Selasa, 29 September 2015

Sepak Terjang Agen Pesepakbola Top Dunia

JPNN.COM

LONDON - Sepak bola profesional membuat peran agen semakin penting dari waktu ke waktu. Mereka bisa menentukan ke mana seorang bintang berpindah. Mereka juga selalu mengeruk keuntungan berlipat.

Bagi Jorge Mendes, Juni-Agustus dan Desember-Januari adalah waktunya bekerja. Pada bulan-bulan lainnya dia akan menikmati liburan di vila mewahnya di Ibiza, Portugal atau kepulauan Karibia.

Sebagai agen pemain, pada periode bursa transfer Eropa bergeliat teleponnya tak akan henti berdering siang dan malam. Dia akan terbang ke kota-kota besar di Eropa untuk berjumpa pemilik klub elite dan melakukan negosiasi alot.

Setelah negosiasi deal, dia akan keluar dari hotel atau restoran dengan senyuman lebar. Pundi-pundi rekening banknya pun akan bertambah jutaan USD dalam waktu sekejap.
Mendes adalah seorang agen pemain. Berkat usahanya ini dia masuk dalam top-five orang terkaya di Portugal dengan jumlah kekayaan lebih dari Rp 1,48 triliun.

Bagaimana tidak kaya, lewat agensi yang bernama Gestifute, dia menangani lebih dari 100 kontrak pemain sepak bola ternama di dunia. Mulai dari Cristiano Ronaldo, Angel di Maria, Diego Costa, David de Gea, James Rodriguez hingga Anthony Martial.

Dilansir dari Sport.es, saat bursa transfer musim panas 2015-2016 ditutup Mendes didapuk jadi pemenang. Dia terlibat dalam total transfer yang bernilai 400 juta euro (setara Rp 6,34 triliun).
Mulai dari kepergian Martial ke Manchester United, Nicolas Otamendi ke Manchester City, Di Maria ke Paris Saint-Germain (PSG), Jackson Martinez ke Atletico Madrid, hingga Arda Turan yang pindah ke Barcelona.
Dari transfer itu, Mendes mendapat fee sebesar 10 persen. Artinya 40 juta euro yang didapat musim panas sudah cukup jadi modal berfoya-foya sepanjang tahun.
Meski begitu, dilansir Forbes, Mendes bukanlah agen terkaya di dunia. Dia berada di urutan kedua di bawah agen pemain Major League Baseball Scott Boras.
Lantas apa untungnya pemain dan klub dengan agen? Jawabnya adalah uang.

Dengan lobi agen, harga pemain bisa naik hinga berkali lipat. Dan, yang untung dalam hal ini adalah si pemain dan klub sebelumnya. Berkat lobi Mendes lah harga bocah berumur 19 tahun yang hanya mencetak 11 gol dalam 53 pertandingan bisa dihargai 36 juta pounds (Rp 778 miliar).

Mendes memiliki jaringan dan lobi yang kuat hampir di semua klub-klub besar Eropa. “Dia sangat berpengaruh dalam memengaruhi harga pemain, dengan pengaruhnya dia mampu menaikan harga pemain itu mencapai 40 persen,” ucap agen pemain Barry Silkman kepada CNN.

Kedekatannya dengan klub-klub besar membuat dia mematok harga seenaknya. Kasus Martial menjadi contoh kecilnya. Mendes dikenal dekat dengan United. Dialah yang membawa Ronaldo ke Old Trafford. Dia juga yang memasarkan Ronaldo ke Real Madrid hingga United panen besar 80 juta poundsterling (Rp 1,3 triliun).

Ada simbiosis mutualisme antar Mendes dan klub-klub tersebut. Alhasil si agen pun menjadi double agent.“Dalam hal ini pemain tetap tak dirugikan. Dan klub pun secara sukarela menerimanya,” kata Daniel Geey, konsultan hukum yang menangani agensi pemain.

Menjadi seorang agen tidaklah mudah. Dia harus mampu menjaga hubungan dengan pemain yang dipegangnya. Itu yang jadi keunggulan Mendes bisa langgeng menjalankan bisnis agensi ini.
“Dia sangat baik dan sangat dekat dengan para pemain, seorang pemain merasa bahwa Jorge  selalu memikirkan masalah mereka. Dia tidak beristirahat sampai pekerjaan dilakukan,” kata Miguel Cuesta Rubio, penulis buku Jorge Mendes: The Special Agent.
Soal membangun hubungan baik dengan pemain, Mino Raiola juga tergolong agen yang hebat. Sebab, yang ditanganinya adalah para pemain yang tergolong Bengal. Dia menjadi agen dari Mario Balotelli, Paul Pogba, dan Zlatan Ibrahimovic.

Sungguh kebetulan, karena Zlatan dan Balotelli memang hobi pindah klub. Setiap pindah klub, maka Raiola akan merup untung. “Saya sangat simpel. Saat pemain sudah tidak nyaman, saya tanyakan kepada mereka, apa yang mereka inginkan. Itu saja,” kata Raiola.
Raiola juga tidak segan untuk bertengkar dengan manajemen klub demi pemain asuhannya. Itulah yang membuatnya sangat dibenci oleh Sir Alex Ferguson, mantan manajer United. Sebab, karena Raiola lah yang membuat Pogba pindah ke Juventus.

Alasan Raiola, Pogba tidak nyaman di Old Trafford karena sulit mendapatkan tempat utama di lini tengah. Padahal, kalau dia bersedia pindah ke klub lain, maka tempat utama bisa menjadi miliknya.

Dan, keputusan Pogba sangat tepat. Pada usia yang masih belia, dia sudah menjadi pemain yang paling menentukan di Juventus dan kemudian di timnas Prancis. (wam/jos/jpnn) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar