Selasa, 26 Januari 2016

3 Hal yang Bisa Membuat Anda Bangkrut Total Saat Memasuki Masa Pensiun

creative-art-wallpapers-x_art















By Yodhia Antariksa

Survei yang pernah dilakukan harian Kompas merilis fakta yang amat muram : 90 % karyawan Indonesia secara finansial tidak siap menghadapi masa tua saat pensiun kelak.
Gaji yang kurang maknyus, jarang melakukan investasi, dan tabungan yang serba terbatas bisa membuat masa depanmu benar-benar suram. Anda terpuruk dalam nestapa persis saat usia Anda sudah tidak produktif lagi.
Slogannya menjadi amat pahit : saat muda kerja keras banting tulang, lembur dengan gaji pas-pasan; saat tua sakit-sakitan dan sengsara karena nol investasi.
Mari diminum dulu kopinya, untuk menemani mendung di pagi hari.
Mari coba kita hitung ulang berapa biaya hidup yang Anda butuhkan saat kelak usia Anda 55 tahun dan masuk masa pensiun.
Asumsi saat ini usia Anda masih 30 tahun. Dan biaya hidup sekarang hanya 5 juta/bulan. Ukuran yang sangat minim, karena saya pernah menghitung biaya hidup yang memadai adalah Rp 15 juta/bulan.
Okelah, anggap biaya hidup Anda sekarang hanya 5 juta/bulan. Laju inflasi per tahun 6% – ini adalah rata-rata inflasi tahunan kita selama 5 tahun terakhir.
Dengan biaya hidup saat ini 5 juta, usia Anda sekarang 30 tahun, dan laju inflasi tahunan 6%, maka biaya hidup saat usia Anda 55 tahun sudah naik menjadi Rp 21,5 juta/bulan.
Kenapa naik jadi 21 jutaan? Karena inflasi setahun 6%. Biaya hidup kan memang naik setiap tahun karena inflasi. Kalau dihitung : dengan inflasi 6%/tahun, maka dalam 15 tahun ke depan biaya hidup 5 juta itu akan naik menjadi 21,5 juta/bulan.
Artinya saat usia Anda 55 tahun, dan pensiun, biaya hidup yang Anda butuhkan 21,5 juta/bulan. Ini dengan asumsi biaya hidup Anda sekarang HANYA 5 juta/bulan.
Rata-rata harapan hidup orang Indonesia sekarang adalah 75 tahun. Artinya Anda masih perlu 20 tahun untuk menyiapkan biaya hidup.
Jadi total biaya hidup yang Anda perlukan untuk pensiun dengan nyaman adalah : Rp 21,5 juta/bulan x 12 (bulan) x 20 (tahun) = Rp 5.1 milyar.
Banyak sekali sodara-sodara. Wajar jika mayoritas pekerja Indonesia tidak siap menghadapi masa depan. Dan lalu kebanyakan “lari dari kenyataan”.
Cara paling elegan untuk lari dari kenyataan adalah dengan kalimat seperti ini : “Yah, biarkan hidup mengalir saja mas….”. Ya kalau mengalirnya ke Samudra Atlantik. Keren. Kalau mengalirnya ke Septic Tank ?? Modyar kon.
Atau kalimat lain yang lebih heorik : “Matematikanya Allah tidak seperti itu mas….”. Kalimat ini hanya punya makna jika yang mengucapkan bergerak mengubah nasib dengan KREATIVITAS dan KOMPETENSI.
Yang fatal adalah jika kalimat indah itu digunakan untuk menutupi ketidakmampuan dirinya untuk mengubah nasib. Untuk menutupi kemalasan dirinya dan lalu berlindung dibalik kalimat yang mulia.
Malaikat yang mencatat amalan manusia mungkin jadi bingung : si Fulan ini bagaimana, menyebut-nyebut nama Tuhan, tapi malas mengubah nasib dan membiarkan dirinya terjebak nestapa dengan gaji yang pas-pasan.
Kenapa si Fulan membiarkan dirinya terjebak kenestapaan saat usianya tua, karena 3 alasan berikut ini. 3 hal yang layak dikenang, saat kita mengucap kalimat : “rezeki selalu punya jalannya sendiri-sendiri”.
Reason # 1 : No Investment. Banyak orang menjadi nyungsep saat tua, karena di saat muda tidak pernah melakukan investasi. Mungkin karena memang penghasilannya pas-pasan sehingga nyaris tidak tersisa untuk investasi.
Atau mungkin hidupnya agak boros : ambil kredit mobil meski gaji tak seberapa. Beli gadget yang paling bagus meski gaji pas-pasan.
Sekarang, saya mau memberi hitungan bedanya investasi saat usia muda dan usia tua.
Misal usia Anda 25 tahun, dan investasi 10 juta, dengan return on investment sebesar 15% per tahun (ini rata-rata hasil investasi di reksadana. Di properti juga sama bahkan lebih besar).
Dengan return 15% per tahun, maka pada saat usia 55 tahun, dana 10 juta yang Anda investasikan di usia 25 tahun itu sudah akan berkembang menjadi Rp 662 juta. Inilah the magic of investment.
Sementara jika Anda investasi 10 juta saat usia 35 tahun, maka hasilnya hanya akan menjadi Rp 166 juta saat usia 55. Dan kalau invest di usia 40, maka hasilnya hanya akan menjadi Rp 81 juta.
Anda lihat sendiri perbedaannya. Betapa jauhnya hasil yang Anda akan dapat saat invest di usia 25, 35 atau 40 tahun. Maka makin muda usia, melakukan investasi, makin bagus.
“Aduh mas….uangnya sudah habis buat beli gadget mas. Ndak ada lagi untuk investasi”.
Lhah bagaimana sampeyan bisa makmur kalo konsumtif kayak gitu.
Reason # 2 : Stuck and No Action. Banyak orang yang nyungsep di saat menjelang tua karena tabungan pas-pasan. Dan kenapa tabungan pas-pasan, mungkin karena penghasilannya belum begitu memadai.
Problemnya : banyak orang yang mungkin merasa stuck dengan pekerjaannya (gaji sedikit, karirnya sembelit) namun tidak berani melakukan action.
Mengeluh ya, namun action-nya nol. Plus sambil terus melamun tapi tetap “tidak bergerak untuk mengubah nasib”.
(Kapan Le sampeyan sugihe, nek isone mung sambat karo ngalamun….)
Tuhan tidak akan mengubah nasibumu, jika Anda tidak bergerak mengubah nasib.
Nasibmu juga akan tetap stagnan, kalau bisanya hanya bilang :”matematikanya Allah tidak seperti itu mas”, namun tidak berani melakukan action terobosan untuk percepatan rezeki yang barokah.
Kenapa tidak bisa action? Mungkin karena kompetensinya abal-abal. Dan kenapa kompetensi nyungsep? Mungkin karena alasan yang ketiga berikut ini.
Reason # 3 : No Learning Resiliency. Banyak orang menjadi stagnan nasibnya karena tidak mau terus mempertajam skills dan kreativitasnya. Ingat, perubahan nasib hanya bisa dipahat saat engkau punya skills dan kreativitas yang cetar membahana.
Problemnya, banyak orang malas mengembangkan dirinya karena terjebak dalam “comfort zone yang penuh dengan kenestapaan”. Maksudnya : lebih banyak asyik membuang waktu untuk hal-hal yang tidak produktif.
Misal : menghabiskan waktu berjam-jam untuk browsing, main FB, dan chatting di puluhan grup BBM/WA – yang acap isinya sama sekali tidak relevan dengan penguatan skills dalam bidangnmu.
Atau yang lebih kelam : malah sibuk membahas informasi sampah di social media yang kadang sarat dengan emosi dan kebencian. Dan tidak ada korelasinya dengan perubahan nasibmu.
Tanpa sadar, waktu untuk cek smartphone dan notifikasi penuh distraksi itu mungkin banyak merenggut waktu produktifmu untuk belajar.
Solusinya simple : lacak skills yang amat krusial bagi arah hidupmu. Lalu fokus gunakan waktu luangmu untuk belajar peningkatan skills itu. Dan bukan buang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak perlu.
DEMIKIANLAH, tiga hal yang layak direnungkan demi masa tuamu. Demi masa depanmu.
No investment. Stuck and no action. No learning resiliency. Tiga hal ini yang secara muram bisa membuat masa tua-mu terpelanting sunyi dalam kenestapaan. Dalam perih dan duka.
Mari kira lupakan sejenak kepahitan ini, dengan secangkir kopi hangat di pagi hari.

Dapatkan ebook dan panduan yang sangat bagus tentang Ilmu Kekayaan dan Financial Freedom secara gratis. Download sekarang disini.

Slide BiruPakar Hijau


Tidak ada komentar:

Posting Komentar