Minggu, 20 November 2022

Jangan mau di leverage.

By Erizeli Jeli  Bandaro

Empat kali saya bangkrut. Tahu penyebabnya? karena saya di leverage orang lain. Apa itu leverage. Leverage itu kalau dianalogikan seperti pengungkit untuk melontarkan orang naik keatas. Jadi paham ya.

Bangkrut pertama, saya tergantung kepada pejabat bank untuk dapatkan modal. Tergantung kepada pejabat politik agar dapat proyek. Nyatanya mereka itulah yang tendang saya keluar saat saya dianggap tidak lagi optimal di leverage. Aset saya dilibas bank dan kontrak saya dilibas pemerintah.

Bangkrut kedua, saya tergantung kepada investor sebagai penyandang dana proyek saya. Kami dirikan perusahaan. Saya sebagai pelaksana dapat saham 30% dan mereka 70%. Tapi setelah proyek sukses, mereka tendang saya. Mereka kuasai saham saya dengan bonus uang receh dan gantikan orang lain sebagai pekerja saja.

Bankrut ketiga. Saya tergantung kepada asing sebagai mitra tekhnologi. Setelah bisnis established. Mitra saya tendang saya keluar dengan alasan mereka mau ekspansi. Cara mereka sadis melibatkan mitra lokal yang tajir.

Bangkrut keempat. Saya tergantung kepada market undertaker untuk kembangkan bisnis. Belum established kena krismon. Habis semua dan saya closed file.

“ Kegagalan kamu,” kata mentor saya.” karena kamu lemah. Sangat bergantung kepada orang lain karena alasan skill, atau modal atau market. Sekali kamu bergantung, kamu di leverage orang lain. Itu biasa dalam hukum bisnis. Yang lemah dimakan yang kuat. Kalau kamu jadi pecundang, itu bukan karena mereka jahat tetapi kamu naif dan bodoh. Udah kere sok idealis. Emang siapa kamu? anak bukan, sedara bukan. Bagi mereka saat mereka tidak perlukan lagi kamu untuk di leverage ya kamu sampah! Dibuang ke tong sampah.

Kata kata itu tertanam dalam benak saya dan jadi mindset bagi saya ketika hijrah ke china. Tidak mungkin saya bersikap jujur dan adil disaat saya lemah. Tuhan memang menjamin rezeki semua orang tapi Tuhan tidak mengirim uang ke ATM saya. Di hadapan saya semua predator. Saya atau mereka jadi mangsa. Walau sikap saya berubah namun esensinya tidak berubah. Ya saya tetaplah putra ibu saya. Saya harus jadi petarung dan pemenang terlebih dahulu, setelah itu saya bisa tegakan keadilan bagi orang lain. Saya akan jaga mitra saya dengan baik, tentu tidak dengan memberikan kemudahan. ya saling leverage saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar