Sesekali saya ingin sekali menulis tentang management. Tentang business strategy dalam artian hard skill. Bukan hanya soft skill wacana. Karena tulisan seperti ini jarang bisa enak dibahasnya. Karena memang sedikit peminatnya.
Coba perhatikan komentar atau status para rekan-rekan para sahabat di sosmed. Apa sih yang paling umum dibicarakan? Dan apa yang umum di bicarakan itulah sebenarnya isi pikirannya secara dominan atau secara keseluruhan.
Misalnya isinya masalah galau, baper, pasti perasaan dan pikiran berkisar masalah sosial seperti hubungan percintaan, persahabatan atau sejenisnya sedang menerpa dirinya. Atau memang itu kesukaannya. Nggak ada masalahpun hal seperti itupun yang disukainya.
Atau seperti Ervin Magic Johnson pernah ditanya mentor bisnisnya yang juga merupakan pemilik LA Laker, Jerry. Ketika itu tahun 1987 Magic Johnson masih pemain NBA aktif namun dia ingin menjadi pebisnis, sepert Jerry.
Jerry bertanya balik, apa yang anda baca pertama kali ketika membuka koran pagi? Magic menjawab..sport pages of course I am a sportman!. Jerry langsung jalan dan tidak menjawab pertanyaan Magic Johnson sebelumnya “will you be my business mentor?”
Suatu hari magic berkesempatan meminta kepada Jerry hal yang sama. Jerry pun bertanya, do read new papers this morning? Di jawab Magic yes sir. And I read business pages!
Jerry mengulurkan tangan dan menjawab, I' m your business mentor. Dan tak lama kemudian Magic Johnson membeli 5% saham LA Lakers. Sebagai strategi bisnis awalnya. Ok..sekarang apa “morals of the story” kisah Magic dan Jerry ini?
Sahabat kalau ingin memiliki materi lebih banyak dari sekarang. Mulailah perbanyak baca business news, berkumpul dengan pedagang, diskusi tentang keuangan. Selama status masih “aduh jemuran belum kering” , “ rasain luh”, maka ya bisa kita tebak apa itu isi pikirannya dikebanyakan waktunya, hahaha.
Kembali ke paragraf awal di mana sesekali pengen menulis tentang manajemen bisnis. Dimana rasanya hal itu merupakan isi paling banyak dalam keseharian saya. Berkutat di dunia tersebut dan terasa nggak ada tanggalan merah. Karena kapan pun yang didiskusikan, dipikirkan adalah bagaimana membuat rekening selalu biru dalam pembukuan perusahaan. Bagaimana bisa membayar karyawan, bagaimana market share naik, bagaimana peraturan pemerintah bisa sejalan dengan usaha, dan banyak lagi hal seperti itu.
Sehubungan dengan bisnis, adakah sahabat yang bertanya , bagaimana melakukan restructuring perusahaan? Atau ada pertanyaan bagaimana me “identify value” pada sebuah proyek? Atau menjawab pertanyaan bagaimana “ deliver project requirement” atau menjawab bagaimana melakukan “execution” proyek, dan banyak lagi pertanyaan tentang strategi management.
Bagi pebisnis pemula pasti bingung mengapa “95% ide” tidak pernah menjadi inkubator bisnis? Atau mengapa tidak ada yang bisa jadi “monetized” jadi uang?! Mengapa hal ini terjadi? Mengapa banyak orang mau menjadi usahawan entreprenuer namun faktanya tetap saja menjadi budak uang. Yang jadi direktur dia, yang nagih dia, yang jualan dia, nggak ada tanggalan merah dalam keseharian, tiap hari harus kerja terus.
Sewaktu jadi pegawai kita hanya mengerjakan “job desk” begitu berwirausaha kita mengerjakan semuanya, mau bayar orang/pegawai , margin keuntungan masih berat untuk bayar investasi. Semua penuh dilema. Lalu dimana enaknya wirausaha? Bagaimana jalan keluarnya?
Ok, kita bahas dari sisi manajemen. Ada 4 macam strata kita menjadi pengusaha. Tahap awal namanya periode “inkubator”. Periode ini membahas ide, konsep, strategi, struktur, sistem, dan lain sebagainya. Satu saja sendi itu tidak dilihat maka “usaha” itu tidak akan jalan.
Inilah yang menjadi penyebab 95% usaha berhenti di ide. Cobalah anda mulai merenungkan pengalaman pribadi anda selama ini. Dari 20 ide hanya 1 yang terealisir itupun karena banyak faktor pendukungnya sepert ide, konsep, strategi, struktur, sistem, produk, pricing dan daftar panjang lainnya tersedia. Baik karena kita sudah miliki ataupun mitra kita memilikinya.
Lalu periode strata berikutnya kalau “inkubator ” bisnis terlewati, yaitu periode “growth” masa pertumbuhan. Ini mulai yang namanya sistem, organisasi, team work, kompetitor, mulai bermunculan. Hingga lanjut ke strata berikutnya yaitu periode “M” dan periode “P”.
Sebuah usaha masuk ke “M” inilah kunci “sustainable business”. Kunci anda bisa disebut pebisnis. Setelah 5% ide jadi usaha atau strata 1, bertahan di strata 2 periode ‘growth” disinilah tantangan terberat . Sebagai mana catatan banyak guru besar bidang bisnis seperti Peter F Drucker atau John Naisbitt dalam buku-bukunya menuliskan, hanya 30% yang bertahan lebih dari 5 tahun.
Dan hanya 30% dari 30% usaha bisa masuk ke strata 3 yang 70% berkutat di strata 2. Sejauh ini sahabat pasti tidak tertarikkan dengan apa itu periode “M” apa lagi periode “P”.
Jadi ada baiknya kita fokus di periode inkubator strata 1 dan periode growth strata2. Dimana banyak sekali pengusaha yang bertanya, saya nggak ada modal, atau dana kurang. Lalu bagaimana solusinya?
Begini jawabnya, salah anda melihat strata, salah anda membungkus proposal investasi anda. Setiap periode itu ada level pebisnisnya memandang. Ketahuilah, bank itu memandang strata 2 dan strata 3. Dia tidak mau melihat yang strata 1 yang inkubator.
Begitu juga investor individual, dia maunya di strata 3 malahan. Lalu di inkubator yang mana investornya atau fundernya?
Kalau periode ada 4 strata maka dalam dunia pembiayaan ada 6 strata jenis investor. Di strata 1 ada 2 jenis investor, di strata 2 ada 2 jenis investor, di strata 3 dan 4 masing-masing hanya ada 1 jenis investor.
Kita mulai dari inbukator, 2 jenis investor ialah, AI atau angel investor dan VC venture Capital. Keduanya memiliki pendekatan berbeda dalam melihat bisnis. Kalau anda masih inkubator datang ke bank, bank akan bertanya, ada jaminan ( kolateral), ada kontrak dengan pembeli? Ada supplyer atau vendor? Sudah ada agrement, izin-izin sudah lengkap? Lokasi sudah dimiliki? Dan lain sebagainya. Sementara anda di bisnis inkubator boro-boro mikir izin-izn, uang jalan pra operasion cost aja nggak ada.
Bayangkan, anda nggak punya kolateral, nggak tahu siapa yang nanti beli produk anda, tapi anda mau mencari funder? Siapa yang mau? Ada yaitu AI atau VC ini. Ide anda saja bisa dibeli oleh mereka. Network anda saja bisa dibayar oleh mereka.
Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah, dimana AI dan VC ini berkumpul? Apa yang harus di siapkan berhadapan dengan “shark tank” ini? Wah panjang ya kalau bicara bisnis manajemen. # may peace be upon us
Penulis: Mardigu Wowiek Prasantyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar