Rabu, 23 November 2022

CONVERTIBLE BOND

by Erizeli Jeli Bandaro Udin bertemu dengan Acong. “ Bro, “ Seru Acong “ Saham kita sekarang kan nilai nominal Rp. 1000 per lembar. Kalau dihitung value akuntansi, nilai buku hanya Rp. 800/lembar. Maklum kita rugi terus. Gua ada ide ? Kata Acong. “ Idea apa ? “ Total jumlah lembar saham kita kan ada 1 juta lembar. Itu nilai bukunya Rp 800 miliar. Kita akan IPO. Jual 1% saja saham yang ada. 99% engga dijual. “ “ Siapa yang mau beli. Omzet kita memang gede tetapi untung kagak. Apa yang mau dijual” “ Ah bego lue DIn. Jaman sekarang orang cari duit engga dari laba tetapi dari value. Kita bangun persepsi agar value terbentuk dan orang keluarin uang di dompetnya untuk bayar value itu” “ Hanya karena persepsi? OK gimana caranya.?Kata Udin penasaran. “ Gini, kita undang investor gede yang terkenal. Kita bilang ke mereka. Kita mau IPO. Lue pinjamin gua duit dengan skema. “ “ Skema apa ? “ Skemanya convertible bond. Artinya hutang itu sama dengan jaminan saham. Waktu kita pinjam duit, kan nilai nominal saham Rp. 1000. Nanti kalau IPO harga akan naik Rp. 10.000/ lembar. Ya 10 kali lah.” “ Gimana bisa naik 10 kali.? “ Ah bego lue. Itu urusan akuntan dan financial analis. Mereka yang akan atur harga perdana. Kreditur yang akan dongkrak harga setingginya. Klop kan? “ Mengapa mereka dongkrak” “ Duh bego amat sih teman gua ini.. Kalau saham di market Rp. 10.000 itu artinya naik 10 kali. Otomatis convertible bond juga naik 10 kali. Contoh kalau kita pinjam Rp. 100 juta ke kreditur. Setelah IPO harga saham naik 10 kali. Itu nilai hutang jadi Rp 1 miliar. Walau saham yang dilepas cuman 1 %. Itulah persepsi. Paham on? “Ya jadi hanya persepsi. Terus gimana mereka bisa jadikan uang atas persepsi itu? Kata Udin bingung. “ Lah convertible bond itu bisa gadaikan ke lembaga keuangan dengan nilai 10 kali itu, senilai persepsi itu. Jadi mereka bisa dapat cuan gede tanpa lewat bursa, namun diuntungkan oleh persepsi pasar terhadap harga saham di bursa.” “ Oh itukan sama aja nipu? “ Duh, hidup ini memang tipu daya. Tanya Tuhan kalau engga percaya. “ “ Terus gimana kalau saham akhirnya jatuh di bursa.” “ EGP aja. Yang korban investor yang 1% dan lembaga keuangan yang pinjamin uang kepada bandar. “ “ Oh bego semua ya.” *** GoTo akan melantai bursa dalam waktu dekat ini. GoTo itu adalah holding company yang memiliki anak perusahaan: Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial (Gopay). Dukungan investor pra IPO investornya keren banget. Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD, KKR, dan Northstar. Ada pula investor Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, Softbank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, serta Warburg Pincus. Deretan investor Pra IPO itu berkelas dunia. Pasti pasar punya persepsi positif Harga akan naik berlipat. Gak hanya di dalam negeri, GoTo juga berambisi mencatatkan saham di luar negeri. Mimpinya dual listing seperti Telkom, di Singapura atau Amerika Serikat. Keren habis. Memang cara mudah dongkrak saham adalah saham tekhnologi yang aset terbesarnya adalah intangible. Enak banget bangun persepsi pasar. Sama aja dulu. Para mafia buka usaha laundry dan sampah untuk menutupi usaha ilegalnya. Kalau mafia bilang usaha landrynya dan angkutan sampah itu untung gede, kan susah ngecek nya. Gimana ngitung sabun terbuang untuk cuci baju?. Lah semua air kotoran mesin cuci masuk ke got. Gimana ngitung kibikase sampah. Udah dibakar semua. Singkatnya mafia kaya secara legal karena persepsi bisnis laudry dan sampah. Dah gitu aja. Dasar udin pekok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar