Senin, 07 Desember 2015

'The Internet Economy'


By Teguh Hidayat

Ketika mempelajari data pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2015, penulis agak bingung dengan fakta bahwa tingkat konsumsi nasional masih tumbuh 4.96%, atau diatas pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sebesar 4.73%, padahal di lapangan jelas sekali harga barang-barang semuanya melambung tinggi (termasuk, harga gorengan di Jakarta sekarang sudah mencapai Rp1,000 per potong, padahal rasanya baru kemarin Rp2,000 masih dapet 3 potong), dan itu seharusnya menurunkan daya beli masyarakat. Tapi sejauh yang bisa penulis amati, almost everybody still happy, dan bahkan buruh juga masih berani berdemo menuntut kenaikan upah. Pertanyaannya, bagaimana bisa?

Dan baru beberapa hari lalu penulis menyadari sesuatu yang mungkin menjadi jawabannya. Jadi ceritanya penulis kehabisan kuota internet ketika sedang browsing di laptop, namun ketika itu sudah larut malam jadi penulis males juga kalau harus keluar rumah untuk ke tukang pulsa. Jadi saya browsing lagi pake hape untuk cari orang yang jualan voucher kuota internet, dan ternyata memang banyak yang jualan, termasuk ada juga yang harganya miring. Penulis akhirnya menghubungi seorang penjual, dia menyebut nomor rekening, saya transfer pake e-banking, dan vouchernya dikirim via Whatsapp. Seluruh proses transaksi terjadi dalam waktu kurang dari 10 menit, dan penulis hanya membayar Rp125,000, dari harga normal Rp150,000 kalau beli voucher-nya di tukang pulsa biasa.

Nah, dari peristiwa diatas, tiba-tiba saja penulis menyadari akan peran internet yang menyebabkan transaksi jual beli menjadi jauh lebih mudah dari sebelumnya, dan hasilnya jumlah transaksi jual beli itu sendiri menjadi meningkat signifikan, dan pada akhirnya turut mempercepat perputaran roda perekonomian.Keberadaan internet paling tidak memungkinkan terjadinya tiga hal dalam hal yang sebelumnya boleh dibilang mustahil untuk terjadi, yakni:
  1. Mempercepat terjadinya transaksi
  2. Transaksi jual beli menjadi jauh lebih efisien
  3. Kapan saja, dan dimana saja
Pada contoh dimana penulis membeli voucher kuota internet diatas, coba bayangkan seandainya tidak ada internet (atau sudah ada, tapi harus ke warnet dan gak bisa lewat hape seperti sekarang). Maka penulis harus menunggu sampai besok pagi untuk ke tukang pulsa, dan alhasil ada jeda waktu selama beberapa jam dimana transaksi jual beli menjadi tertunda. Penulis kemudian membeli voucher tersebut pada harga normal atau bahkan mahal, yang seharusnya bisa lebih murah andaikata si tukang pulsa tidak keluar biaya untuk sewa kios, dll, dimana biaya tersebut dibebankan ke pembeli (tidak efisien). Dan ketiga, penulis harus meluangkan waktu untuk berpindah tempat ke suatu lokasi, yakni ke kios pulsa tadi terus pulang lagi.

Namun karena adanya internet, maka inilah yang terjadi: Transaksi jual beli terjadi hanya dalam waktu kurang dari 10 menit, penulis membayar lebih murah namun tidak ada yang dirugikan (penjual tetap untung), dan penulis bisa membeli saat itu juga (meski malam-malam), dan juga tanpa perlu kemana-mana! Alias masih duduk manis didepan meja kerja.

Dan, bisakah anda bayangkan ada berapa buaanyak transaksi jual beli berbagai macam barang dan jasa yang terjadi malam itu di seluruh Indonesia, dan itu adalah berkat adanya internet???

Keberadaan internet juga sangat membantu untuk mempertemukan calon penjual dan pembeli, yang pada akhirnya memungkinkan transaksi jual beli untuk terjadi. Let say, anda mau beli rumah di lokasi tertentu, dan tidak ada internet. Maka bisakah anda bayangkan berapa banyak waktu dan tenaga yang harus dihabiskan untuk survey langsung ke tiap-tiap lokasi, dan bahkan setelah itupun belum tentu anda bakal ketemu penjual yang cocok? Demikian sebaliknya, anda mau jual rumah, dan tidak ada internet. Maka entah berapa lama waktu yang terbuang untuk menunggu rumah tersebut hingga laku, dan berapa besar biaya yang keluar untuk pasang iklan di koran, jasa perantara, dll.

Tapi dengan adanya internet maka.. holaaa.. anda yang mau beli rumah tinggal browsing di google dengan kata kunci ‘jual rumah di Jakarta’, maka akan ada ribuan rumah yang ditawarkan yang bisa anda cek satu-satu, sekali lagi, tanpa perlu anda meninggalkan kursi anda. Demikian pula kalau anda mau jual rumah, maka anda tinggal pasang iklan gratis di banyak sekali website e-commerce di internet, kemudian tinggal duduk santai menunggu ditelpon oleh calon pembeli. Saking mudahnya transaksi jual beli di internet, bahkan kalau anda mau beli helikopter sekalipun, di internet ada yang jual!

Pendek kata kegiatan perekonomian di Indonesia, atau juga diseluruh dunia, sudah pasti tidak akan semudah sekarang ini kalau bukan karena adanya internet, dan sudah tentu itu turut mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Ada banyak orang yang tiba-tiba saja jadi pinter jualankarena adanya internet. Dan kabar baiknya, bisnis e-commerce di Indonesia pada saat ini masih berada pada tahap-tahap awal alias baru tumbuh, dimana jumlah pengguna internet di Indonesia masih sekitar 80 juta orang dari 270 juta penduduk. However perkembangan yang terjadi terbilang sangat pesat, dan semakin kesini semakin pesat. Sepuluh tahun yang lalu, nobody thinks about ‘jualan di internet’, tapi belakangan ini berbagai website e-commerce seperti FJB Kaskus, OLX, Lazada, Tokopedia, Traveloka, dst, mulai menjamur. Dan asalkan anda bisa meluangkan waktu untuk menulis tentang investasi saham atau apapun bidang yang anda kuasai, maka anda juga bisa bikin website tipe blog seperti TeguhHidayat.com yang sedang anda baca sekarang ini. So the opportunity is open for everyone.

Logo Kaskus.co.id, website e-commerce paling populer di Indonesia

Okay, lalu apa hubungannya hal ini dengan saham?

Kalau penulis banyak diskusi dengan beberapa investor/analis, maka mereka punya pandangannya masing-masing tentang bagaimana prospek ekonomi/IHSG di tahun 2016 mendatang, dimana banyak yang optimis tapi gak sedikit pula yang pesimis. However, entah karena lupa atau memang nggak ‘ngeh, tidak ada satupun yang menyinggung soal peran internet terhadap perekonomian, padahal peran tersebut terasa amat sangat nyata. Tapi mungkin itu karena para analis biasanya hanya fokus pada saham-saham yang ada di BEI, dan masalahnya di BEI belum ada perusahaan seperti Alibaba.com, Facebook.com, atau Amazon.com yang sudah listing di Amerika sana.

Tapi yang hendak penulis sampaikan adalah, dengan semakin mudahnya transaksi jual beli karena adanya internet, maka perekonomian nasional akan sangat terdorong untuk tumbuh pesat di masa yang akan datang, dan peran internet ini suatu hari nanti akan mampu menutup economic gap yang terjadi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini karena anjloknya harga komoditas batubara dan CPO sejak 2012 lalu. Dan jika ekonomi makro terus membaik secara umum, maka para emiten di Bursa juga akan terkena imbas positifnya dimana kinerja mereka akan membaik, dan sudah tentu, IHSG akan merangkak naik kembali.

Jadi meski kita tentu saja tidak bisa memprediksi secara persis soal bagaimana kira-kira arah perkembangan ekonomi/IHSG kedepannya, termasuk entah kapan harga batubara dan CPO akan naik lagi, namun yang jelas kita punya ‘mesin pendorong perekonomian’ yang baru yang bernama internet. Prediksi penulis, dalam waktu 2 – 3 tahun kedepan kita akan mulai melihat satu atau dua perusahaan lokal berbasis e-commerce yang melantai di Bursa dan.. mari kita berharap bahwa ujungnya tidak akan seperti dot com bubble di Amerika pada tahun 1999 lalu.

Pengumuman: Penulis menyelenggarakan acara ‘Market Outlook – Peluang Investasi di Tahun 2016’ di tiga kota yakni Surabaya, dan Bandung. Untuk bergabung, keterangan selengkapnya klik disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar