Rabu, 05 Oktober 2016

Harum Energy

By Teguh Hidayat

Sekitar setahun lalu, tepatnya pada bulan Juli 2015, penulis memperhatikan fakta bahwa ketika IHSG mulai turun, tepatnya 7% secara year to date (YTD)ternyata saham-saham pertambangan khususnya batubara sudah turun lebih dalam lagi, dimana indeks sektor tambang sudah anjlok 26.3%, terburuk dibanding sektor lain manapun, dan itu semakin memperparah penurunan yang sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya. Ketika itu penulis bertanya pada diri sendiri, ‘Apa mungkin saham-saham batubara bakal jadi gocapan semua???’

Sebab meski harga batubara turun terus ketika itu (dan itu menyebabkan perusahaan-perusahaan batubara terus saja mencatat penurunan laba, atau bahkan kerugian), namun faktanya batubara menjadi pilihan utama untuk bahan bakar pembangkit listrik. Dan setelah penulis pelajari lagi, penurunan harga batubara lebih disebabkan oleh ketidak seimbangan antara supply and demand, dimana demand batubara dari China terus turun sejak tahun 2011 seiring dengan perlambatan ekonomi disana, namun supply batubara itu sendiri justru terus naik, dimana Indonesia totalnya memproduksi 458 juta ton batubara pada tahun 2014, atau naik signifikan dibanding tahun 2011 yang hanya 353 juta ton. Ketika itulah penulis berkesimpulan bahwa ketika nanti harga batubara turun hingga ke level dimana supply batubara match dengan demand-nya, maka saat itulah harga batubara akan berhenti turun. Anda bisa baca lagi artikelnya disini.

Tapi intinya ketika balik lagi ke pertanyaan diatas, apakah saham-saham batubara bakal jadi gocapan semua dan mati disitu? Penulis bisa jawab, tidak! Kecuali untuk beberapa saham dari perusahaan batubara tertentu yang memang bermasalah seperti Bumi Resources, saham-saham batubara pada akhirnya akan mencapai titik terendah mereka masing-masing, sebelum kemudian naik lagi.

And indeed, memasuki tahun 2016 pasar mulai berbalik naik, dimana ketika artikel ini ditulis, IHSG sudah naik 19% secara YTD. Sementara saham-saham batubara? Terbang hingga 47 persen! Para perusahaan batubara juga mulai melakukan buy back terhadap saham mereka masing-masing (perhatikan bahwa meski saham batubara turun terus dalam beberapa tahun terakhir, namun baru sekarang para emiten ramai melakukan buyback). Dan yang mungkin belum diperhatikan orang adalah, harga batubara belakangan ini juga mulai naik signifikan, dimana harga batubara acuan di Newcastle Australia terakhir sudah US$ 72 per ton, naik tajam dari titik terendahnya yakni US$ 53 per ton pada akhir tahun 2015 lalu.

Menyadari fakta diatas penulis segera mengecek kembali laporan-laporan keuangan dari beberapa perusahaan batubara aaaanndd.. gotcha! Ketemulah sama Harum Energy (HRUM). Hingga Kuartal II 2016, HRUM membukukan laba US$ 4.4 juta, naik signifikan dari tahun sebelumnya US$ 2.8 juta, meski pendapatan perusahaan sejatinya masih turun, thanks to penurunan harga minyak diesel, yang membuat biaya produksi perusahan turut turun. Pada harga 1,050 (harga beli penulis), PBV HRUM hanya 0.8 kali, dimana meski valuasi segitu tampak tidak terlalu murah karena profitabilitas HRUM masih sangat rendah, namun di masa jayanya di tahun 2011, HRUM pernah membukukan ROE lebih dari 60%, dan valuasinya pun ketika itu sangat tinggi pada PBV 5 kali.

Jadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah HRUM ini kedepannya bisa kembali membukukan ROE yang besar, katakanlah 20 – 30%? Well, mari kita cek. Sejak perusahaan IPO pada tahun 2010, pihak manajemen selalu mengelola perusahaan dengan cara ‘tradisional’, yakni melakukan explore tambang, gali batubaranya, lalu jual, jadi gak pernah macam-macam dengan akuisisi sana sini atau ngambil utang dalam jumlah besar, dan alhasil HRUM sama sekali tidak memiliki beban bunga utang. HRUM juga merupakan salah satu perusahaan batubara dengan biaya operasional produksi paling efisien di tanah air, yakni hanya US$ 30 per ton. Dari sini bisa kita lihat bahwa ketika nanti harga batubara mulai naik, maka margin laba HRUM akan meningkat sangat signifikan, karena biaya produksi perusahaan baik dari sisi operasional maupun finansial sama-sama rendah. Dan meski perusahaan dengan sengaja menurunkan volume produksi dan penjualan batubaranya dalam beberapa tahun terakhir, termasuk hingga tahun 2016 ini (dengan tujuan menurunkan supply batubara di pasar, sehingga pada akhirnya menaikkan harga jual), namun HRUM memiliki cukup infrastruktur dan sumber daya manusia untuk menaikkan kembali volume produksi batubaranya kapan saja, dimana perusahaan memang akan melakukan itu (menaikkan volume produksi) ketika nanti harga batubara benar-benar pulih.

Kesimpulannya, ketika nanti harga batubara sudah stabil (manajemen HRUM lebih suka menggunakan istilah ‘harga stabil’ ketimbang ‘naik’), maka laba perusahaan akan meningkat signifikan karena dua hal, yakni peningkatan margin laba, dan juga peningkatan dari nilai pendapatan itu sendiri. All the company needs right now is a ‘stable coal price’, nothing else.

Lalu bagaimana dengan harga batubara itu sendiri? Diatas memang sudah disebutkan bahwa harga patokan Newcastle sudah naik ke US$ 72 per ton, tapi bagaimana kedepannya? Apakah harga batubara masih akan lanjut naik atau malah turun lagi? Ya mari kita lihat fakta-faktanya. Pertama, pada bulan Juni 2016 kemarin, Pemerintah China mengeluarkan peraturan agar perusahaan batubara disana mengurangi produksinya, dan itu menyebabkan impor batubara dari negeri tirai bambu meningkat lagi setelah sebelumnya turun terus. Kedua, kenaikan harga batubara tidaklah sendirian, karena harga-harga komoditas secara umum memang naik semua. Ketiga, supply batubara di kawasan Asia Pasifik telah turun dalam dua tahun terakhir, dan butuh waktu paling cepat 1 – 2 tahun kedepan untuk bisa berbalik naik lagi, dimana ketatnya supply turut mendorong kenaikan harga batubara. Keempat, meski di Amerika mulai ramai isu lingkungan dimana penggunaan batubara dikurangi karena dianggap ‘kotor’, namun HRUM hanya menjual batubaranya ke kawasan Asia (India, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang), dimana di negara-negara tersebut tidak ada isu serupa. Dan kelima, jika sebelumnya HRUM, seperti juga kebanyakan perusahaan batubara lainnya, hampir mengekspor seluruh produksi batubara mereka karena tidak adanya pembeli di dalam negeri, namun saat ini Pemerintah sedang gencar membangun pembangkit listrik 35,000 MW, dimana 45% diantaranya menggunakan batubara. Jika pembangunannya lancar dan selesai tepat waktu, maka permintaan batubara di dalam negeri akan meningkat tajam, dan HRUM akan memperoleh pelanggan baru.

Kesimpulannya, meski kita tentunya tidak bisa memprediksi harga batubara ini bakal naik sampai berapa, namun, kecuali terjadi peristiwa luar biasa, no way dia bakal balik lagi ke level US$ 50-an per ton. Sementara jika rally kenaikan harga batubara sejak beberapa bulan terakhir ini berlanjut, maka laba bersih HRUM bisa dipastikan bakal naik signifikan hingga akhir tahun, dan demikian pula di tahun 2017 nanti. Sementara sahamnya? Well, menurut anda???

However, dalam value investing, akan selalu lebih aman jika kita memastikan dulu bahwa perusahaan memang sudah membukukan laba yang besar, kemudian baru kita beli sahamnya. Tapi berhubung HRUM sendiri sudah naik banyak bahkan ketika perusahaan masih membukukan kinerja yang kurang meyakinkan (dari posisi terendahnya yakni 600, berarti dia sudah naik lebih dari 70%), demikian pula saham-saham batubara lainnya juga sudah pada naik, maka mungkin kita harus berani ‘curi start’ disini, meski tentunya dengan tetap menggunakan analisis yang hati-hati. Dan seperti yang sudah dibahas diatas, untuk kedepannya HRUM jauh lebih berpeluang untuk kembali membukukan laba bersih yang besar, ketimbang merugi lagi seperti tahun 2015 lalu. So this is what I call ‘fair bet’, dimana peluang gain dari saham yang kita beli lebih besar (atau jauh lebih besar) dibanding risiko kerugiannya. Anyway, whether you join the train or not, it is your call.

PT Harum Energy, Tbk
Rating Kinerja pada Q2 2016: BBB
Rating Saham pada 1,080: A

Disclosure: Ketika artikel ini dipublikasikan, Avere sedang dalam posisi memegang HRUM di average 1,050. Posisi ini bisa berubah setiap saat tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Buletin Analisis IHSG & Stockpick Edisi Oktober 2016 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis konsultasi/tanya jawab saham langsung dengan penulis untuk member.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar