Uang Mengalir pada tempat yang paling menguntungkan ( Profit is Queen, Cash Flow is King )
Senin, 05 Desember 2022
Index Demokrasi.
Indeks demokrasi dibuat oleh The Economist Intelligence Unit (EIU). Ini dilakukan lewat survey kepada 176 negara di dunia. Awal Februari 2022, menunjukkan, skor rata-rata Indonesia pada indeks itu mencapai 6,71. Dari skala 0-10, makin tinggi skor, makin baik kondisi demokrasi suatu negara. Kini, peringkat Indonesia naik dari 64 menjadi 52 dari 167 negara yang dikaji. Indonesia masih masuk kategori flawed democracy (demokrasi cacat).
Saya tergelitik meninjau demokrasi dalam kepemimpinan Jokowi selama dua periode. Karena Jokowi dilantik oktober 2014, maka penilaian saya diawali tahun pertama (2015) Jokow. Index Demokrasi kita sangat tinggi dibandingkan tahun tahun sebelumnya era SBY, yaitu 7,03. Apalagi kemenangan Jokowi berhadapan dengan Super mayority oposisi di Parlemen. Saat itu tiada ada hari tanpa kritik terhadap Jokowi. Tapi tahun 2016, index turun ke 6,97. Itu mungkin karena koalisi merah putih bubar di Parlemen dan bergabung ke koalisi Indonesia hebat dan disahkannya UU ITE.
Tahun 2017 sampai tahun 2018 Index turun berada di 6,39. Mungkin kekalahan Ahok yang kontroversial dalam Pilgub DKI. Kalah karena aksi demo bela ulama dan politik identitas. Index baru naik lagi sedikit tahun 2019 (6,48), saat pemilu dilaksanakan. Tahun 2020 turun lagi jadi 6,30. Karena MK nyatakan UU Omnibus law inkonstitusional, padahal sudah disahkan DPR.
Kembali naik tahun 2021 (6,71) karena suksesnya pemerintah mengatasi pandemi lewat partisipasi publik tanpa gejolak politik. Tapi tetap saja belum bisa mengalahkan index tahun 2014 (6,95) saat Pemilu sukses memenangkan Jokowi sebagai presiden. Jadi walau Jokowi diusung oleh PDIP, partai yang berjuang untuk demokrasi, kehidupan demokrasi engga bertambah lebih baik. Belum bisa masuk 10 besar negara demorkasi paling demokratis.
Pentingkah Index Demokrasi itu? sangat penting. Salah satu alasan investor beli Global Bond (SBN Valas ) kita adalah index Demokrasi. Contoh, engga ada investor mau beli obligasi yang diterbitkan oleh Laos (1,77), Suriah (1,43), Myanmar (1,02) dan Afganistan (0,32). Setidaknya kita masih bersukur masuk 10 negara dengan kinerja peningkatan skor terbaik, walau tetap lebih rendah dari Malaysia (7,24) dan Timor Leste (7,06).
Dah gitu aja.
by Erizeli Jeli Bandaro
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar