Jumat, 25 November 2022

Indonesia undercover

Dongeng politik by Erizeli Jeli Bandaro Tahun 2002 Udin diundang ke rumah temannya yang pengusaha. Teman ini punya koneksi kuat di Laskar Nasional (LN). Tinggalnya saja di Cijantung, Komplek Laskar. Rumah yang dia tempati tadinya milik Jenderal bintang IV. Setelah berbicara panjang lebar selama hampir 1 jam, teman Udin berkata “ Gua dan Jenderal S mau mendirikan partai. “ “ Partai yang ada aja susah menang lawan pemenang pemilu yang sudah lama eksis, apalagi partai baru” Kata Udin tersenyum seakan meminta temanya jangan halu. “ Kamu dengar dulu. Engga ada yang engga mungkin di republik ini kalau ada uang. Saya sudah survey di pantura Jawa dan wilayah Tapal Kuda yang merupakan basis merah. Saya tanya mereka pilih uang atau merah. Dari 100 yang saya tanya 100 jawab pilih uang. Ini masalah perut. Rakyat capek bicara politik. Berganti rezim tetap aja mereka miskin.” Kata Teman udin dengan retorik. “ Terus darimana uang? emang sedikit biaya untuk menang?. Apalagi partai baru.” Kata Udin ketus. “ Ya dari para obligor BLBI. Mereka engga happy dengan kebijakan MSAA untuk bisa dapatkan R&D. Ada ratusan triliun mereka dirugikan lewat skema itu. Kalau mereka korban uang untuk politik Rp. 20 triliun kan kecil untuk jadikan seorang presiden dan partai pemenang pemilu.” Kata teman Udin tersenyum. “ Ok lah. Terus gimana mengorganisir proses menjadi pemenang. Kan butuh akar rumput. Emang bisa bangun akar rumput dengan cepat. Apalagi beberapa bulan doang.” “ Ah gampang itu. Yang jago menggerakan akar rumput itu hanya Laskar nasional. Karena LN punya sistem Hamkamnasrata. LN punya sumber daya untuk menggerakan semua elemen masyarakat, termasuk tokoh masyarkat dan Islam lewat gerakan primordial. Uang akan mengalir lewat mereka. Tentu lewat operasi intelijen. Kan politik. Maklum dong, ka LN engga berpolitik. ” Kata teman Udin. Omongan terakhir ini membuat Udin terkejut. Wah ini serius urusannya. Benar benar smart. *** “ Bro, lue datang ke kantor tempat gua lagi meeting” Kata teman Udin lewat SMS. Udin segera meluncur ke alamat kantor di Jalan Sudirman. Udin menanti di ruang tunggu selama temannya lagi meeting. Temannya keluar dari ruang meeting dan menghampirinya untuk ajak jalan ke Hotel Sultan. Udin sempat melirik tamu yang keluar dari ruang meeting itu. Ada 7 orang. Udin kenal semua wajah mereka. Mereka adalah konglomerat yang tersangkut kasus BLBI. Hanya satu yang pribumi. 
“ Itu tadi sponsor. Tapi dari 7 orang itu hanya satu boss. Disebut aja Bos Naga. Yang enam orang hanya proxy. Ya boneka untuk menggelapkan aset. Bos itu mau biayai semua sesuai anggaran. Tetapi syaratnya dia engga mau ketemu langsung dengan capres dan calon pengurus partai. Dia hanya izinkan pengusaha yang dia kenal untuk jadi penghubung antara dia dan capres. “ Kata teman Udin. “ Kenapa ? “ Ya dia engga mau ambil resiko. Kalau menang sih bagus. Kalau kalah kan hancur mereka sama lawan politik. Jadi silent operation aja. Yang penting uang akan mengalir melalui penghubung dia. “ “ OK modal udah dapat. Terus akses ke LN dan Islam gimana? “ Tanya Udin. “ Teman gua yang jenderal akan atur pertemuan dengan dua orang. “ Kata teman Udin. Ketika menyebut nama dua orang itu Udin langsung bereksi.” Loh kedua orang itu menteri kabinet presiden sekarang. Apa iya mereka mau berkhianat. “ “ Siapa yang engga mau kekuasaan? Kekuasaan itu sama dengan uang. Paham lue “ “ Terus..” “ Kalau mereka mau, gua akan atur mereka berdua ketemu dengan boss Naga, ya tentu melalui penghubungnya. “ Sampai di Hotel Sultan sudah ada beberapa tokoh islam dan ormas di ruang seminar berukuran kecil. Pertemuan itu memperkenalkan kapasitas mereka masing masing sebagai tokoh yang bisa menggerakan akar rumput. Arranger yang atur pertemuan itu adalah pensiunan Laskar. Sejak itu Udin memutuskan tidak ingin bertemu dengan temannya. Apalagi Udin sudah hijrah ke luar negeri. *** Benarlah. Pemilu tahun 2004, dimenangkan oleh Partai baru berdiri. Dan yang jadi presiden dan wakil adalah dua mantan menteri presiden sebelumnya. Yang membuat Ketua Umum Partai Merah marah adalah mereka berdua sengaja deal dengan konglomerat yang berseteru dengannya. Padahal mereka berdua ada dibalik kebijakan soal BLBI. Bahkan mereka berdua anggota team penyelesaian BLBI. Jadi hanya pengkhianat yang pantas untuk mereka. Tetapi bagaimanapun itulah politik. Tentu pemenang punya alasan untuk tidak disebut pengkianat. Setelah dua periode kekuasaan, menjelang akhir kekuasaan tahun 2013, ada jenderal bintang tiga mantan dubes Singapore didatangi boss Naga. Kebetulan mereka memang sudah lama bersahabat. Boss ini kecewa dengan presiden. Katanya hampir dua peridoe kekuasaan engga juga selesaikan kasusnya. Digantung engga jeas. Pada pemilu 2014, dia mau dukung siapa saja calon presiden asalkan bisa bantu dia. Jenderal ini menghubungi mantan wapres tahun 2004-2009 untuk melobi Ketua Umum Partai Merah agar mendukung Gubernur Ibukota jadi capres. Alasannya Gubernur Ibukota itu disamping track recordnya bagus juga orang jujur dan capable. Yang penting jenderal ini udah kenal lama dengan Gubernur ibukota itu. Maklum dia pernah bermitra dalam bisnis waktu gubernur itu jadi pengusaha. Bersambung… -Episode deal Pemilu 2014 dan 2019 -Peta Suksesi kekuasaan. -Siapa king maker yang dipercaya boss naga. -Siapa presiden berikutnya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar