarga KWok punya kekayaan senilai US$ 19,5 miliar. Sumber kekayaannya berasal dari perusahaan Sun Hung Kai & Co, yang bergerak di bidang pembiayaan. Perusahaan ini punya lebihd ari 200 cabang dan kantor hingga ke Hong Kong, sedangkan perusahaannya ini berada di China Taiwan.


Rabu, 14 Oktober 2015

5 Profesi Mahal yang Layak ditekuni Sebagai Pilihan Karir

by Yodhia Antariksa
Ada dua keputusan yang paling krusial dalam menentukan nasib hidup kita. Yang pertama dengan siapa kita menikah. Yang kedua, profesi apa yang kita pilih sebagai pekerjaan. Jika kita “tepat” dalam menentukan dua keputusan itu, niscaya hidup yang gemah ripah loh jinawi bisa dilakoni.
Keputusan mengenai pilihan profesi karir mungkin lebih menentukan. Sebab jika “salah jalur” dalam memilih profesi, kita mungkin akan terjebak dalam “lost opportunities” hingga puluhan tahun, dan kelak ketika pensiun, kita bingung apakah masih sanggup membiayai keluarga.
Kalau saja kita bisa menekuni 5 Profesi Mahal berikut ini, mungkin kita bisa menghindar dari tragedi “bangkrut di saat memasuki usia pensiun”. Langsung saja kita telisik apa saja 5 Profesi Mahal tersebut.
Sejatinya, ada banyak profesi mahal yang layak ditekuni sebagai pilihan karir. Namun, kali ini kita akan fokus pada 5 Profesi saja. Berikut daftarnya.
Profesi Mahal # 1 : Sales Asuransi. Eitts, jangan meledek. Anda salah besar jika meremehkan potensi penghasilan agen penjual asuransi. Kalau cukup berhasil saja, profesi ini bisa memberi income 20 – 30 juta per bulan. Kalau sangat berhasil, unlimited income.
Sales asuransi biasanya mendapat komisi 30% dari premi yang bisa mereka jual. Jika mereka bisa menjual premi asuransi (asuransi pendidikan, misalnya) Rp 2 milyar per tahun, maka mereka bisa dapat komisi Rp 600 juta/tahun.
Bagaimana bisa menjual premi Rp 2 milyar/tahun? Kegigihan dan KREATIVITAS. Saya membayangkan blog, twitter dan facebook adalah kombinasi ampuh untuk menjual produk asuransi. Asal tahu strateginya.
Profesi Mahal # 2 : Business Public Speaker/Trainer. Para business public speaker top seperti Tung Desem, Hermawan Kartajaya dan Mario Teguh punya tarif bicara sekitar Rp 40 – 50 juta/dua jam.
Sementara pembicara/trainer bisnis yang lebih reguler punya tarif sekitar Rp 10 – 15 juta per dua jam. (Tetap gede, sebab gaji Anda sebulan juga belum tentu sebesar itu). Dapat order 3 kali saja dalam sebulan, mereka sudah bisa hidup nyaman.
Bagaimana bisa menjadi top public speaker? Rute paling cepat : menulis buku bisnis yang jadi best seller. Bagaimana bisa menulis buku bisnis best seller? Ya, rajin – rajin baca blog keren seperti Blog Strategi + Manajemen ini :)
Profesi Mahal # 3 : Fund Manager. Ini adalah orang yang mengelola reksadana. Atau orang yang menerima investasi dari nasabah, dan kemudian dikelola untuk membeli saham-saham/obligasi unggulan, sehingga bisa menghasilkan return yang paling optimal.
Fund Manager mendapat komisi dari persentase tertentu (biasanya 1%) dari total dana yang mereka kelola. Di tanah air banyak lembaga penyedia produk reksadana yang memiliki total dana kelolaan diatas Rp 1 triliun. Komisi 1 % berarti sama dengan Rp 10 milyar per tahun.
Untuk menarik dana calon nasabah, maka kinerja reksadananya harus bagus. Strategi investasi yang tepat dan riset ekonomi yang komprehensif adalah kunci untuk menghasilkan return (capital gain) yang mantap.
Profesi Mahal # 4 : Online Affiliate Marketing. Makna profesi ini simpel sebenanya : Anda membantu menjualkan produk orang lain secara online; dan kemudian mendapat komisi.
Karena online, maka produk yang bisa kita bantu promosikan, bukan hanya produk lokal, namun segala produk mancanegara yang ada di jagat maya yang maha luas ini. Produknya bisa macam-macam : bisa ebook, alat elektronik, kursus, perabot rumah tangga, hingga produk komestik seperti Oriflame.
Online affiliate marketer yang sukses bisa mendapat income Rp 20 – 30-an juta per bulan. Yang lebih sukses bisa ratusan juta per bulan.
Kunci sukses online affiliate marketer : punya konten web yang bagus dan bisa menarik banyak visitors. Membangun konten web yang bagus dan dikenal luas, bisa butuh waktu 2 – 3 tahunan. Tak ada jalan pintas menuju Roma.
Profesi Mahal # 5 : Fotografer. Ini hobi yang bisa menjadi ladang penghasilan yang menggiurkan. Fotografer pernikahan, fotografer keluarga, atau fotografer komersial (foto untuk iklan dan company profile) adalah mereka yang bisa mendapat bayaran tinggi untuk karya-karyanya.
Fotografer pernikahan yang lumayan bagus bisa mengenakan tarif Rp 10 juta untuk paket full (pre wedding dan seluruh seremoni pernikahan). Kalau tiap malam minggu dapat order; dalam sebulan ia bisa menghasilkan gross income Rp 40 juta.
Mutu fotografi dan pelayanan yang bagus bisa menjadi senjata promosi “gethok tular” (word of mouth) yang sangat efektif. Dan dalam dunia fotografer pernikahan, word of mouth promotion punya peran yang amat menentukan.
Demikianlah pilihan 5 Profesi Mahal yang layak ditekuni sebagai pilihan karir. Jika Anda sudah bekerja, 5 profesi diatas juga bisa jadi Pilihan Karir Kedua (karir berikutnya) dalam hidup Anda. Why Not?
Always remember this : Your Career will Determine Your Destiny.

Kamis, 08 Oktober 2015

8 Blog yang Menghasilkan Uang Milyaran Per Tahun

Blog dapat menghasilkan uang milyaran rupiah. Demikian menurut laporan Business Week yang menampilkan 13 blogger sukses. Walaupun dipublikasikan 2 tahun lalu, saya berpendapat laporan ini masih berguna dan siapa tahu bisa menjadi inspirasi, terutama bagi Anda yang ingin menjadi blogger profesional.
Dari 13 blog yang disebutkan majalah bisnis online terkemuka itu, saya memilih 8 blog yang menghasilkan uang satu milyar rupiah atau lebih per tahunnya. Selain itu, kedelapan blog sukses ini juga memiliki jumlah pengunjung harian yang mencengangkan.
Inilah kedelapan blog tersebut beserta profil singkatnya http://adf.ly/1PXCvE


4 Stocks Both Warren Buffett and George Soros Like

They have different ideas but several holdings in common -- all of which have gained

by: Holly LaFon
     gurufocus.com
October 07, 2015 | About: BRK.A +0% BRK.B +0% DTV +0% GM +0% VRSK +0% MDLZ +0%
George Soros (TradesPortfolio) and Warren Buffett (TradesPortfolio) have highly disparate investing philosophies: Buffett primarily buys U.S. stalwarts and holds for the long-term, while Soros made a billion dollars shorting the British pound. Sometimes the viewpoints of the two wildly successful money managers overlap though, and they end up buying into the same companies.
Buffett and Soros also maintain dissimilar portfolios. At second quarter-end, Soros’s family office, Soros Fund Management, held 252 stocks, with 86 new ones purchased in the quarter for 17% turnover and a total value of $9.6 billion. At the same time, Buffett’s Berkshire Hathaway (NYSE:BRK.A)(NYSE:BRK.B) also held 50 stocks, adding one new holding in the quarter, for turnover of 3% and total value of $109.5 billion.
Using the All-In-One Screener, the four positions the two gurus held in common at second quarter-end were: DirecTV (NASDAQ:DTV), General Motors (NYSE:GM), Verisk Analytics Inc. (NASDAQ:VRSK) and Mondelez International Inc. (NASDAQ:MDLZ).
DirecTV (NASDAQ:DTV)
Berkshire began building a Directv stake in third quarter 2011 and has not added new shares since fourth quarter 2014. Based on his average share purchase price he has an estimated gain of 66% on the holding at its Wednesday afternoon price of $94. Soros first purchased the stock in second quarter 2010, sold out in second quarter 2014, and restarted a position in fourth quarter 2014. He has been buying more shares of the company in each quarter since. The holding is 2.7% of Buffett’s and 0.7% of Soros’ portfolios.
Directv was incorporated in Delaware in 2009. The company is a provider of digital television entertainment in the U.S. and Latin America. Directv has a market cap of $47.18 billion; its shares were traded with a P/E ratio of 16.2 and P/S ratio of 1.42. Directv had an annual average earnings growth of 26.6% over the past five years.
General Motors Co. (NYSE:GM)
Berkshire first purchased GM in first quarter 2012 and has bought or sold the company since fourth quarter 104. He has an average gain of 18% based on Wednesday’s closing price of $33, and the holding of 41 million shares represents 1.25% of Berkshire’s portfolio. Soros began buying it earlier, in first quarter 2010, and most recently made a 75.5% reduction to the holding. He held 3,502,128 shares at quarter-end, reflecting 0.39% of the portfolio. He has an average gain of 5% on the holding.
General Motors Co. was incorporated as a Delaware corporation in 2009. General Motors Co. has a market cap of $52.29 billion; its shares were traded with a P/E ratio of 12.27 and P/S ratio of 0.36. The dividend yield of General Motors Co. stock is 4.0%.
Verisk Analytics Inc. (NASDAQ:VRSK)
Berkshire held 1,563,434 shares of Verisk Analytics, a position began in second quarter 2011 and not traded since third quarter 2012. It encompasses only 0.1% of the portfolio and has delivered a 75% average gain at a closing price of $81.22. Soros invested in the company beginning in first quarter 2010 and has not traded its shares since third quarter 2014. His average gain was about 34%.
Verisk Analytics Inc. was incorporated in Delaware in 1971. Verisk Analytics Inc. has a market cap of $13.68 billion; its shares were traded with a P/E ratio of 29.6 and P/S ratio of 7.21. Verisk Analytics Inc. had an annual average earnings growth of 17.9% over the past five years.
Mondelez International Inc. (NASDAQ:MDLZ)
Berkshire held 1,351,731 shares of Mondelez International, a position they had not changed since fourth quarter 2014 and which represents 0.6% of the portfolio. Berkshire had an average gain of 41% at a closing price of $44.33 per share. Soros holds 23,779 shares of Mondelez International, a 0.02% portfolio weight. He has not changed the position since second quarter 2011 and has an average 14% gain on the holding.
Mondelez International Inc. was formerly known as Kraft Foods Inc. Mondelez International Inc. has a market cap of $71.24 billion; its shares were traded with a P/E ratio of 34.9 and P/S ratio of 2.27. The dividend yield of Mondelez International Inc. stocks is 1.4%.
See more stocks bought by more than one guru at the all-in-one screener here.


Rabu, 07 Oktober 2015

Aplikasi Software Toko Bangunan

Bisnis Toko Bangunan Sangat komplek produknya, mengapa? karena banyak Item produk toko bangunan ada didalamnya. Pekerjaan pun tidak sedikit mulai dari stok barang,laporan keuangan,purna jual,hutang piutang dll.
Program aplikasi software toko bangunan ini hadir untuk membantu para Pebisnis toko Meterial  dalam merapihkan data item produk dan transaksi penjualan. Karena tidak sedikit yang kurang rapih dalam hal pencatatan maupun transaksi. IPOS40 pro merupakan solusi untuk para pebisnis Toko bangunan ketika melakukan pengecekan item produk,Cashflow, laporan piutang dan transaksi pembayaran konsumen.
Untuk Pemesanan Silahkan Menuju http://adf.ly/1PUqfR



 Paket  CD Program software usaha toko bangunan siyap saya kirim...!!! 
Berikut Fitur program IPOS40 aplikasi software usaha toko bangunan


  • Support barcode scanner
    software aplikasi toko bangunan  ini bisa dihubungkan melalui alat barcode sistem, support untuk semua merek dan type barcode, sehingga akan mempercepat transaksi penjualan di toko anda.apabila belum ada barcode juga tidak apa2.
  • Program bisa dihubungkan ke jaringan
    software aplikasi toko bangunan ini juga bisa terhubung via LAN(Local Area Network) untuk beberapa kasir didalam satu toko,jadi memudahkan untuk mengontrolnya
  • Melakukan penjualan eceran
    software aplikasi toko bangunan ini bisa untuk melakukan transaksi penjualan produk  eceran tunai (cash) di toko atau kredit (tempo)
  • Melakukan penjualan grosiran (partai)
    Untuk melakukan transaksi penjualan barang eceran tunai (cash) di toko atau kredit (tempo)
  • Multi user (bisa digunakan bersama-sama)
    software aplikasi toko bangunan ini bisa digunakan secara bersamaan dengan user yang berbeda beda, bisa diakses dari gudang(backoffice), kantor, maupun dari kasir depan secara bersamaan
  • Transfer barang dari pusat ke cabang
    Untuk mengirim data dari pusat ke cabang, ini digunakan jika toko mempunyai beberapa beberapa cabang 
  • Pembelian barang ke supplier
    Untuk Pemesanan stok barang yang ada digudang toko bangunan ke supplier secara cash maupun tempo
  • Pembayaran hutang dan piutang 
    Input transaksi pembayaran hutang ke supplier, maupun penerimaan pembayaran piutang dari pelanggan
  • Koreksi stok barang
    Memperbaiki stok barang yang ada digudang dengan stok barang yang ada di program software toko bangunan
  • Mencatat Pengeluaran (biaya operasional)
    Mencatat pengeluaran dan biaya yang dilakukan di toko bangunan
  • Otorisasi User
    Mengatur akses dari masing2 user ditoko bangunan berdasarkan tingkat dan jabatannya masing masing
  • Mencetak Laporan
    Mencetak berbagai macam jenis laporan, mulai dari laporan stok, laporan pembelian, laporan penjualan, dll


Untuk Pemesanan Silahkan Menuju http://adf.ly/1PUqfR

Selasa, 06 Oktober 2015

Inside The 2015 Forbes 400: Facts And Figures About America's Wealthiest

by Kerry Dollan and Luisa Kroll

Surging tech stocks upended ranks near the stratosphere of The Forbes 400 list of the Richest Americans this year. Amazon.com CEO Jeff Bezos and Facebook CEO Mark Zuckerberg both zoomed into the top 10 richest for the first time. Bezos, the biggest gainer on the list, up $16.5 billion in one year, is now the fourth richest American, worth $47 billion. Zuckerberg is number seven, with a net worth of $40.3 billion. A rise in Nike shares lifted founder Phil Knight, age 77, back into the top 20 for the first time in 18 years.
It was harder than ever to join The 400. The price of entry this year was $1.7 billion, the highest it’s been in the 34 years that Forbes has tracked American wealth. Last year it took $1.55 billion to make the cut. Because the bar is so high, 145 U.S. billionaires missed the list.
Bill Gates is the richest American for the 22nd year in a row, with a net worth of $76 billion. His stake in Microsoft, which he cofounded 40 years ago, now accounts for just under 13% of his fortune. His friend Warren Buffett, chief executive of Berkshire Hathaway, occupies the number two spot on The 400 (he’s been ensconced there since 2001), with a net worth of $62 billion. Larry Ellison, chairman of business software firm Oracle, comes in at number three, with a net worth of $47.5 billion. In percentage terms, Travis Kalanick, founder of ride-hailing service Uber, gained the most, doubling his fortune since last year to $6 billion. Investors have valued Uber – which has faced plenty of controversy around the world – at more than $50 billion.
There are 25 newcomers to The Forbes 400, including Evan Spiegel, the youngest person in the ranks, and the youngest billionaire in the world. Just 25 years old, the Stanford University graduate cofounded mobile messaging app SnapChat with Bobby Murphy, just 27 and also a newcomer.  Snapchat has been valued by investors at $16 billion. Other newcomers include private equity titan Robert Smith, the second-richest African-American, after Oprah Winfrey; and the three cofounders of rental-accommodations service Airbnb: Nathan Blecharczyk, Brian Chesky and Joe Gebbia.
Altogether the 400 wealthiest Americans are worth $2.34 trillion, up $50 billion from a year ago. The average net worth of list members is $5.8 billion, $100 million more than last year and a record high. About half – 202 of the 400 –  are worth more now than they were a year ago, while 119 people from last year’s list had lower net worths this year. Thirty-five people fell off the list, either because their fortunes dropped or they couldn’t keep up with the rest. Our estimates are a snapshot of the wealthiest Americans’ net worth on Sept. 11, when we locked in numbers and rankings. Some of The Forbes 400 become richer or poorer within weeks, even days, of publication. In rare instances, someone passes away after we’ve gone to press with the ranks. That’s what happened this year with legendary investor Richard Rainwater, who died of a rare neurodegenerative disease, something he’d been battling since 2009.
We track those changes online at forbes.com/forbes-400. That’s also where you can find more information on list members, including additional photos, videos and coverage of these influential billionaires.
Acknowledgments Special thanks to Orbis by Bureau van Dijk, Privco, LW Hospitality advisors Real Capital Analytics, Center for Responsive Politics, factset and all those listed below who helped us with our reporting and valuations: Eric Anton, HFF; Jim Barrett, C.L. King & Associates; Brown Harris Stevens; Ron Buss, Buss-Shelger Associates; Jim Butler, Chairman Global Hospitality Group of JMBM; CBRE; Center for Responsive Politics; S. craig Cognetti, Grail Partners; Costar; Jeff Davis, Fairway Advisors; Paula del Nunzio, Chris DeNicolo, Standard & Poor’s Ratings Services; Cushman & Wakefield; Factset; Truman Fleming, Platinum Real Estate Professionals; Ronald M. Gold, Ronald M. Gold, Inc.; Green Street Advisors; Bjorn Hanson, professor, New York University Preston Robert Tisch Center for Hospitality and Tourism; Jones Lang LaSalle; Kevin Kamen, Kamen & Company Group Services; David Kusin, Kusin & Co.; Adam Lasoff, Cushman & Wakefield; Cliff Leimbach, IHS; Daniel Lesser, LW Hospitality advisors; David Loeb, RW Baird; Phil Mahoney, Newmark Cornish & Carey; Marcus & Mililchap; Matthew Galvin, Morningstar Golf & Hospitality, LLC; Jack McCabe of McCabe Research and Associates; Jonathan Miller, Miller Samuel Real Estate Appraisers & Consultants; Tom McGovern, Cushman & Wakefield; Orbis by -Bureau van Dijk; Ian Peck, Art Capital Group; Clayton Press, Linn Press Art Advisory Services; Privco; PropertyShark; Real Capital Analytics; Naveen Sarma, Standard & Poor’s Ratings Services; Julia Segal, Bold New York; Dylan Singh, Standard & Poor’s Ratings Services; S&P Cap IQ; Staffing Industry Analysts; Stephen Algermissen, Colliers; Steven Khalilzadegan, Savi Realty; Steven Frankel, Dougherty & Company; Stifel; Matthew Tarpley, cushman & wAKEFIELD; Norma Toering and Josh Toering, Charlemagne International Properties; Trepp;  Brian Tunick, RBC Capital; Betsy Van Hees, Wedbush Securities; Greg Wasik, Los Angeles Valuation Group; Bridget Weishaar, Morningstar; Jeff Woolson, CBRE; Peter Zalewski, Cranespotters.
The Forbes 400 Team Editors: Kerry A. Dolan and Luisa Kroll with Abram Brown and Nathan Vardi
Reporters: Dan Alexander, Agustino Fontevecchia, Chris Helman, Max Jedeur-Palmgren, Alex Morrell, Andrea Murphy, Chase Peterson-Withorn, Jane Roberts, Katia Savchuk, Chloe Sorvino, and Jennifer Wang
Research: Sue Radlauer
Additional Reporting: Kurt Badenhausen, Keren Blankfeld, Erin Carlyle, Kathleen Chaykowski, Liyan Chen, Grace Chung, Daniel Fisher, Russell Flannery, Miguel Helft, Ellen Huet, Alex Konrad, Ryan Mac, Zina Moukheiber, Joann Muller, Clare O’Connor, Robert Olsen, Parmy Olson, Natalie Robehmed, Samantha Sharf, Brian Solomon, Michela Tindera, Glenda Toma, Kate Vinton
 Photo Research: Merrilee Barton, Gail Toivanen, Kristine Smith
Database Management: Dmitri Slavinsky, Louie Torres, Kyle Rogers, Ken Barney
Designers: Nina Gould, Kai Hecker, Emma Choi, Irwin Hou
Product: Ariana Santana, Audrea Soong, Andrea Spiegel
Producer: Natalie Sportelli, Daniel Kleinman
Video: Greg Andersson, Kelly Appleton, Meg Christensen, Dikenta Dike, Chad McClymonds, Kiernan Meadows, Brian Petchers, Tim Pierson, Will Sanderson, Taylor Soppe, Morgan Sun, Kirsten Taggart and Amanda Tallini
Methodology This is the 34th year of the flagship Forbes 400. Even though we’ve been at it a long time, it’s always a challenge. Our reporters dig deep. This year we started with a list of more than 600 individuals considered strong candidates and then got to work. When possible we met with Forbes 400 members and candidates in person or spoke with them by phone. We also interviewed their employees, handlers, rivals, peers and attorneys. Uncovering their fortunes required us to pore over thousands of SEC documents, court records, probate records and Web and print stories. We took into account all types of assets: stakes in public and private companies, real estate, art, yachts, planes, ranches, vineyards, jewelry, car collections and more.
We factored in debt. Of course, we don’t pretend to know what is listed on each billionaire’s private balance sheet, although some candidates did provide paperwork to that effect. Some billionaires presiding over private companies were happy to share their financial figures, but others were less forthcoming.
Recommended by Forbes


USAAVoice: 4 Times When A 401(k) Plan May Not Make Sense
Description: http://i.forbesimg.com/media/gap/brandvoice_color.png
To value these businesses, we couple revenue or profit estimates with prevailing price-to-revenue or price-to-earnings ratios for similar public companies. We didn’t include dispersed family fortunes. Those appeared on our list of America’s Richest Families, which came out in July. We did include wealth belonging to a member’s immediate relatives if the wealth could be traced to a single living person. In that case you’ll see “& family” on the list.





Minggu, 04 Oktober 2015

Ellen May


Ellen May


Pelajaran Emas dari Kisah Sukses Li Ka-Shing

 
101572722-li-ka-shing.1910x1000
Saya tertarik dengan seseorang yang bernama Li Ka-Shing. Ia adalah orang yang saat ini menduduki posisi pertama dalam daftar orang terkaya di Asia versi majalah Forbes. Setelah mempelajari berbagai referensi dan berita mengenai bagaimana Li Ka-Shing bisa memperoleh sukses luar biasa seperti sekarang ini, saya ingin membagikan beberapa hal untuk kita pelajari bersama.
Masuk dalam daftar orang terkaya di dunia bukanlah sebuah kesuksesan yang bisa diperoleh dalam satu malam. Perlu kesabaran, keuletan, pengetahuan, serta perencanaan yang matang. Tidak semua orang bisa menduduki posisi ini, tapi percayakah Anda bahwa kita memiliki kans untuk menjadi salah satu orang terkaya di dunia? Saya percaya, Anda dan saya bisa menjadi hebat secara finansial jika kita terus berusaha dengan tekun dan cerdas.
Li Ka-Shing tidak berasal dari keluarga kaya. Saat ia masih berumur belasan tahun, ia terpaksa berhenti sekolah demi bekerja mencukupi kebutuhan keluarganya. Ia mulai bekerja sebagai buruh di pabrik plastik. Ia bekerja selama 16 jam sehari. Bayangkan seperti apa rasanya jika kita harus bekerja 16 jam dalam sehari selama tujuh hari seminggu! Bertahan hidup dari gaji rutin yang ia terima sebagai buruh pabrik tidak memuaskan hasrat hidupnya. Ia kemudian membuka usaha pabrik plastik sendiri dengan pinjaman modal yang ia dapatkan dari relasinya. Li Ka-Shing mengembangkan bisnisnya hingga ke ranah global. Ia mengekspor produknya ke negara barat dan membuahkan keuntungan yang luar biasa besar.
Li Ka-Shing tidak berhenti mengembangkan perusahaannya. Selain pabrik plastik, ia memperluas bisnisnya ke berbagai jenis usaha yang lainnya seperti real estate, elektronik, ritel, hingga internet dan teknologi komunikasi. Oleh majalah Forbes, Li Ka-Shing menempati urutan ke-17 miliarder dunia dan urutan pertama orang terkaya di Hong Kong (2015).
Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain adalah kunci keberhasilan Li Ka-Shing. Dalam berbagai kesempatan, Li Ka-Shing seringkali menasehatkan supaya kita memperlakukan orang lain dengan baik. Saya sangat setuju dengan hal ini. Kualitas kita dalam membangun hubungan dengan orang lain akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Makin banyak koneksi yang kita miliki, semakin besar peluang kita untuk berhasil.
Li Ka-Shing juga suka belajar dari buku-buku yang ia miliki. Bukan hanya membaca saja, tapi ia suka membagikan pelajaran dari buku yang ia baca. Saya secara pribadi suka mengajarkan tips-tips sukses dan membagikan pengalaman hidup saya pada banyak orang. Saya senang ketika saya bisa menjadi inspirasi sukses bagi orang lain. Jika Anda memiliki blog atau website sendiri, Anda bisa mencoba membagikan isi buku yang Anda baca atau pengalaman hidup Anda pada orang lain. Anda akan merasakan hidup Anda lebih bahagia saat Anda tidak menyimpan pengetahuan itu untuk Anda sendiri.
Li Ka-Shing juga mengajarkan supaya seseorang mengembangkan kemampuan untuk menjual. Kemampuan menjual membuat kita memiliki relasi yang banyak dan semakin peka dengan kebutuhan pasar.
Perencanaan yang matang, disiplin, dan fokus juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan Li Ka-Shing.
Ada satu hal yang lagi yang menarik untuk kita pelajari. Sopir Li Ka-Shing adalah orang yang sukses dan menjadi kaya karena belajar dari tuannya. Ketika sopir tersebut pensiun, ia menolak hadiah perpisahan sebesar HKD 2 juta (sekitar 3,5 miliar Rupiah) karena ia sudah memiliki tabungan sejumlah 10 kali lipat dari hadiah yang ditawarkan kepadanya.
Sopir yang hanya memiliki gaji tak seberapa bisa memiliki dana pensiun sendiri yang sangat besar. Anda tahu apa rahasianya? Ketika ia mengantarkan Li Ka-Shing, ia mendengarkan percakapan bisnis tuannya mengenai saham apa yang layak untuk dibeli. Dimanapun Li Ka-Shing membeli tanah, ia membeli sepotong kecil di daerah yang sama. Saham apapun yang tuannya beli, ia beli juga.
Jika sopir Li Ka-Shing bisa menjadi orang kaya dan tak lagi membutuhkan tunjangan, saya percaya Anda juga bisa! Saya mengajak Anda untuk mengambil langkah awal untuk menjadi orang yang sukses secara finansial. Belajarlah dari sekarang. Saat ini adalah saat yang tepat untuk mengalami keajaiban pelipatgandaan aset melalui saham. Peluang ada di depan mata, namun hanya yang siaplah yang bisa memanfaatkan peluang tersebut. Ayo persiapkan diri Anda dengan ilmu berinvestasi saham dengan benar. Ikutilah seminar SMART TRADER RICH INVESTOR yang akan diadakan di Medan, 04 Oktober 2015 oleh Ellen May Institute. Whatsapp ke 082327229009 untuk informasi lebih lanjut.
Jika saya Ellen May bisa, Anda juga bisa memulai investasi ! Salam profit
web-bn-medan