Boleh saya
masuk pak? Ini adalah suara dari manajer
yang in charge di salah satu pekerjaan kami. Wajahnya menunjukan ada hal
penting yang dia harus sampaikan.
Saya
memberikan gerakan tangan saya agar dia masuk ruangan dan duduk di depan saya,
ada apa mas? Saya pun bertanya
sekaligus mengungkan ke kepo an saya.
Ini pak,
kayaknya kontraktor kita yang sedang membangun bangunan tidak perform dengan
baik. Mutu, cara kerja, dan orang-orang di lapangan
sangat tidak professional. Malah
kesannya tukang bangunannya adalah bukan tukang bangunan, kuli atau mungkin
petani. Semuanya jelek pak!
Lalu? Kamu
lalukan apa? Saya bertanya lagi. Karena
saya tahu dia sedari awal yang memutuskan mengapa menggunakan kontraktor ini
Saya sudah
peringati berkali-kali pak. Sama saja
hasilnya. Memang tidak professional pak.
Proyek ini harusnya 12 bulan selesai
tapi kayaknya bakal molor pak.
Kamu sewaktu
memilih dulu apa dasar memilihnya?
Ini pak,
mereka punya track record bagus, presentasi yang paling baik, harga juga yang
paling murah dan juga berpengalaman membangun gedung seperti yang kita bangun.
Saya terdiam
sewaktu dia berkalimat menjelaskan alasannya 6 bulan yang lalu menunjuk proyek
ini. Bagi saya ini adalah peristiwa ke
dua dalam dua tahun ini. Kontraktor 2 kali tidak sesuai janji, padahal
punya nama besar mereka. Bahkan yang
satu BUMN. Begitu juga yang kali ini.
Tindakan
saya tahun lalu adalah project manajernya saya masukin ke barak istilah lainya
saya mutasi. Saya pakai yang baru lagi
yaitu bekas wakilnya yang sekarang dia berada di depan saya, yang ketika
dilanjutkan kalimat nya yang berikutnya adalah mengakui kesalahannya. Mengakui kebodohannya.
Karena saya
diam saja, dia bertanya kepada saya, apa saya di pecat pak? Dalam kepala saya berkecamuk hal yang
beragam. Sehingga waktu itu saya diam kecuali satu hal
yang saya lakukan kepadanya. Coba kamu keluar sebentar ke ruangan kamu, saya
perlu waktu sendiri.
10 menit
saya terdiam sendiri. Kebiasaan saya
dalam berfikir adalah saya berdiri melihat pepohonan yang ada di belakang saya
duduk. Melihat pohon, bunga, sering kali menimbulkan inspirasi bagi saya.
sampai terdengar suara, hai Wowiek, how are you. Can I
come in?
Ini adalah
suara pak Pieter. Sahabat saya dan juga
salah satu mentor bisnis saya yang sering bertandang ke kantor saya tanpa perlu
janjian. Dia seorang yang berusia 78
tahun. Masih segar dan sehat. Pikirannya masih tajam, dan pengalaman di
dunia property di Hawaii dan IT di Silicon Valley puluhan tahun merupakan
keilmuan yang selalu saya butuhkan. Terutama dalam meng-handle manusia.
Dia
kelahiran Cimahi. Ibunya Sunda, bapaknya
bule. Dia seorang Indo. Dia besar di Belanda dan Amerika. Hingga 15 tahun yang lalu kembali ke Indonesia
menikmati pensiunnya. Dan saya sangat
beruntung mendapatkan mentor seperti dia. Mother tounge nya bahasa ibunya bahasa Inggris
namun bahasa Indonesia dia pun bisa lancar.
Kalau ditanya dia prefer berbahasa Inggris.
Whats wrong,
you seem like having a bad breakfast? Dia
mempertanyakan wajah murung saya.
Iya pak,
kejadian yang terjadi tahun lalu terjadi lagi.
Saya menceritakan sekilas
kejadian yang baru saya dapat laporan. Pak Pieter memperhatikan cerita saya dengan
serius. Dia pun bertanya, what happen with the
gentlemen who made a mistake the first one. Dia menanyakan tindakan saya pada
peristiwa tahun lalu.
I move him
to other division. I “punish” him, in
away. Begitu jawaban saya.
You know,
you are wrong. What you did was totally
wrong Wowiek. Ini adalah gaya bahasanya, lugas, langsung to the point. Saya pun diam. Dan berkata, ok, go on. Saya mempersilahkan dia menyambung
kalimatnya.
I tell you
my story. Dia membuka dengan pengalaman hidupnya.
Back then
when I was in state, I work as an engineer. Dia mengawali ceritanya ketika
dirinya masih menjadi pegawai di bidang teknik. I design one of the biggest silo. Tangki. It was for chemical used. So the design need to be precise. I remember that the galvanize plat need to be
6 mm, the thickness. Ketebalan 6
milimeters adalah wajib. And for safety
reason I have to order the thickness of plat is 6 + 3 mm so it had to be 9 mm.
I check, and
check the design over and over before it went to the contractor who will build
the silo as well as the combustion chamber. Ruang pembakar atau tanur juga dirancang
sama oleh dirinya.
And you know
what happened. At that time there are no
computer so I need to design manually and checking up manually as well, and I
don’t know what happened to me that day, what I wrote that 6+3 is 6, instead of
9mm. I stupidly miss that calculation.
And when the material arrive until full erection of the plant I did not notice
until finally it was commissioning time.
The day it need to be tested.
I was shock
knowing that thickness of the plat is only 6 mm. I said I made horrible mistake, this
unforgiven mistake. It’s make company
suffer million dollar lost and I the one to blame. Dia tahu dialah yang bertanggung jawab dan
dipersalahkan atas kerugian bisa mecapai jutaan dollar.
I went up to
the board room, reporting every detail with my boss and confess the screw up
thing the mess that I just did. Mengaku
dosa.
And at the
end, I ask him…sir, is this my last day of working??
And he was
looking at me like a child wanting an ice cream in a summer. Setengah melongo..And he ask me back? Why should I fire you?
Well, I made
a huge gigantic mistake didn’t i?
He kept look
at me same look and said..yea, well ..sure you did. You made a big mistake., I was made the same
mistake as you are when I was your age. You know what, 6 mm thickness still can be
used but the length ages of silo may be less umur pabriknya nggak panjang. 9 mm
can last for 40-50 years. 6 mm thickness can go for 20 years. But this damage can be manage. I forgive that.
I was felt
blessing that day he won’t fire me and I ask why to him again wanting an
further explaination.
He said..if
I fire you, someone who replace your position will make as same mistake as you
are. Trust me. That is a leaning curve. Curva belajar. And if new person make mistake
again the company will never run well. Might as well I keep you in here lebih
baik orang yang sudah membuat kesalahan dan belajar tetap berada di posisinya
karena dia tidak akan membuat kesalahan yang sama.
Hal ini jauh
akan menghemat biaya. Curva belajar itu costly, mahal.
So back to
you Wowiek, your mistake was you let the first person go, the one who learn
most at the begining. Then you hire a
new person. So you the who made a same
mistake twice. Kamu lah yang dua kali membuat kesalahanan
yang sama. I know you not scare making
mistake, but same mistake twice..come on..grow up.
Dewasalah…itu
sebuah kata yang tepat buat saya. Sepanjang
kalimat ceritanya saya menyimak. Hingga
dia melanjutkan. Jadi, kalau kamu
mutasi dia lagi lalu cari orang baru lagi, atau kamu pecat dia. Kamu
yang selalu dalam lingkaran rat race. Seperti tikus berjalan dalam kincir putaran
dalam kandangnya. Nggak pernah maju-maju. Jalan di tempat.#repost #peace
***
Penulis : Mardigu Wowiek Prasantyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar