Jumat, 02 Desember 2022

GINI: Pejabat harus punya Nasionalisme

by Erizeli eli Bandaro “ Uda, kenapa sih orang Indonesia suka deposit uang di luar negeri ? Yuni Chatt. “ Saya tanya kamu, kenapa kamu tempatkan uang kamu di Singapore? “ Ya…” “ Jawab aja dulu..” “ Ya. Untuk anak. “ “ Jawab pertanyaan saya. Kenapa ? “ Ya ingat tahun 1998, chaos. Semua hilang seketika. Nyawa aja engga ada harga apalagi harta. Udah itu, engga ada pengadilan. Habis begitu saja. Asuransi engga mau bayar claim. Kurs terbang begitu saja. Tabungan rupiah kalau ditukar ke dollar tinggal 20% aja dari kurs sebelumnya. “ “ Kamu tahu kenapa chaos itu tidak bisa diadili ? “ Ya kenapa ? “ Karena kesenjangan ekonomi atau Rasio GINI lebar sekali. Sekarang saja 1% penduduk menguasai 39% pendapatan nasional. Sementara Rasio GINI lahan dan SDA 76. 1% atau 2,6 juta penduduk menguasai 76% tanah dan SDA. Ketimpangan ini disadari oleh 2,6 juta orang itu. Mereka sadar akan ketidak adilan itu. Makanya mereka takut tempatkan uang nya di Indonesia. Mereka tahu kapan saja bisa meledak chaos sosial, seperti tahun 1998 itu. “ Tapi kan engga salah 1% itu. Mereka kan tidak merampok dan mereka dapatkan itu berdasarkan izin dari pemerintah.” “ Ya sistem itu diketahui oleh rakyat. Mereka diam saja. Tapi kalau keadaan ekonomi memburuk sampai sulit membeli kebutuhan makan ya pasti ketidak adilan SDA dan lahan itu dipermasalahkan. Chaos bisa sangat berdarah darah. Bau amis darah. Balas dendam tidak bisa dielakan. Tidak ada kekuatan yang bisa menahan.” “ Tapi kan itu tidak nasionalis menempatkan dana di luar negeri.” “ Yang harus bersikap nasionalisme lebih dulu itu politisi dan pejabat. Mereka kalau memang punya nasionalisme ya kurangi rasio GINI itu. Setidaknya jangan lagi perpanjang HGU kebun, HPH dan KP Tambang setop. Semua serahkan kepada negara. Mereka para pengusaha tambang dan kebun cukup sewa tanah kepada negara. Ya UU Cipta kerja itu diterapkan. Tapi UU udah ada tapi PP nya belum ada. Kan konyol. “ Jadi pengusaha yang populasi 1 % itu tidak bisa disalahkan? “ Ya lah. Mereka kan apa kata penguasa saja.” “ Baru ngerti Yuni. “ “ Bagus. Kamu sehat? “ Sehat.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar