Rabu, 30 Oktober 2019

KATA SIAPA DAN MAKSUDNYA APA

Kita membicarakan topic baru tentang ketahanan ekonomi. Ketahanan ekonomi bukan “defence economic” atau security economic juga, tetapi ketahanan yang dimaksud adalah resilience atau daya tahan ekonomi.

Iya kita diskusi daya tahan ekonomi Indonesia. Yang kali ini, lebih luas sedikit. Pokoknya kita tahu uang yang beredar di Indonesia masih sangat banyak, jadi melakukan “domestic transaction” uang muter di Negara sendiri cukup membuat roda ekonomi berputar dan menghidupi rakyat. Bisa outopilot, rakyat bisa  buat uang sendiri.

Bener deh, nggak perlu sang menteri mendapat gelar “menteri terbaik” di dunia kita repoti dengan urusan UKM,

O iya itu gelar kenapa Ernst & Young EY yang terbitin ya? Itu khan perusahaan auditor deh sejauh yang saya tahu. Bukan lembaga yang pas untuk  menilai good governance sebuah negara deh kayaknya.

Seperti perusahaan apa ya kita kasih contoh, Bakrie award misalnya, lalu memberikan si bossman sontoloyo gelar pebisnis paling nyeleneh sedunia. Ya bagi saya penerima mengucapkan terima kasih dan nggak usah dipropaganda sebagai keberhasilan “Indonesia”.

Terus kategori Menteri terbaik di dunia dari kacamata apa? EY khan perusahaan.

Atau ini akal akalan EY agar  jasanya dipakai terus Indonesia begitu kali ya niatnya. Ngapunten, salah data mudah-mudahan saya kali ini.

Eh inget Ernst & Young jadi inget skandal penipuan Enron.
EY yang bermain memanipulasi data audit yang ternyata bodong, itu skandal dunia, itu penipuan dan jangan-jangan pemberian gelar ini akal-akalan EY. Ya sekali lagi, mudah-mudahan saya salah datanya.

EY nipu Enron mah datanya nggak salah, itu jelas.

Oke kita kembali ke resilience atau daya tahan ekonomi saat ini  bagaimana performanya. Kita lihat fakta saja, kita mulai dari target pertumbuhan ekonomi Indonesia. 4 tahun terkahir . Di set target 7 % tidak tercapai, 2015 pertumbuhannya terendah dalam 6 tahun terakhir hanya 4.79%. alias kali pertama pertumbuhan ekonomi Indonesia dibawah 5% jika di banding dengan performa 6 tahun sebelumnya.

Angka 4.79% jauh dibawah target 7% di awal pemerintahan, tetapi lidah bisa berkeliat ditambah embel-embel “cari selamat” ekonomi global lesu maka ekonomi Indonesia lesu. Ok deh..

Di 2016 tumbuh 5.02%. Prestasi kah? Ya jauh di bawah target 5.4 yang di tentukan sendiri. bukan rakyat yang menentukan, pemerintah sendiri yang menentukan. Kalau rakyat menentukan tumbuhnya ekonomi maunya di atas 10% per tahun.

Di tahun 2017 dan 2018  juga di sekitar 5.1% an. Di bawah target lagi yang ditentukan pemerintah!!

Di awal  tahun 2019 ini neraca perdagangan minus kita menjadi Negara pengimport berbagai kebutuhan.
Kalau dipikir2 ini Negara memang nggak bisa “memproduksi” kebutuhan sendiri apa ya?

Kesimpulan yang saya tangkap loh ya, pemerintah 5 tahun ini gagal memenuhi target pertumbuhan yang “di set” oleh dirinya sendiri. lah kok bisa? Sulit ya mencapai target yang dibuat sendiri. Ngeles apa lagi kali ini ya?

Growth 5% khan bagus. Amerika hanya 3.3%.

5% dari GDP per capita 3.800 adalah nilai nya 190 $. Sedangan 3.3% dari GDP per capita Amerika yang 59.000 adalah 1.900 dolar tumbuhnya, alias setengah GDP per capita Indonesia, ya gedean 3.3% lah!.

Jangan lihat dari angka 5% di banding 3.3% tetapi dari nilai keseluruhan, kita naik 190 dolar Amerika naik 1900 dolar. Itu nilainya kita hanya 10% sepersepuluh kenaikan GDP Amerika. Ya jauhhh.


Bagaimana kalau kedepan kita bukan menarget naik berdasar presentasi, bagaimana kalau kita sebut naik berdasar nilai sebenarnya. Berani kita sebut angka? Naik 1000 dolar per tahun tumbuh GDP per kapita?!!!#peace

Penulis :  Mardigu Wowiek Prasantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar