Selasa, 22 November 2022

Cara Elite Berbisnis

by Erizeli Jeli Bandaro Kisah imajiner. ( Khusus untuk orang dewasa) Dalam satu pertemuan. “ Bro, karena adanya tekhnologi baru, produk jasa saya hanya masalah waktu akan sunset. Habis saya.” Kata Baskoro kepada tmeannnya elite politik. “ Saya juga sama. “ Kata Fakri” Bisnis kita kan sama.” Lanjut Fakri. “ Saya juga. Apes. Bisa engga tekhnologi itu dihadang oleh pemerintah. “ Kata Doni. “ Engga bisa dihadang. Itu akan melanggar ITU dalam kuridor WTO.”Kata elite Partai. “ Gini aja. Saya ada solusi” Kata Baskoro. Semua siap menyimak. Karena Baskoro yang paling muda dan pintar. “ Kita transfer aja aset kita ke BUMN. Ya kita tranfer lambat lambat lewat kemitraan bagi hasil. Dengan demikian hutang kita juga ikut ditransfer. Setelah itu kita exit. Biarkan market bursa yang jebol” “ Tetapi itu bicara angka ratusan triliun.” Kata elite partai. “ Tentu. “ Kata Baskoro Elite partai terdiam. Seakan berpikir. “ Kalian masuk saja dulu dalam politik. Kamu baskoro, dukung partai Abunawas. Kamu fakri, dukung partai Brotus. Dan kamu, Doni dukung partai Charli. Tentu kalian harus bawa duit untuk sumbang pemilu. Setelah itu, tinggal kalian atur ritme permainan. Siapa yang dukung calon pemenang dan siapa yang kadalin partai. Nanti setelah Pemilu, dua dari kalian jadi menteri, satunya tetap di luar. Jadi engga keliatan permainannya. Main cantik lah. Mau? Kata elite partai. Semua mengangguk dengan tersenyum. *** Usai pemilu. Baskoro jadi Menteri urusan liburan. Dan Fikri jadi menteri urusan teri. Doni jadi ketua team ahli Presiden. Setelah menjabat mereka bingung. Karena menteri urusan duit engga setuju. Itu melanggar UU asset negara. “ Ya suruh aja anak perusahaan BUMN yang handel. Anak perusahaan kan secara hukum bukan BUMN “ kata menteri urusan aset negara.”Coba jelaskan skemanya ? Tanya menteri urusan aset negara kepada Baskoro. Baskoro nampak tenang. Dia tahu apapun Menteri urusa aset negara akan dukung. Karena sedaranya juga ada saham pada perusahaan dia.. “ Anak perusahaan BUMN itu di setting untuk IPO. Para kreditur kami akan jadi investor awal dan sekaligus pada saat IPO dapat option tukar hutang jadi saham. Kan keren. Pasti market senang. Nilai saham akan terdongkrak naik. Sebelum anak perusahaan itu IPO, kita mulai adakan kontrak sharing service dalam skema digital sharing. Aset kita pindah ke anak perusahaan BUMN dan kita dapat revenue undertaking. Safe kan. Nah sebelum anak perusahaan BUMN itu IPO, ya kita duluan right issue. Pasti market antusias karena kita punya kontrak undertake revenue. Program exit tercapai. Nanti setelah IPO anak perusahaan BUMN, para kreditur akan exit dengan menjual sahamnya pada harga market. Selanjutnya Nasip anak perusahaan itu akan deadduck” Kata Baskoro. “ Terus gimana selanjutnya untuk jaga harga saham engga jatuh terlalu dalam, dan tetap dalam keadaan deadduck ? “ Ya tinggal suruh lembaga investasi negara keluar uang dengan skema jangka panjang. Engga gede. Hanya 10% saja kepit saham. Itu cukup menjaga stabiitas bid and ask dan likuiditas” � “ Mantap!! Kata menteri urusan aset negara. Dua tahun kemudian skenario terlaksana dengan sukses. Cari uang di negeri ini mudah bagi segelintir orang tetapi bagi orang kebanyakan, dapatkan USD 2 saja sulit. *** Nama dan tempat serta peristiwa hanya fiski belaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar