Selasa, 25 Oktober 2016

Mengapa CTRP dan CTRS, dan bukan CTRA ?

Selama beberapa hari saham CTRP dan CTRS bertengger di daftar Premium Hot List, saham CTRP akhirnya melesat 12 % pada perdagangan kemarin, dan saham CTRS melaju 5 % menembus level psikologis atas yang sudah menahannya selama beberapa waktu terakhir. Mengapa saya tidak memilih saham CTRA di dalam Hot List ? Dan ... beneran akhirnya yang jalan CTRP dan CTRS sementara itu CTRA malah turun di kala CTRP dan CTRS kemarin naik. Mengapa demikian ?

Tahukah Anda, hal ini ternyata terkait dengan Merger CTRA, CTRS, dan CTRP. Mengapa demikian ?

Saat ini, CTRA memiliki 62,66% saham CTRS dan 56,3% saham CTRP.

Ternyata, dari rencana merger CTRP, CTRA, dan CTRS... direncanakan bahwa rasio penggabungan sebesar 2.13 kali untuk CTRS dan 0.54 kali untuk CTRP. Apa artinya ?

Artinya, saat merger nanti, pemegang saham CTRP akan mendapat 2.13 saham dari CTRA, dan pemegang saham CTRS akan mendapat tambahan 0.54 dari saham CTRA.

Dengan demikian hal tersebut pastinya membawa sentimen positif untuk CTRP, CTRS, dan justru sebaliknya saham CTRA akan mengalami dilusi sekitar 17 %. 

Dalam rancangan merger yang dirilis Senin (24/10), penggabungan ini diharapkan rampung pada 30 Desember 2016. Rasio penggabungan sebesar 2,13 kali untuk CTRS dan 0,54 kali untuk CTRP.

Meski demikian, tetap ada sentimen positif buat CTRA.
Setelah merger nanti, saham CTRA akan menjadi saham property dengan kapitalisasi terbesar no 3 setelah BSDE dan PWON. Tadinya rangking 3 saham property terbesar diduduki oleh SMRA.
Hal ini akan menjadi kabar baik buat investor yang memegang saham CTRS, dan CTRP Karena likuiditas kedua saham tersebut juga akan meningkat ketika dilebur dengan CTRA dan kabar baik buat CTRA karena bisa saja saham dari group Ciputra ini masuk dalam MSCI Indonesia Index.
Selain saham CTRA, CTRS, ada banyak saham lain di dalam Hot List yang mulai bergerak naik dan masih akan menguat, dari berbagai sektor. Jika Anda ingin mengikuti, sebaiknya daftar segera supaya Anda bisa menyimak ilmu / belajar dari 3 Course Fundamental Analysis (ini penting banget buat investment) dan juga menyimak Seminar Online "Halloween Party Stocks" 31 Oktober 2016 nanti, membahas saham-saham spesial di akhir bulan Oktober, ciri2 saham yang akan meroket seperti BNII, CTRS, CTRP, dll ! Daftar kebit.ly/daftarpremiumaccess
Dalam Hot List kemarin, kita antisipasi bahwa sektor property dan perbankan berpotensi untuk melaju, di saat sektor batubara beristirahat untuk sesaat, dan pagi hari kemarin di Call to Action melalui Telegram Channel, kita member Premium Access mulai membeli BNII, sebelum akhirnya menguat 25 %. Selamat jika Anda sempat beli, jika tidak, saya masih punya banyak saham istimewa di Hot List.

Bagaimana dengan hari ini ?

Hari ini, terlepas dari IHSG mau ke mana, masih banyak sekali saham dari sektor property, perbankan, dan energi (coal dan CPO) yang akan melaju. Sementara itu, sektor konstruksi masih berada di area support dan menunjukkan ada potensi untuk buy on weakness seperti contohnya saham ADHI di level 2300, dengan target terdekat di level 2500. 

Bursa Amerika bergerak menguat, Indeks Dow Jones ditutup pada level 18,223.03 atau menguat 77.32 pon (+0.43%). Market bergerak positif setelah tersebar berita merger perusahaan besar. Kesepakatan AT&T untuk membeli Time Warner pada Sabtu lalu dengan nilai mencapai lebih dari US$ 85 miliar atau US$ 107,50 per saham.

Di sisi lain, harga minyak mentah ditutup melemah. Pelemahan tersebut terjadi karena Irak, produsen terbesar kedua OPEC, mengancam untuk menggagalkan rencana untuk menstabilkan pasar jika tidak dikecualikan dari rencana penurunan produksi. Mengutip dari bloomberg, Menteri Perminyakan Irak mengatakan negaranya harus dikecualikan dari pembatasan produksi karena sedang terlibat dalam perang dengan militant.

Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 11.75 poin (+0.21%) di level 5420 . Sektor yang menjadi pendorong IHSG terbesar adalah sektor pertanian (+1.21%).
Produksi minyak sawit alias crude palm oil (CPO) nasional diprediksi meleset 10% dari target awal tahun. Produksi CPO hingga akhir tahun ini diprediksi hanya mencapai 30,40 juta ton. Produksi ini lebih rendah sekitar 10% dari proyeksi produksi CPO pada awal tahun sebesar 33,32 juta ton.

Penurunan produksi terjadi sebagai dampak El Nino tahun 2015. Namun, ada sentimen positif pada tahun ini, adanya kenaikan luas tanaman menghasilkan dari 9,2 juta hektare (ha) pada 2015 menjadi 9,6 juta ha pada tahun ini.

Hari ini pun sektor CPO berpotensi untuk aktif, meski demikian saham2 CPO masih berada dalam masa konsolidasi sehingga kurang menarik perhatian saya dibandingkan saham-saham sektor lain yang saya tulis dalam Hot List.

Bicara soal perekonomian Indonesia, pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi. Sudah ada 13 paket kebijakan ekonomi hingga saat ini, dan dalam pekan ini pemerintah berencana kembali merilis paket kebijakan ekonomi ke 14 yang fokusnya adalah pebisnis online.

Sore nanti saya akan ulas sudah sejauh mana dampak dari ketiga belas paket kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah.

Salam profit
@pakarsaham
CEO Ellen May Institute


Disclaimer : #kopipagi bersifat sebagai informasi, bukan sebagai perintah atau larangan untuk beli dan jual. Risiko dan keuntungan dalam berinvestasi menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar.

Solo, 57129, Surakarta, Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar