Rabu, 30 Oktober 2019

TIDAK PENTING BAGAIMANA ANDA DILAHIRKAN, TAPI LEBIH PENTING BAGAIMANA ANDA BERTUMBUH



Bagi saya bisnis adalah dunia yang volatile bergerak naik turun dengan ekstrim. Sulit ditebak dan penuh ketidak pastian. Itu adalah dunia entrepreneur. Inilah yang membuat saya heran kenapa orang kok menyarankan untuk memilih memasuki dunia uncertain kewirausahaan.
Coba tunjukkan ke saya di mana kepastian dalam berbisnis bahwa anda nanti pasti kaya atau sukses? Berbeda dengan professional atau pegawai, baik itu pegawai negeri ataupun swasta. Tiap akhir bulan pasti dibayar gajihnya. Pasti dapat uang. Berapa pun itu. Inilah yang membuat banyak orang tua tetap menginginkan anaknya, bekerja. Dan bagi saya itu benar. Pasti-pasti saja menjalani hidup.
Paragraph awal ini sahabat bisa membaca apa mungkin yang terjadi dalam diri saya. apakah seorang Wowiek lagi galau? Apakah Wowiek lagi pesimis dengan dunia bisnis? Atau dia lagi ditawari jabatan yang sangat baik posisinya yang memaksa dia keluar dari dunia kewirausahaan dan masuk ke dunia birokrasi eksekutif?
Kalau kesemuanya itu ternyata ada benarnya, apa yang saya harus lakukan kemudian? Main dua kaki? Atau meninggalkan salah satunya dan focus ke satu hal saja, mana yang seorang Wowiek pilih?
Sebagai orang yang hobby dengan statistic dan enthusias dalam bidang psikologi social, saya beberapa saat yang lalu melakukan diskusi dengan beberapa sahabat. Pertama saya menjumpai sahabat yang pernah di dunia aviasi yang kemudian sekarang berada sebagai chairman salah satu peritail ecommerse yang besar.
Sebagai professional dia pernah membuat perusahaan yang dipimpinnya mepunyai revenue 30 triliun per tahun dari perusahan merugi menjadi sangat menguntungkan. Dia merubah image perusahaan, mengutamakan keselamatan dan mempercepat proses distribusi barang. Sangat revolusioner dan sangat destructive.
Masuk dunia birokrasi eksekutif sangat tergantung ownernya mas Wowiek. Demikian dia memulai sharingnya. Kalau BUMN, pedang mu tidak pernah tajam. Gerakan tarianmu nggak pernah lepas, dan tuan mu banyak. Ke bawah kamu tidak bisa asal tebas, walau salah dan lemah subordinate mu. Kamu bisa di demo, dikritik di media, di black mail.
Melakukan ide brilian kamu bisa di tanya DPR, dan pejabat terkait dalam departemen atasanmu. Dan mereka bukan orang faham bisnis. Mereka melihat selalu dari apa untung rugi buat diri mereka dan untuk kelompok mereka dari sebuah tindakan manuver bisnis kamu tersebut. Begitu tidak sesuai, mereka bilang atas nama rakyat Indonesia yang mempercayai tugas itu di pundak mereka, kamu pesakitan.
Tapi, disisi lain, mereka minta kamu tetap melayani mereka. Kedatangan mereka tetap meminta di “layani”, ini yang membuat posisi kamu banyak “tuan” bahkan banyak nyonya, istri pejabat yang ikut minta dilayani. Ini melelahkan, ini makan ati mas.
Belum lagi laporan, waduh, 4 kali lipat dari sector swasta. Dan focus membaca laporan adalah mencari salah atau kesalahan yang akan di persalahkan. Bukan mencari masalah dan diselesaikan. Sementara, bagi manusia , salah itu manusiawi. Masalah itu diperbaiki. Itu dinamika biasa. Tapi kesalahan yang di persalahkan, menimbulkan masalah di atas masalah. Dan itu atasan senang, karena seakan mereka kerja.
Coba lihat pansus-pansus yang dibangun dan di proyekkan, itu mencari apa? masalah yang akan di permasalahkan, dan bukan solusi. Kalau ditanya solusi, paling bilang : ganti! atau Hukum!. Itu saja. Bukan penyelesaian taktikal apa lagi strategikal.
Bayangkan mas, bekerja dengan minimum 3 mindset berbeda yang memonitor anda! Dia menghela nafas sebentar karena kecepatan dan terlalu bersemangat bercerita.
Lalu mas? Saya jadi antusias
Lalu, paling top 2 masa jabatan memimpin kurang lebih 10 tahun. Lalu sampailah di ujung karier di tempat tersebut yang penuh intrik dan friksi. Kalau kamu tahan loh!..usia misalnya 52 tahun. Kamu mendadak tidak berkantor di pagi hari. Kamu mendadak tidak di sapa dan diskusi atau meeting yang rutin kamu pimpin. Kamu mendadak tidak mendapat telfon atas kejadian hari itu. Diakhir bulan tidak ada sejumput cash masuk ke rekening mu.
Memang besar depositomu, memang mapan tempat tinggal dan sarana tranportasimu. Tapi mendadak tidak punya kedaulatan kecuali rumah dan wilayah pribadi. Mendadak self esteem mu terguncang. Bertemu teman saja sungkan mas. Bisakah mas Wowiek membayangkan posisi tersebut?
Saya manggut-manggut saja. Saya menunduk dan bisa memvisualkan.
Kalau di perusahaan swasta besar? Milik korporasi besar? Saya bertanya? Sahabat saya sang pakar manajemen aviasi barusan memonyongkan bibirnya sambil mendongak ke kanan mengarahkan moyong bibirnya dan gerak wajahnya menunjuk ke sahabat satu kami satu lagi. Itu domain dia tuh. Sahabat saya ini pernah di HM Sampoerna, lalu lanjut ke posisi perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia sebagai country head yang memilik jaringan di seluruh dunia, lalu menjadi pemain kunci dalam jajaran petinggi perusahan komunikasi di bilangan Negara Asean, dan sekarang di jajaran tinggi di dunia keuangan sebuah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Timur tengah.
Podo ae mas, nggak enake! Sama saja kalau di cari dan dilihat dari sisi treat atau negatifnya. Dia memulai sharingnya.
Iya mas, memang itu yang saya butuh. Kalau saya bisa menerima sisi buruk atau sisi berat negatifnya, maka yang positifnya pasti bisa saya terima, bener khan?
Iyo..jawabnya singkat.
Di dunia korporasi swasta, tuan kita sedikit, pedang kita bisa tajam, gerak kita leluasa. Yang harus di pilih adalah, sang master. Tuan kita. Kalau dia buas, kreatif, out of the box, no rule, jago manipulasi, berani maneuver politik, networknya luas, modal kuenceng, Waduh, itu surga dunia mas.
Lincah sampeyan mas.
Bagaimana kita bisa di habitat seperti itu mas? Saya bertanya
Nah, sampeyan harus interview atasan langsung . katakanlah  mas di tawari posisi puncak, maka share holder dan founder utama mas harus sempat bicara. Sedot datanya, baca gesture nya, lihat kebiasaannya. Karena bisa saja dia hanya pakai kita beberapa tahun terus di buang untuk invetasi lebih murah.
Tanya mantan personil sebelum sampeyan mas, lalu tanya bawahan langsung mereka juga. 360 derajat observasi. Satu saja ada feeling nggak kretek , jangan di jalani mas. Itu potensi confliknya. Itu potensi ketidaknyamanan jangka panjangnya.
Saya kembali manggut-manggut. Singkat cerita dua orang sahabat saya tadi masih saya gali , masih saya “probing dan digging” terus dari berbagai sudut. Sampai saya puas, dan singkat cerita pada suatu saat kemudian saya berjumpa dua sahabat lainya lagi.
Kali ini dua orang CEO merangkap salah satu owner pemegang saham dari 2 perusahaan tambang besar. Ini pengusaha murni, entrepenuer poll!., mentok. Sayapun cerita apa seperti cerita tulisan diawal. Dimana saya mendapat dua hal yangbenar-benar setali tiga uang, sama peluang sama besar, sama sulit, sama menantang. Selesai saya cerita overview, terdengar ketawa kecil dari keduanya,.huahahahaha. sambil meletakan gelas di meja dan yang satu ngetok-ngetok meja, masih tertawa, walau kecil tapi panjaang. Jiaaaah, kenapa nih berdua!! . Maaf kita sambung besok ya # may peace be upon us

Penulis:  Mardigu Wowiek Prasantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar