Sabtu, 21 Desember 2019

KEMANA AJA KEMARIN KEMARIN YA ?

Ketika berdiskusi dalam forum sederhana di Tokyo minggu lalu bersama Stephani Kelton tentang MMT Modern Monetary Theory ada sebuah perkataan yang membuat telinga saya  terngiang ngiang terus, hingga seminggu lewat, hingga saat ini.

Kita semua tahu bahwa mahzab ekonomi si Sontoloyo ini sama alirannya dengan Stephani Kelton, yaitu POST KEYNESIAN Economic

Dalam “muscle knowledge MMT” pemahaman Keynesian itu sudah usang, bahkan banyak dari kami yang menyatakan Keynesian is dead.

Pemahaman akan inflasi, akan printing money akan SWF souvereign wealth fund beda jauh dengan mahzab ekonomi setelah perang dunia kedua yang banyak diajarkan di dunia kampus hingga saat ini. Ini yang dalam hati kecil saya berharap ada baiknya dunia kampus mengubah pemahaman ekonominya bisa menerima MMT modern monetary theory.

Kalau tidak pakai MMT maka ekonomi bernegaranya tidak berdaulat. Pinjam dan hutang terus kalau neraca perdagangannya minus seperti sekarang ini. Juga didalam membangun, pakai hutangan. Kok nggak sadar sadar ya bahwa kita Indonesia akan semakin terperosok ke dalam pasir hisap yang tak ada dasarnya kalau terus berhutang dan meminjam.

Karena cara mencicilnya. 

Dari mana? Dari sektor produktif yang hanya berbasis domestik konsumen dipajakin, ya nggak kuat lah!~!

Harus eksport manufaktur bahan jadi atau 75% jadi, jangan komoditi, lalu harus tidak ada import, jadi neraca perdagangan harus plus dulu setidaknya impas. Jadi yang dibangun dulu namanya sektor produktif manufaktur dan industri. 

Tapi ya sudah lah, sudah kadung cara berfikirnya beda karena memang muscle knowledge nya beda. Kita ikut dulu sambil jaga jarak agar kalau kepeleset jatuh dalam masa resisi yang karena kebijakan ekonomi nya saat ini pasti akan membuat tahun depan ekonomi kering. di tahun depan kita sudah ada solusinya.

Kembali ke post Keynesian economic mahzab kita. Kita ini tidak percaya inflasi versi Keynesian. Tidak percaya dolar, nggak percaya IMF dan tidak percaya OBOR China. Itu akal akalan mereka ingin menaklukkan negara lain. Itu alchemy nya China Amerika. Kita anti banget.

Kita beri pertanyaan sederhana dari seorang Stephani Kelton, yang  saya teruskan, pertanyaanya begini, MUNGKIN KAH INDONESIA KEKURANGAN RUPIAH?

Maka banyak yang menjawab, tidak mungkin. Kalau kekurangan dolar ya mungkin, bukan punya kita. Kekurangan yuan mungkin, kekurangan emas juga mungkin. Tetapi kekurangan rupiah?

Sekali lagi pasti banyak pasti yang menjawab , tidak mungkin Indonesia kekurangan rupiah. 

Lalu pertanyaan selanjutnya, kalau tidak mungkin kekurangan rupiah mengapa Indonesia cari pinjamanan, mengapa masih ngutang, mengapa perlu foreign direct investment, mengapa memerlukan dolar?

Maka pertanyaan sederhana itu kalau dijawab orang pinter atau pejabat mereka pasti akan menggunakan semua ahli ekonomi pemenang perang dunia kedua yang ingin selalu dolar dipakai sebagai DASAR ber ekonomi.

Ya monggo saja. Kalau kita khan bisa apa? Bisanya kasih saran, ngingetin dan beri solusi, nggak di pakai nggak apa apa. 

Tapi Cuma mikir aja, dari 2016 rekam jejak kita sudah “menyerang BUMN” ala Rinso yang bakal merusak ekonomi nasional. Sudah kita buka semua sejak 3 tahun lalu, mafia migas, abuse of power BUMN dan lain sebagainya. Lalu sekarang kayaknya  dibenerin. Kesannya, jadi baik.

Padahal, dalam hati banyak yang berkata,  lah yang ngerusak khan sampeyan dewe kang mas,  kok koyo pahlawan saiki. 

Kita lanjut, sampai lupa topik diskusi nya, lalu perkataan apa yang membuat terngiang di telinga saya, maaf sebentar kita potong dulu, lagi cari pembenaran dulu biar saya kelihatan kayak orang pinter, maklum wong bodo.#peace

Penulis: Mardigu Wowiek Prasantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar