JPNN.COM
LONDON - Sepak bola profesional
membuat peran agen semakin penting dari waktu ke waktu. Mereka bisa menentukan
ke mana seorang bintang berpindah. Mereka juga selalu mengeruk keuntungan
berlipat.
Bagi Jorge Mendes, Juni-Agustus dan
Desember-Januari adalah waktunya bekerja. Pada bulan-bulan lainnya dia akan
menikmati liburan di vila mewahnya di Ibiza, Portugal atau kepulauan Karibia.
Sebagai agen pemain, pada periode
bursa transfer Eropa bergeliat teleponnya tak akan henti berdering siang dan
malam. Dia akan terbang ke kota-kota besar di Eropa untuk berjumpa pemilik klub
elite dan melakukan negosiasi alot.
Setelah negosiasi deal, dia akan
keluar dari hotel atau restoran dengan senyuman lebar. Pundi-pundi rekening
banknya pun akan bertambah jutaan USD dalam waktu sekejap.
Mendes adalah seorang agen pemain.
Berkat usahanya ini dia masuk dalam top-five orang terkaya di Portugal dengan
jumlah kekayaan lebih dari Rp 1,48 triliun.
Bagaimana tidak kaya, lewat agensi
yang bernama Gestifute, dia menangani lebih dari 100 kontrak pemain sepak bola
ternama di dunia. Mulai dari Cristiano Ronaldo, Angel di Maria, Diego Costa,
David de Gea, James Rodriguez hingga Anthony Martial.
Dilansir dari Sport.es, saat bursa
transfer musim panas 2015-2016 ditutup Mendes didapuk jadi pemenang. Dia
terlibat dalam total transfer yang bernilai 400 juta euro (setara Rp 6,34
triliun).
Mulai dari kepergian Martial ke
Manchester United, Nicolas Otamendi ke Manchester City, Di Maria ke Paris
Saint-Germain (PSG), Jackson Martinez ke Atletico Madrid, hingga Arda Turan
yang pindah ke Barcelona.
Dari transfer itu, Mendes mendapat
fee sebesar 10 persen. Artinya 40 juta euro yang didapat musim panas sudah
cukup jadi modal berfoya-foya sepanjang tahun.
Meski begitu, dilansir Forbes,
Mendes bukanlah agen terkaya di dunia. Dia berada di urutan kedua di bawah agen
pemain Major League Baseball Scott Boras.
Lantas apa untungnya pemain dan klub
dengan agen? Jawabnya adalah uang.
Dengan lobi agen, harga pemain bisa
naik hinga berkali lipat. Dan, yang untung dalam hal ini adalah si pemain dan
klub sebelumnya. Berkat lobi Mendes lah harga bocah berumur 19 tahun yang hanya
mencetak 11 gol dalam 53 pertandingan bisa dihargai 36 juta pounds (Rp 778
miliar).
Mendes memiliki jaringan dan lobi
yang kuat hampir di semua klub-klub besar Eropa. “Dia sangat berpengaruh
dalam memengaruhi harga pemain, dengan pengaruhnya dia mampu menaikan harga
pemain itu mencapai 40 persen,” ucap agen pemain Barry Silkman kepada CNN.
Kedekatannya dengan klub-klub besar
membuat dia mematok harga seenaknya. Kasus Martial menjadi contoh kecilnya.
Mendes dikenal dekat dengan United. Dialah yang membawa Ronaldo ke Old
Trafford. Dia juga yang memasarkan Ronaldo ke Real Madrid hingga United panen
besar 80 juta poundsterling (Rp 1,3 triliun).
Ada simbiosis mutualisme antar
Mendes dan klub-klub tersebut. Alhasil si agen pun menjadi double agent.“Dalam
hal ini pemain tetap tak dirugikan. Dan klub pun secara sukarela menerimanya,”
kata Daniel Geey, konsultan hukum yang menangani agensi pemain.
Menjadi seorang agen tidaklah mudah.
Dia harus mampu menjaga hubungan dengan pemain yang dipegangnya. Itu yang jadi
keunggulan Mendes bisa langgeng menjalankan bisnis agensi ini.
“Dia sangat baik dan sangat dekat
dengan para pemain, seorang pemain merasa bahwa Jorge selalu memikirkan
masalah mereka. Dia tidak beristirahat sampai pekerjaan dilakukan,” kata Miguel
Cuesta Rubio, penulis buku Jorge Mendes: The Special Agent.
Soal membangun hubungan baik dengan
pemain, Mino Raiola juga tergolong agen yang hebat. Sebab, yang ditanganinya
adalah para pemain yang tergolong Bengal. Dia menjadi agen dari Mario
Balotelli, Paul Pogba, dan Zlatan Ibrahimovic.
Sungguh kebetulan, karena Zlatan dan
Balotelli memang hobi pindah klub. Setiap pindah klub, maka Raiola akan merup
untung. “Saya sangat simpel. Saat pemain sudah tidak nyaman, saya tanyakan
kepada mereka, apa yang mereka inginkan. Itu saja,” kata Raiola.
Raiola juga tidak segan untuk
bertengkar dengan manajemen klub demi pemain asuhannya. Itulah yang membuatnya
sangat dibenci oleh Sir Alex Ferguson, mantan manajer United. Sebab, karena
Raiola lah yang membuat Pogba pindah ke Juventus.
Alasan Raiola, Pogba tidak nyaman di
Old Trafford karena sulit mendapatkan tempat utama di lini tengah. Padahal,
kalau dia bersedia pindah ke klub lain, maka tempat utama bisa menjadi miliknya.
Dan, keputusan Pogba sangat tepat.
Pada usia yang masih belia, dia sudah menjadi pemain yang paling menentukan di
Juventus dan kemudian di timnas Prancis. (wam/jos/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar