Jumat, 18 Oktober 2019

JANGAN TERLALU LAMA DALAM KEADAAN YANG TIDAK MEMBAHAGIAKAN


Boleh saya masuk pak?  Ini adalah suara dari manajer yang in charge di salah satu pekerjaan kami. Wajahnya menunjukan ada hal penting yang dia harus sampaikan.

Saya memberikan gerakan tangan saya agar dia masuk ruangan dan duduk di depan saya, ada apa mas?   Saya pun bertanya sekaligus mengungkan ke kepo an saya.

Ini pak, kayaknya kontraktor kita yang sedang membangun bangunan tidak perform dengan baik.   Mutu, cara kerja, dan orang-orang di lapangan sangat tidak professional.  Malah kesannya tukang bangunannya adalah bukan tukang bangunan, kuli atau mungkin petani.   Semuanya jelek pak!

Lalu?   Kamu lalukan apa?   Saya bertanya lagi.   Karena saya tahu dia sedari awal yang memutuskan mengapa menggunakan kontraktor ini

Saya sudah peringati berkali-kali pak.   Sama saja hasilnya.  Memang tidak professional pak.   Proyek ini harusnya 12 bulan selesai tapi kayaknya bakal molor pak.

Kamu sewaktu memilih dulu apa dasar memilihnya?

Ini pak, mereka punya track record bagus, presentasi yang paling baik, harga juga yang paling murah dan juga berpengalaman membangun gedung seperti yang kita bangun.

Saya terdiam sewaktu dia berkalimat menjelaskan alasannya 6 bulan yang lalu menunjuk proyek ini.   Bagi saya ini adalah peristiwa ke dua dalam dua tahun ini.   Kontraktor 2 kali tidak sesuai janji, padahal punya nama besar mereka.  Bahkan yang satu BUMN.  Begitu juga yang kali ini.

Tindakan saya tahun lalu adalah project manajernya saya masukin ke barak istilah lainya saya mutasi.   Saya pakai yang baru lagi yaitu bekas wakilnya yang sekarang dia berada di depan saya, yang ketika dilanjutkan kalimat nya yang berikutnya adalah mengakui kesalahannya.   Mengakui kebodohannya.

Karena saya diam saja, dia bertanya kepada saya, apa saya di pecat pak?   Dalam kepala saya berkecamuk hal yang beragam.   Sehingga waktu itu saya diam kecuali satu hal yang saya lakukan kepadanya. Coba kamu keluar sebentar ke ruangan kamu, saya perlu waktu sendiri.

10 menit saya terdiam sendiri.   Kebiasaan saya dalam berfikir adalah saya berdiri melihat pepohonan yang ada di belakang saya duduk. Melihat pohon, bunga, sering kali menimbulkan inspirasi bagi saya. sampai terdengar suara, hai Wowiek, how are you.   Can I come in?

Ini adalah suara pak Pieter.   Sahabat saya dan juga salah satu mentor bisnis saya yang sering bertandang ke kantor saya tanpa perlu janjian.   Dia seorang yang berusia 78 tahun.   Masih segar dan sehat.   Pikirannya masih tajam, dan pengalaman di dunia property di Hawaii dan IT di Silicon Valley puluhan tahun merupakan keilmuan yang selalu saya butuhkan.  Terutama dalam meng-handle manusia.

Dia kelahiran Cimahi.  Ibunya Sunda, bapaknya bule.   Dia seorang Indo.  Dia besar di Belanda dan Amerika.   Hingga 15 tahun yang lalu kembali ke Indonesia menikmati pensiunnya.  Dan saya sangat beruntung mendapatkan mentor seperti dia.   Mother tounge nya bahasa ibunya bahasa Inggris namun bahasa Indonesia dia pun bisa lancar.   Kalau ditanya dia prefer berbahasa Inggris.

Whats wrong, you seem like having a bad breakfast?   Dia mempertanyakan wajah murung saya.

Iya pak, kejadian yang terjadi tahun lalu terjadi lagi.   Saya menceritakan sekilas kejadian yang baru saya dapat laporan.   Pak Pieter memperhatikan cerita saya dengan serius.   Dia pun bertanya, what happen with the gentlemen who made a mistake the first one. Dia menanyakan tindakan saya pada peristiwa tahun lalu.

I move him to other division.  I “punish” him, in away.  Begitu jawaban saya.

You know, you are wrong.  What you did was totally wrong Wowiek. Ini adalah gaya bahasanya, lugas, langsung to the point.   Saya pun diam.  Dan berkata, ok, go on.  Saya mempersilahkan dia menyambung kalimatnya.

I tell you my story. Dia membuka dengan pengalaman hidupnya.

Back then when I was in state, I work as an engineer. Dia mengawali ceritanya ketika dirinya masih menjadi pegawai di bidang teknik.  I design one of the biggest silo.  Tangki.  It was for chemical used.  So the design need to be precise.  I remember that the galvanize plat need to be 6 mm, the thickness.   Ketebalan 6 milimeters adalah wajib.   And for safety reason I have to order the thickness of plat is 6 + 3 mm so it had to be 9 mm.

I check, and check the design over and over before it went to the contractor who will build the silo as well as the combustion chamber. Ruang pembakar atau tanur juga dirancang sama oleh dirinya.
And you know what happened.  At that time there are no computer so I need to design manually and checking up manually as well, and I don’t know what happened to me that day, what I wrote that 6+3 is 6, instead of 9mm.  I stupidly miss that calculation. And when the material arrive until full erection of the plant I did not notice until finally it was commissioning time.  The day it need to be tested.

I was shock knowing that thickness of the plat is only 6 mm.  I said I made horrible mistake, this unforgiven mistake.  It’s make company suffer million dollar lost and I the one to blame.  Dia tahu dialah yang bertanggung jawab dan dipersalahkan atas kerugian bisa mecapai jutaan dollar.

I went up to the board room, reporting every detail with my boss and confess the screw up thing the mess that I just did.  Mengaku dosa.

And at the end, I ask him…sir, is this my last day of working??

And he was looking at me like a child wanting an ice cream in a summer.   Setengah melongo..And he ask me back?  Why should I fire you?

Well, I made a huge gigantic mistake didn’t i?

He kept look at me same look and said..yea, well ..sure you did.   You made a big mistake., I was made the same mistake as you are when I was your age.  You know what, 6 mm thickness still can be used but the length ages of silo may be less umur pabriknya nggak panjang. 9 mm can last for 40-50 years. 6 mm thickness can go for 20 years.  But this damage can be manage. I forgive that.

I was felt blessing that day he won’t fire me and I ask why to him again wanting an further explaination.

He said..if I fire you, someone who replace your position will make as same mistake as you are.  Trust me.  That is a leaning curve.  Curva belajar. And if new person make mistake again the company will never run well. Might as well I keep you in here lebih baik orang yang sudah membuat kesalahan dan belajar tetap berada di posisinya karena dia tidak akan membuat kesalahan yang sama.

Hal ini jauh akan menghemat biaya. Curva belajar itu costly, mahal.

So back to you Wowiek, your mistake was you let the first person go, the one who learn most at the begining.  Then you hire a new person.   So you the who made a same mistake twice.   Kamu lah yang dua kali membuat kesalahanan yang sama.  I know you not scare making mistake, but same mistake twice..come on..grow up.

Dewasalah…itu sebuah kata yang tepat buat saya.   Sepanjang kalimat ceritanya saya menyimak.   Hingga dia melanjutkan.   Jadi, kalau kamu mutasi dia lagi lalu cari orang baru lagi, atau kamu pecat dia.   Kamu yang selalu dalam lingkaran rat race.   Seperti tikus berjalan dalam kincir putaran dalam kandangnya. Nggak pernah maju-maju. Jalan di tempat.#repost #peace

***

Penulis : Mardigu Wowiek Prasantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar