Coba
tunjukkan ke saya di mana kepastian dalam berbisnis bahwa anda nanti pasti kaya
atau sukses? Berbeda dengan professional atau pegawai, baik itu pegawai negeri
ataupun swasta. Tiap akhir bulan pasti dibayar gajihnya. Pasti dapat uang.
Berapa pun itu. Inilah yang membuat banyak orang tua tetap menginginkan
anaknya, bekerja. Dan bagi saya itu benar. Pasti-pasti saja menjalani hidup.
Paragraph
awal ini sahabat bisa membaca apa mungkin yang terjadi dalam diri saya. apakah
seorang Wowiek lagi galau? Apakah Wowiek lagi pesimis dengan dunia bisnis? Atau
dia lagi ditawari jabatan yang sangat baik posisinya yang memaksa dia keluar
dari dunia kewirausahaan dan masuk ke dunia birokrasi eksekutif?
Kalau
kesemuanya itu ternyata ada benarnya, apa yang saya harus lakukan kemudian?
Main dua kaki? Atau meninggalkan salah satunya dan focus ke satu hal saja, mana
yang seorang Wowiek pilih?
Sebagai
orang yang hobby dengan statistic dan enthusias dalam bidang psikologi social,
saya beberapa saat yang lalu melakukan diskusi dengan beberapa sahabat. Pertama
saya menjumpai sahabat yang pernah di dunia aviasi yang kemudian sekarang
berada sebagai chairman salah satu peritail ecommerse yang besar.
Sebagai
professional dia pernah membuat perusahaan yang dipimpinnya mepunyai revenue 30
triliun per tahun dari perusahan merugi menjadi sangat menguntungkan. Dia
merubah image perusahaan, mengutamakan keselamatan dan mempercepat proses
distribusi barang. Sangat revolusioner dan sangat destructive.
Masuk
dunia birokrasi eksekutif sangat tergantung ownernya mas Wowiek. Demikian dia
memulai sharingnya. Kalau BUMN, pedang mu tidak pernah tajam. Gerakan tarianmu
nggak pernah lepas, dan tuan mu banyak. Ke bawah kamu tidak bisa asal tebas,
walau salah dan lemah subordinate mu. Kamu bisa di demo, dikritik di media, di
black mail.
Melakukan
ide brilian kamu bisa di tanya DPR, dan pejabat terkait dalam departemen
atasanmu. Dan mereka bukan orang faham bisnis. Mereka melihat selalu dari apa
untung rugi buat diri mereka dan untuk kelompok mereka dari sebuah tindakan
manuver bisnis kamu tersebut. Begitu tidak sesuai, mereka bilang atas nama
rakyat Indonesia yang mempercayai tugas itu di pundak mereka, kamu pesakitan.
Tapi,
disisi lain, mereka minta kamu tetap melayani mereka. Kedatangan mereka tetap
meminta di “layani”, ini yang membuat posisi kamu banyak “tuan” bahkan banyak
nyonya, istri pejabat yang ikut minta dilayani. Ini melelahkan, ini makan ati
mas.
Belum
lagi laporan, waduh, 4 kali lipat dari sector swasta. Dan focus membaca laporan
adalah mencari salah atau kesalahan yang akan di persalahkan. Bukan mencari
masalah dan diselesaikan. Sementara, bagi manusia , salah itu manusiawi.
Masalah itu diperbaiki. Itu dinamika biasa. Tapi kesalahan yang di persalahkan,
menimbulkan masalah di atas masalah. Dan itu atasan senang, karena seakan
mereka kerja.
Coba
lihat pansus-pansus yang dibangun dan di proyekkan, itu mencari apa? masalah
yang akan di permasalahkan, dan bukan solusi. Kalau ditanya solusi, paling
bilang : ganti! atau Hukum!. Itu saja. Bukan penyelesaian taktikal apa lagi
strategikal.
Bayangkan
mas, bekerja dengan minimum 3 mindset berbeda yang memonitor anda! Dia menghela
nafas sebentar karena kecepatan dan terlalu bersemangat bercerita.
Lalu mas?
Saya jadi antusias
Lalu,
paling top 2 masa jabatan memimpin kurang lebih 10 tahun. Lalu sampailah di
ujung karier di tempat tersebut yang penuh intrik dan friksi. Kalau kamu tahan
loh!..usia misalnya 52 tahun. Kamu mendadak tidak berkantor di pagi hari. Kamu
mendadak tidak di sapa dan diskusi atau meeting yang rutin kamu pimpin. Kamu
mendadak tidak mendapat telfon atas kejadian hari itu. Diakhir bulan tidak ada
sejumput cash masuk ke rekening mu.
Memang
besar depositomu, memang mapan tempat tinggal dan sarana tranportasimu. Tapi
mendadak tidak punya kedaulatan kecuali rumah dan wilayah pribadi. Mendadak
self esteem mu terguncang. Bertemu teman saja sungkan mas. Bisakah mas Wowiek
membayangkan posisi tersebut?
Saya
manggut-manggut saja. Saya menunduk dan bisa memvisualkan.
Kalau di
perusahaan swasta besar? Milik korporasi besar? Saya bertanya? Sahabat saya
sang pakar manajemen aviasi barusan memonyongkan bibirnya sambil mendongak ke kanan
mengarahkan moyong bibirnya dan gerak wajahnya menunjuk ke sahabat satu kami
satu lagi. Itu domain dia tuh. Sahabat saya ini pernah di HM Sampoerna, lalu
lanjut ke posisi perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia sebagai country
head yang memilik jaringan di seluruh dunia, lalu menjadi pemain kunci dalam
jajaran petinggi perusahan komunikasi di bilangan Negara Asean, dan sekarang di
jajaran tinggi di dunia keuangan sebuah perusahaan multinasional yang berkantor
pusat di Timur tengah.
Podo ae
mas, nggak enake! Sama saja kalau di cari dan dilihat dari sisi treat atau
negatifnya. Dia memulai sharingnya.
Iya mas,
memang itu yang saya butuh. Kalau saya bisa menerima sisi buruk atau sisi berat
negatifnya, maka yang positifnya pasti bisa saya terima, bener khan?
Iyo..jawabnya
singkat.
Di dunia
korporasi swasta, tuan kita sedikit, pedang kita bisa tajam, gerak kita
leluasa. Yang harus di pilih adalah, sang master. Tuan kita. Kalau dia buas,
kreatif, out of the box, no rule, jago manipulasi, berani maneuver politik,
networknya luas, modal kuenceng, Waduh, itu surga dunia mas.
Lincah
sampeyan mas.
Bagaimana
kita bisa di habitat seperti itu mas? Saya bertanya
Nah,
sampeyan harus interview atasan langsung . katakanlah mas di tawari posisi puncak, maka share holder
dan founder utama mas harus sempat bicara. Sedot datanya, baca gesture nya,
lihat kebiasaannya. Karena bisa saja dia hanya pakai kita beberapa tahun terus
di buang untuk invetasi lebih murah.
Tanya
mantan personil sebelum sampeyan mas, lalu tanya bawahan langsung mereka juga.
360 derajat observasi. Satu saja ada feeling nggak kretek , jangan di jalani
mas. Itu potensi confliknya. Itu potensi ketidaknyamanan jangka panjangnya.
Saya
kembali manggut-manggut. Singkat cerita dua orang sahabat saya tadi masih saya
gali , masih saya “probing dan digging” terus dari berbagai sudut. Sampai saya
puas, dan singkat cerita pada suatu saat kemudian saya berjumpa dua sahabat
lainya lagi.
Kali ini
dua orang CEO merangkap salah satu owner pemegang saham dari 2 perusahaan
tambang besar. Ini pengusaha murni, entrepenuer poll!., mentok. Sayapun cerita
apa seperti cerita tulisan diawal. Dimana saya mendapat dua hal yangbenar-benar
setali tiga uang, sama peluang sama besar, sama sulit, sama menantang. Selesai
saya cerita overview, terdengar ketawa kecil dari keduanya,.huahahahaha. sambil
meletakan gelas di meja dan yang satu ngetok-ngetok meja, masih tertawa, walau
kecil tapi panjaang. Jiaaaah, kenapa nih berdua!! . Maaf kita sambung besok ya
# may peace be upon us
Penulis: Mardigu Wowiek Prasantyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar