Senin, 28 Oktober 2019

SCALE UP VS BONSAI

Scaling-up atau membesarkan bisnis setelah sebuah perusahaan baru atau UKM mencapai “product-market fit” adalah tantangan terbesar pengusaha.

Terdapat data di Amerika bahwa 75% perusahaan baru berdiri gagal karena tak mampu membesarkan diri (premature scaling) alias layu sebelum berkembang. Dan di Asia lebih tinggi lagi yaitu 80% perusahaan muda gagal kembang.

Ini masalah mindset kah? Bisa jadi, karena apa yang kita katakan adalah doa. Mindset sudah kita bahas lewat buku Sadar Kaya dan pelatihan MMBC.

Kembali ke bahasan awal, Sebagian besar UKM adalah “perusahan bonsai” karena sepanjang hidupnya kecil terus tidak pernah membesar karena tak tahu dan tak mampu melakukan scaling-up.
Ini tantangan terbesar pebisnis pemula, bagaimana berkembang dan tidak terbonsai, kecil terus.

Apa rahasia suskes sebuah scaling-up? Ada dua prasarat dasar ditinjau dari sisi internal dan eksternal perusahaan. Pertama secara internal, bisnis yang kita bangun harus memiliki skala ekonomi (projected economies of scale). Kedua secara eksternal, ia harus memiliki pasar yang cukup besar (large addressable market) untuk tumbuh.

Nah disini kita mulai masuk ke dalam bisnis secara rinci. Pemahaman berbisnis seseorang pemula harus meningkat dari sekedar jualan dan mengelola (manajemen) perusahaan menjadi membuat skala keekonomian.

Saya faham tulisan bisnis tidak popular di Indonesia. Peminatnya sedikit sekali. Namun saya percaya banyak sahabat yang ingin makmur, jadi saya terus banjiri dengan informasi beginian, boleh?

Economies of Scale adalah sebuah perhitungan bisnis yang bisa massif membesar atau bahasa lainya Skala ekonomi terjadi jika biaya per-satuan (unit cost) turun jika output perusahaan bertambah besar. Bisnis yang mengalami hal ini disebut bisnis tersebut: scalable.

Seperti misalnya bisnis computer dan dunia internet. Semakin banyak yang beli, semakin banyak yang pakai, biaya produksi semakin turun persatuan unitnya.
Misalnya flat screen TV di awal keluarnya harga TV 42 inci bisa Rp 20 juta, sekarang ukuran yang sama bisa hanya 4 juta per unitnya. Laptop, mobil, dan banyak lagi scalable bisnis semacam ini.

Disisi lain misalnya warteg, ongkos nya flat. Satu piring modal 5000 jual 15.000. ketika 1000 pring, tetap sama modal 5000 juga. Bahkan naik karena perlu ruangan ektras, malah bisa jadi 6000 modalnya.

Umumnya professional services seperti guru, pengacara, konsultan, atau pembicara/motivator tidak scalable atau sulit di-scaling-up.

Faktor kedua adalah market size atau addressable market. Bisnis Anda tak akan bisa besar jika market size dari industri yang Anda masuki kecil. Karena itu agar bisa scaling-up, Anda harus memastikan bahwa total potensi market size yang bisa diambil harus sangat besar.

Kita beri contoh ya? Karena contoh ini harus di pahami dari pengelola Negara sampai ibu rumah tangga. Kalau pengelola Negara nggak faham scaling up, bisa-bisa perkembangan ekonomi di arahkan ke sesuatu yang bonsai semua. Bahkan regulasi saat ini banyak yang membonsai pengusaha sehingga tidak bisa scaling up, dan masih nggak nyadar juga yang membuat bangsa Indonesia dijajah ekonominya oleh asing, eh malah pada sibuk bagaimana 2019 berkuasa. Lanjut?

***
Penulis : Mardigu Wowiek Prasantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar