Jumat, 25 November 2022

Broker ( perantara)

by Erizeli Jeli Bandaro Bisnis sebagai perantara itu enak. Mengapa ? Karena tanpa keluar modal anda dapatkan uang. Namun untuk itu anda harus punya koneksi kuat terhadap peluang bisnis itu. Peluang itu datang dari tiga hal. Pertama, adanya hubungan baik dengan sumber barang atau jasa. Bisa karena teman baik atau hubungan keluarga. Kedua, anda punya kemampuan mengontrol sumber bisnis karena faktor politik kekuasaan dan penguasaan informasi. Ketiga, anda punya skill untuk mengendalikan sumber daya keuangan terhadap barang atau jasa. Sekarang saya ulas tiga hal itu. Pertama. Udin punya kenalan baik dengan perusahaan yang butuh solar ( HDL) untuk pembangkit listrik. Kalau beli solar impor harga tinggi. Kebetulan Udin kenal dengan teman yang punya keluarga bekerja di NOC, yang bisa memberikan DO solar subsidi. Dari perbedaan harga karena subsidi ini, Udin dapat fee dari pembeli solar. Tanpa kerja setiap DO keluar , Udin dapat fee. Tanpa modal dan kantor, uang terus mengalir ke rekening Udin. Enak ya. Kedua, Udin dapat informasi dari temannya yang kepala daerah bahwa satu kawasan akan dipakai oleh Pemda untuk kuburan. Itu dana dari APBD. Sebelum mata anggaran disahkan DPRD, Udin bebaskan tanah itu dengan akad PJB atau perjanjian jual beli atau panjer doang tapi harga sudah ditetapkan didepan. Katakanlah harga tanah Rp 1 juta per M2. Kemudian mata anggaran lahan itu diatur jadi Rp 3 juta rupiah. Setelah APBD disahkan DPRD, transksi jual beli tanah itu terjadi. Selisih harga beli dan jual, untung. Namun itu hanya fee saja. Kerena keuntungan sebenarnya menjadi milik gubernur, SKPD dan Anggota DPRD. Udin hanya broker doang. Ketiga, Pemda dapat jatah jual 10% dari produksi oil and gas yang konsesinya ada di daerahnya. Udin kenal baik dengan ketua partai dari bupati terpilih. Kepadanya Udin tawarkan dana untuk membeli jatah produksi 10% itu. Darimana duitnya ? Ya dari trader oil and gas. Mengapa mereka mau bayar? Karena harga oil and gas lebih murah daripada harga spot. Mengapa pemda mau? Karena mereka tidak ada sumber dana untuk tebus 10% produksi itu. Nah Selisihnya itu menjadi fee buat Udin. Tanpa kerja setiap bulan Udin dapat fee. Selagi oil and gas terus beroperasi di kawasan konsesi, Udin terus dapat fee. Demikian contoh sederhananya. Dalam hal yang canggih, bisa lihat pekerjaan sebagai money broker di pasar modal, yang mempertemukan investor dengan emiten , mempertemukan investor dengan penerbit obligasi. Trader jagung, beras, CPO, kedelai, emas, baja, nikel, almunium dll di bursa komoditi. Anda beli opsi dengan premium sekian permil untuk dapat hak dagang 100% dalam kontrak penyerahan kemudiaan. Kalau harga bergerak menguntungkan anda, opsi itu dijual di bursa. Anda dapat margin. Kalau harga bergerak rugi, anda bisa lepas opsi tersebut dengan resiko sekian permil premium fee saja. Terakhir, dekati pengusaha yang butuh konsesi lahan atau yang punya masalah dengan kepala daerah untuk dapatkan peluang konsesi. Jual calon kepala daerah yang bisa membantu menyelesaikan masalah sehingga pengusaha tidak dirugikan dan untung besar. Uang kampanye mampir ke anda dulu dan kemudian anda salurkan kepada partai pendukung. Tentu udah dipotong sekian persen untuk fee. Contoh Abas, yang terpilih sebagai gubernur dengan menghapus pajak tambahan atas lahan reklamasi. Retorika poltik batalkan reklamasi, tapi setelah terpilih berkat MA reklamasi jalan terus, pengusaha Happy. Dari itu anda dapatkan fee tidak kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar