Jumat, 25 November 2022

IT membelenggu kita.

by Erizeli Jeli Bandaro Sebelum tahun 2013 saya bekerja dilengkapi sekretaris. Hidup saya teratur. Siapa yang akan dihubungi dan apa yang harus dikerjakan hari ini sudah ada jadwalnya. Saya tidak pernah pegang Hape business. Yang pegang sekretaris. Hape personal. hanya untuk komunikasi dengan istri atau anak dan direksi perusahaan saya di jakarta. HIdup saya sesuai program saja. Pagi sampai di kamar kerja. Sekretaris masuk dengan wajah serius bersama Kopi segelas. Dia keluarkan jas di lemari, lengkap dengan dasi. Dia kenakan dasi untuk saya sambil bicara tentang jadwal hari ini. Tahun 2014 saya pensiun. Sampai tahun 2018. Saya benar benar kasos ( kaget sosial ). Karena setiap hari kadang harus baca sms banyak sekali berita masuk. Macam macam berita SMS. Ada saja cerita. Semua tujuannya ingin ketemu. Kadang dalam sejam bisa dua kali telp masuk. Benar benar saya engga ngerti. Ternyata dunia tanpa kerja jauh lebih rame dan sibuk daripada kerja. Awalnya saya nikmati saja. Tetapi lama lama saya merasa hidup saya tidak lagi nyaman. Hanya karena IT, kenapa hidup jadi sempit. Duh susah bernapas. Tahun 2018 saya kembali lagi aktif dalam business. Hape personal saya dipegang istri. Sejak itu hidup saya menjauh dari kehidupan personal. Kecuali lewat sosial media saja, yang suka suka saya gunakan. Yang ada hape business. Itupun switching dengan telp sekretaris di Hong Kong. Kalau saya angkat itu artinya sudah di filter sekretaris. Tiap pagi lewat jalur SafeNet saya terima jadwal dari sekretaris. Apa yang harus saya lakukan hari ini. Dan hidup saya lebih focus kepada satu saja, ya business. Ternyata baru saya sadari. Bahwa hidup kita merasa tidak lagi nyaman karena kita masuk dalam dimensi diluar jangkauan phisik kita. Karena IT, bangun pagi lihat banyak missed call panik. Segera call back. Melihat begitu banyak WA masuk. Stress dan harus segera bales. Padahal dulu tanpa internet. kita aman aman saja. Dan lucunya setelah ketemu, orang enak saja gunakan hape depan kita. Dia ada depan kita, tapi pikirannya berbagi ke tempat lain. Kan konyol, bego kan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar