Senin, 09 Desember 2019

RESOLUSI TAHUN BARU

Menjelang moment tahun baru, saya jadi ingat ketika tahun baru 2013. Waktu itu, saya pernah membuat resolusi.  Ini merupakan resolusi pribadi di tahun baru kala itu.  Yaitu meningkatkan saldo rekening bank emosi.  Benar bank emosi. 

Anda semua tahu bank setiap manusia memiliki rekening saldo emosi.  Maka bagi saya hal ini sangat penting untuk meningkatkan makom atau derajat kemanusiaan saya kepada orang lain.

Saat itu, saya merasa lemah sekali dalam hal rekening bank emosi.  Sederhananya begini, semisal setiap hari Anda mengatakan kepada anak Anda atau bawahan Anda. "Selamat pagi, apa kabar, kamu bagus sekali deh pakai baju putih, nah gitu dong rapih penampilannya nak,".  Kata-kata pujian yang tulus kepada siapa saja terlepas dari ada nya nilai atau hubungan tertentu perkataan tersebut merupakan setoran positif ke bank emosi saldo Anda di rekening emosi orang lain.

Inilah resep sederhana jika Anda atau saya ingin membesarkan lingkar pengaruh.  Lingkar pengaruh adalah hal yang sangat penting karena dasar dari meningkatkan likeabilitas atau kesukaan orang lain terhadap Anda. 

Jika likeabilitas tinggi dan konstan maka akan meningkat menjadi trust atau kepercayaan. Seseorang yang mendapatkan kepercayaan yang tinggi, akan mempermudah banyak hal dalam jalan hidupnya.  Jika kepercayaan didapat, maka masalah banyak terselesaikan, peluang menjadi terbukti, jalan menuju sukses semakin gampang.

Kepercayaan yang tinggi dari calon mertua misalnya, memudahkan seseorang menuju ke tampuk yang lebih tinggi yaitu pelaminan.  Namun kalau kenal saja belum, suka juga belum boro-boro dapet kepercayaan.  Atasan Anda menyukai Anda, atasan Anda percaya Anda..selesai sudah urusan terbesar dalam karir Anda.  Ke depan semua mudah.  Atau jika investor kenal Anda, suka Anda, percaya Anda…maka bisnis Anda menjadi lancar modalnya.

Dasar dari hal ini semua adalah rekening emosi tadi. 

Misalnya, saya mencoba menanamkan emosi positif ke anak saya.  Saya mengajari mereka matematika misalnya.  Kita semua tahu matematika adalah subjek penting keilmuan namun mengajari anak sulit sekali karena dulu saya menganggap hal ini juga sulit. 

Saya mengajari sang anak 30 menit masih normal semuanya, lebih dari itu ternyata saya mulai kesal karena sang anak nggak ngerti-ngerti atau saya semakin rumit sehingga anak semakin tidak faham. Kemudian intonasi saya naik, saya mulai menekan dalam dialog tersebut. sang anak jadi bête, saya jadi bête.

Itu adalah penarikan rekening emosi. 
Itu adalah saldo minus.

Niatnya meningkatkan rekening emosi plus, ujung-ujungnya terjadi penarikan minus yang besar.  Bisa dibayangkan kalau saya setiap hari marah-marah, bête, bersikap dingin, tidak mau mengerti.  Maka saya hampir tidak punya saldo positif.

Inilah awal-awal hubungan rusak.  Likeabilitas kesukaan berubah menjadi kebencian.  Kebencian lalu menjadi ketidak percayaan.  Di kondisi ini, lama saya akan memperbaikinya.  Sulit memperbaikinya.  Perlu kesabaran perlu perjuangan.

Inilah yang menjadi pikiran saya ketika itu. Rekening bank emosi saldonya saya akan buat positif ke semua orang. Ke ibu saya, ke mertua saya, ke rekan kerja, ke pasangan hidup saya, ke anak-anak saya, dan kesiapa pun. 

Bagi saya tahun itu adalah tahun rekening positif bank emosi.  Apapun bentuknya.  Waktu saya dengan yayasan Rumah yatim Indonesia akan saya naikkan porsinya.  Dengan keluarga, dengan pegawai dan keluarganya, semuanya.

Saya teringat sebuah cerita, Saat itu hari Jum at. Saya dan mas Mukti sahabat saya sedang hendak melaksanakan sholat Jum at.  Kami ingin dilaksakan di masjid Sunda Kelapa Menteng.  Jam 11 kami berangkat dari kantor di bilangan Senayan.  Namun demo di hari itu sudah keterlaluan.  Demo di Senayan dan HI berefek memacetkan jalanan satu Jakarta sehingga telatlah kami tiba di masjid Sunda Kelapa.  Kami sampai sholat Jum at sudah selesai.

Kami tetap ambil air wudlu untuk sholat dzuhur. Selagi berwudlu terdengar takbir melantun ..ada sholat jenazah rupanya.  Kita semua tahu sholat jenazah berdiri sehingga bisa banyak dan padat. Saya melihat di masjid tersebut banyak sekali yang menyolatkan, sehingga salam selesai. Saya masih menunggu mas Mukti..ehh takbir lagi.  Ternyata sholat jenazah kedua.  Untuk jenazah yang sama. Terlihat banyak orang tergopoh-gopoh masuk.  Dan yang didalam buru-buru keluar mempersilahkan yang belum melaksanakan sholat bersegera.  Lalu terlihat seluruh masjid Sunda Kelapa penuh orang baru. datang dari berbagai penjuru.  Bahkan hingga keluar-keluar dan saya tahu mereka bukan yang melaksanakan sholat Jum at di sini namun di tempat lain.

Saya dan mas Mukti melihat dari kejauhan.  Masjid full.  Saya bilang..tunggu deh dzuhurnya.  Biarin yang sholat jenazah selesai dulu.  Kami berdiri di belakang dekat tempat wudlu.  Kami melihat lagi hal yang luar biasa.  Para pe sholat yang baru selesai buru-buru keluar.  Karena berdatangan lagi banyak orang dari berbagai penjuru dan kurang dari 10 menit takbir kembali melantun.  Shalat jenazah ke tiga untuk jenazah yang sama.  Luar biasa banyak nya yang hadir hingga di sholat ke tiga ini sampai full lagi itu mesjid.  Ini mesjid Sunda Kelapa lho..sizenya besar sekali dan sholat jenazah berdiri jadi yang namanya banyak ya benar banyak.

Kami berdua bengong begitu takbir keempat dilantunkan, bahkan sampai 5 kali!!!. Seseorang di sholatkan sampai 5 gelombang?!..Yang jadi pertanyaan kami berdua adalah, siapa ini orang ya? Saya tanya pada yang melakukan sholat tersebut beberapa orang tentang siapa orang ini.  Mereka menjawab, oh dia ibu anu..saya lupa namanya dan sejatinya dia bukan orang terkenal atau setidaknya orang yang saya kenal.

O, ibu dulu guru ngaji saya. o ibu dulu pernah nolong nyekolahin anak saya, o ibu dulu pernah bantu ayah saya, o ibu dulu pernah tinggal di pulau Rote yang kenalin saya Islam, o ibu dulu di Sorong Papua dengan saya, o ibu dulu pernah di Entikong..dan seterusnya dan seterusnya.

Dalam hati saya bilang..ini manusia pasti luar biasa, yang menyolati jenazahnya ikhlas, merindukan sosoknya dan banyak kehilangan.  Kami berdua tidak mengenalnya namun ribuan orang melepasnya dengan tangisan dalam.   Sebuah purna bakti yang luar biasa.

Saya yakin walaupun sang ibu tidak dikenal di bumi ini.  Tidak banyak dikenal luas namun ribuan yang menghadiri kubur dan sholat jenazahnya adalah bukti kesempurnaan hidup.  Kesempurnanan karya manusia sejati adalah dikenal di bumi dan di kenal dilangit. Ini adalah cita-cita, ini adalah impian yang bagi saya merupakan keharusan.  Ibu itu sudah berhasil memberikan rekening emosi positif ke semesta, ke banyak orang, ke semuanya. 

Mari sahabat, kita sama sama berusaha untuk terus menambah saldo bank emosi kita, dimulai dari keluarga di rumah. . #peace

***
Penulis : Mardigu Wowiek Prasantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar