Rabu, 16 November 2022

Kekuatan Cinta..

By  Erizeli Jeli Bandaro


Tahukah anda? bahwa hampir tidak pernah terbayangkan bagaimana mungkin partai yang berdiri tanpa saingan, berkuasa secara otoriter bisa di kalahkan tanpa darah, tanpa aksi pentungan atau lempar batu. Tanpa teriak pakai Toa demo di depan kantor Pemerintah. Tapi benarlah bahwa Nothing is impossible ? Itulah yang terjadi di Taiwan. Yang mengalahkan itu adalah Democratic Progressive Party (DPP). Gimana ceritanya bisa menang ?


Baik saya ceritanya. DPP didirikan tahun 1986 tanpa hak ikut pemilu atau kalaupun ikut pemilu harus ikuti aturan yang menguntungkan partai penguasa. Namun bagi pendiri DPP, diberi kesempatan mendirikan partai adalah berkah tak terbilang. Dari pendirian partai itulah aksi apokalipse di lakukan oleh kaum muda terpelajar..


Apa yang mereka lakukan ?


menolong rakyat tertindas dari kekuasaan otoriter Partai. Caranya ? melalui pendekatan nilai nilai agama Budha, tanpa mengusung agama Budha. Nilai itu adalah Cinta! Ya namanya program cinta tentu tidak menyalahkan orang lain apalagi menghujat pemerintah. Mereka mengajarkan rakyat untuk memaafkan penguasa. Mereka mendidik rakyat kecil untuk sekecil mungkin berharap dan tergantung dengan pemerintah. Melalui gerakan koperasi yang tumbuh pesat dan rakyat kecil yang sebagian besar petani dan nelayan mendapatkan kemakmuran dari gerakan ini.


Mereka tidak ingin ribut menuntut hak sama dengan perusahaan raksasa yang dekat dengan partai. Apalagi cemburu dengan orang kaya. Mereka terus bergerak dengan program cinta membina Rakyat untuk menjadikan gerakan Koperasi berkelas dunia. Mungkin Taiwan adalah gerakan Koperasi yang paling berhasil dan paling kuat di dunia . Tahun 1990an Taiwan telah menjelma menjadi Negara Industry yang besar bukan karena konglomerasi tapi UKM yang tangguh melalui gerakan koperasi. Dan itu berkat kerja keras tanpa lelah dari kaum muda untuk merubah rakyat mandiri dari kekuasaan.


Nah, tahun 2000 Pemilu di gelar tapi diatas 90% rakyat Taiwan memilih liburan ke luar negeri. Mereka tidak mau ribut dengan alasan gulput. Mereka biarkan Pemilu berlangsung dan memenangkan Partai Penguasa. Namun kemanangan itu tidak punya legitimasi international karena diikuti tidak lebih 10%. Akhirya penguasa harus menerima kenyataan bahwa rakyat inginkan perubahan. Karena konstitusi baru diterbitkan yang memberikan hak kepada DPP untuk ikut Pemilu.


Ya, Rakyatpun antusias ikut pemilu. Udah bisa ditebak hasilnya. DPP memenangi Pemilu untuk pertama kali pada 18 Maret 2000, dengan calonnya Chen Shui-bian. Kemenangan ini mencerminkan satu momen berakhirnya dominasi kekuasaan satu partai (KMT) selama 50 tahun. Kepercayaan rakyat kepada DPP bukanlah kepercayaan mereka kepada lambang Partai dengan sejuta jargon tapi karena orang orang DPP memang akrab lahir batin dengan rakyat. Mereka selalu hadir ditengah rakyat sebagai mentor untuk kemandirian disegala bidang. Gaya hidup mereka sederhana dan selalu menyebut diri mereka pelayan Tuhan. Karenanya setelah itu, partai kuomintang juga berubah jadi lebih pro rakyat.


Semoga ini bisa jadi bahan pelajaran bagi siapa saja. Bahwa perubahan politik tidak bisa lagi di lakukan dengan kekerasan dan pemaksaan kehendak dengan melempar issue murahan dan usang. Apalagi membawa program populis dalam politik. Eranya sudah lewat. Mungkin 5% dari penduduk yang dungu bisa percaya dengan jargon populis tapi 95% rakyat tahu yang mengusung itu tidak pernah hadir secara nyata menyelesaikan masalah keseharian mereka.


Pahamkan sayang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar