By Teguh Hidayat
Dua bulan lalu, tepatnya pada minggu pertama di bulan Oktober, penulis memperhatikan fakta bahwa harga batubara, dalam hal ini harga batubara acuan di Newcastle Australia, yang sebelumnya turun terus hingga mentok di US$ 53 per ton pada awal tahun 2016, ketika itu sudah mulai naik kembali hingga ke level US$ 72 per ton. Kemudian setelah mempertimbangkan beberapa faktor, penulis ketika itu menyimpulkan bahwa harga batubara mungkin masih akan terus naik dalam jangka panjang, dan alhasil saya mengambil salah satu saham batubara yang menurut kami cukup bagus, yakni Harum Energy (HRUM), ketika itu pada harga 1,050 (anda bisa baca lagi analisisnya disini).
Dan beberapa waktu kemudian memang benar bahwa harga batubara lanjut naik, tapi mungkin tak ada seorangpun yang menyangka bahwa kenaikannya akan sangat cepat, dimana saat ini harga batubara Newcastle sudah tembus level psikologis US$ 100 per ton! Akibatnya bisa ditebak: Sejak awal Oktober lalu, saham-saham batubara melonjak sangat tinggi hingga puluhan bahkan ratusan persen hanya dalam hitungan minggu, padahal mereka sudah naik banyak sebelumnya (saham-saham batubara sudah naik sejak awal tahun 2016, tapi volume transaksinya baru ramai setelah Oktober). Ambil contoh HRUM, dimana jika kita ambil harga tertingginya yakni 2,640, maka artinya dia sudah naik 300% secara YTD, tapi HRUM tidak sendirian, karena mayoritas saham batubara lainnya juga naik ratusan persen dihitung sejak awal tahun. Jadi ketika pada Oktober kemarin kenaikan IHSG mulai mentok seiring dengan meredupnya euforia tax amnesty, namun pasar tidak serta merta menjadi sepi karena para trader menemukan mainan baru: Saham-saham komoditas, terutama batubara.
Namun seperti biasa, ketika saham atau sektor tertentu mengalami kenaikan maka beberapa investor mungkin sudah masuk sejak awal di harga bawah, tapi beberapa lainnya terlambat masuk di harga atas, dan masalahnya tentu saja kita gak bisa mengharapkan bahwa sebuah saham akan naik terus setiap hari, melainkan pasti ada turunnya. Dan itu pula yang terjadi pada saham-saham batubara, dimana sudah dua mingguan terakhir ini beberapa saham batubara, meski tidak semua, mulai turun. Jika anda sudah masuk di saham-saham batubara sejak Oktober lalu, atau lebih awal lagi, maka posisi anda masih sangat aman. Tapi bagaimana kalau anda baru masuk belakangan? Nah, kalau gitu maka kita perlu me-review outlook sektor batubara sekali lagi, and here we go!
Pertama, harga batubara Newcastle yang sekarang sudah di level US$ 100 per ton, itu sudah lebih tinggi dibanding prediksi dari pihak perusahaan batubara itu sendiri. Yang penulis ingat adalah, pada April 2016 kemarin, manajemen United Tractors (UNTR) mengatakan bahwa harga batubara di level US$ 50-an per ton sudah sangat rendah, dan dalam lima tahun kedepan (terhitung mulai tahun 2016 ini) harga batubara akan naik ke kisaran US$ 52 – 72 per ton. Report dari manajemen HRUM juga memprediksi hal yang sama, yakni bahwa dalam jangka panjang harga batubara akan stabil di rata-rata US$ 75 per ton. Yang terbaru, ketika manajemen Bumi Resources (BUMI) membuat kesepakatan penyelesaian masalah utangnya dengan para kreditor, salah satu poin asumsi yang digunakan adalah bahwa harga batubara, meski mungkin bisa fluktuatif dalam jangka pendek, namun seharusnya tidak akan turun hingga lebih rendah dari US$ 70 per ton.
Namun tidak ada satupun dari tiga perusahaan diatas yang menyebutkan bahwa harga batubara akan stabil di level US$ 100 per ton. Jadi kalaupun dalam jangka pendek harga batubara bisa naik atau turun ke level berapa saja, termasuk naik hingga tembus level US$ 100 per ton seperti sekarang, namun pada akhirnya dia akan terkoreksi untuk kemudian stabil di kisaran US$ 70 – 75 per ton, atau setidaknya itulah perkiraan dari pihak perusahaan. Tapi mungkin bisa juga begini: Ketika manajemen memprediksi bahwa harga batubara akan stabil di US$ 70 – 75 per ton, maka itu sebenarnya bukan prediksi, melainkan asumsi terendah yang diharapkan akan terjadi, dimana jika harga batubara masih lebih rendah dari US$ 70 per ton seperti beberapa waktu lalu, maka volume produksi batubara akan terus diturunkan untuk mengurangi supply batubara di pasar (dan memang itulah yang dilakukan UNTR dkk pada tahun 2015 – 2016 ini). Tapi asalkan harga batubara naik sampai US$ 70 per ton saja, sukur-sukur lebih tinggi lagi, maka volume produksi bisa dinaikkan kembali.
However, itu tetap bukan berarti bahwa harga batubara akan naik terus, dan masalahnya kondisi saat ini tentu saja berbeda dengan tahun 2011 lalu, dimana harga batubara naik sampai level US$ 142 per ton karena melonjaknya permintaan dari China karena tingginya pertumbuhan ekonomi disana, tapi sekarang ini perekonomian China sudah (dan masih) slowing down.Ketika kemarin harga batubara naik dengan sangat cepat, yakni hampir dua kali lipat hanya dalam hitungan bulan, kemungkinan itu lebih karena faktor technical rebound setelah downtrend berkepanjangan selama lima tahun (sejak tahun 2011), dimana rebound ini memang menandakan bahwa long term downtrend bagi harga batubara sudah berakhir, tapi untuk bisa naik lagi ke level seperti tahun 2011 lalu maka itu tentu perlu waktu, mungkin tidak sampai lima tahun, tapi juga gak akan secepat dua bulan kemarin.
Jadi kecuali nanti ada sentimen positif entah itu dari China, Jepang, atau dari dalam negeri, penulis kira cepat atau lambat harga batubara akan turun dulu sejenak, tapi gak akan sampai ke level US$ 50-an, melainkan level US$ 70-an sudah mentok banget. Setelah itu barulah perlahan tapi pasti harga batubara akan naik kembali, namun kenaikannya tidak akan sekencang dua bulan lalu, melainkan mungkin malah akan stabil/stagnan pada level harga tertentu. Sebab ketika harga nanti batubara sudah ‘confirm’ diatas US$ 70 per ton hinga seterusnya, maka ketika itulah BUMI dkk akan kembali meningkatkan volume produksi batubara mereka masing-masing sehingga meningkatkan supply batubara di pasar, dan pada akhirnya membuat harga batubara stuck di level tertentu.
Kedua, jika benar bahwa harga batubara dalam beberapa waktu kedepan bakal turun sejenak, maka saham-saham batubara yang sudah overheat kemarin juga akan ikut turun. Kenapa penulis katakan overheat? Karena beberapa saham batubara yang tadinya murah, katakanlah PBV-nya hanya 1 kali atau kurang dari itu, sekarang malah sudah lebih mahal dibanding saham kebanyakan termasuk blue chips sekalipun.
Tapi seperti halnya harga batubara gak akan balik lagi ke level US$ 50-an per ton, maka HRUM dkk juga gak akan balik lagi ke posisi bottom mereka di awal tahun 2016 lalu. Fase cooling down ini mungkin akan terjadi sampai April 2017 nanti, yakni ketika para emiten merilis laporan keuangan untuk Kuartal I 2017, dimana jika hasilnya bagus maka ketika itulah saham-saham batubara akan punya alasan fundamental untuk naik lagi.
Belum Euforia
Terakhir, ketiga, pertanyaan besarnya sekarang adalah, berapa sih valuasi yang wajar bagi saham-saham batubara? Terkait hal ini kita bisa lihat lagi tahun 2011 lalu, yakni ketika sektor ini sedang jaya-jayanya: Pada tahun 2011 tersebut, penulis masih ingat, PBV terendah dari sebuah saham batubara adalah 4 koma sekian kali. Ketika itu saham-saham batubara memang dihargai sangat mahal, bahkan lebih mahal dibanding saham-saham consumer goods, karena investor mem-valuasi ekuitas berdasarkan jumlah cadangan batubara terbukti (proven reserves) yang dimiliki perusahaan. Jadi misalnya PT A ekuitasnya Rp1 trilyun, tapi market capnya Rp5 trilyun (PBV 5 kali), tapi bahkan valuasi segitu dianggap masih murah, karena PT A ini punya cadangan batubara sebanyak sekian puluh juta ton yang kalau digali semuanya terus dijual, maka akan diperoleh laba bersih sekian puluh trilyun! Jadi sekali lagi market cap PT A yang sampai 5 kali ekuitasnya, itu masih murah, karena ekuitas tersebut belum menghitung ‘ekuitas’ berbentuk batubara yang sudah terbukti ada didalam tanah, tapi belum dijadiin duit. Beberapa perusahaan yang dianggap memiliki cadangan batubara yang sangat besar (dibanding volume produksi tahunannya), sahamnya bahkan dihargai pada PBV 7, 9, hingga 11 kali.
(tapi memang, kesalahan mendasar para analis yang merekomendasikan saham-saham batubara ketika itu adalah mereka menyangka bahwa harga jual batubara saat itu, yakni US$ 140-an per ton, akan selamanya stabil di level tersebut dan gak akan pernah turun)
Okay, tapi itu di tahun 2011. Kalau sekarang bagaimana? Well, meski kemarin saham-saham batubara pada terbang semua, tapi PBV yang paling tinggi baru mencapai tiga koma sekian kali (saham PTBA), tapi itu tetap sudah lebih tinggi dibanding valuasi saham-saham di BEI, yang belakangan ini jadi murah lagi seiring lesunya IHSG. Dan kalau dibandingkan dengan kinerja para emiten batubara hingga Kuartal III 2016 kemarin, dimana pendapatan serta laba bersih mereka sama sekali belum improvedan ROE-nya masih pada kecil, maka jelas valuasi saham-saham batubara pada saat ini sudah tidak bisa disebut murah lagi, dimana jika nanti harga batubara mulai konsolidasi, maka saham-saham batubara juga akan turun sejenak untuk menemukan titik keseimbangan mereka masing-masing.
Namun ketika fase konsolidasi/cooling down ini berakhir, maka barulah saham-saham batubara kemudian akan naik lagi, dan kali ini kenaikannya akan berdasarkan pada bagus tidaknya kinerja laporan keuangan mereka di awal tahun 2017 nanti (jadi nggak lagi naik rame-rame hanya karena mengikuti kenaikan harga batubara). Sebagai contoh, tahun 2011 lalu ada dua saham batubara milik penulis yang naik gila-gilaan: Resource Alam Indonesia (KKGI), ketika itu dari 1,700-an sampai 8,000-an, dan Garda Tujuh Buana (GTBO), dari 100-an sampai 1,500-an, dan bahkan pada tahun 2012 lanjut naik lagi sampai 5,000-an (sadly, kita udah keluar lama sebelum GTBO ke 5,000).
Dan.. anda tahu kenapa dua saham itu bisa naik sebanyak itu? Well, it’s simple, karena keduanya sempat membukukanannualized ROE hingga 60 persen! Atau jauh lebih tinggi dari emiten batubara lainnya. Plus, ketika saham-saham batubara yang gede-gede seperti BUMI dan Adaro Energy (ADRO) sudah dihargai pada PBV 4 kali, PBV KKGI dan GTBO, berdasarkan harga mereka ketika masih belum naik (KKGI di 1,000-an, sementara GTBO di 100-an), hanya satu koma sekian kali, yang mungkin karena status mereka sebagai saham kecil sehingga tidak dilirik orang, dan baru dilirik setelah laporan keuangannya tampak extraordinary.
So, trust me, mau sebuah saham naik banyak atau sebaliknya turun banyak dalam jangka pendek, namun pada akhirnya orang akan melihat laporan keuangan perusahaan, dan juga valuasi sahamnya. Jadi tugas kita sangat sederhana: Pada April 2017 nanti, fokuskan diri anda untuk menggali laporan keuangan semuaemiten batubara, cari yang kinerjanya paling bagus, sekaligus sahamnya paling murah! Then buy it for mid or long term.
Tapi kalau sekarang ini saya udah pegang saham batubara gimana? Well, entah itu anda sudah masuk sejak awal sehingga posisinya sudah profit, atau baru masuk belakangan sehingga posisinya nyangkut, tapi asalkan anda bisa berpandangan sedikit jauh ke depan, dalam hal ini minimal hingga April 2017, maka sebenarnya gak ada alasan untuk buru-buru keluar. Karena meski harga batubara mungkin memang akan turun dulu, tapi asalkan turunnya gak sampe dibawah US$ 70 per ton maka para emiten batubara tetap akan meningkatkan volume produksi mereka, dan itu artinya pendapatan serta laba bersih mereka akan naik lagi, dan profitabilitas mereka akan ‘gemuk’ lagi, mungkin gak akan sampai seperti tahun 2011 lalu, tapi proyeksi ROE 20 – 25% di tahun 2017 untuk perusahaan batubara yang sehat tentunya sangat realistis, dan itu akan jadi alasan yang bagus untuk memvaluasi sahamnya pada PBV 2 – 3 kali, atau lebih tinggi lagi.
Kemudian, terakhir, ingat bahwa pada tahun 2011 lalu, semua orang mem-valuasi saham-saham batubara berdasarkan cadangan terbukti yang dimiliki perusahaan, tapi sejauh ini belum ada seorang analispun yang menyebut-nyebut soal ‘cadangan batubara’, yang itu artinya sektor batubara ini masih belum mencapai puncak euforia-nya. Kalau mau contoh yang lebih dekat, pada awal hingga pertengahan tahun 2013 lalu, saham-saham konstruksi naik gila-gilaan hingga sampai pada satu titik dimana para analis mengatakan bahwa PBV 4 – 5 kali bagi Adhi Karya (ADHI) dkk adalah wajar, mengingat perusahaan sudah mengantongi kontrak konstruksi jangka panjang senilai sekian trilyun yang masih belum tercermin dalam ekuitasnya (ketika itu ADHI sudah berada di level 4,000. Coba lihat berapa ADHI sekarang?). Kontrak konstruksi disini adalah mirip seperti cadangan batubara.
Intinya, ketika orang-orang mulai tidak realistis dalam menghitung valuasi sebuah saham, maka itulah puncak euforia-nya, dan selanjutnya saham tersebut mungkin akan jatuh. Tapi sejauh ini pada sektor batubara belum terjadi euforia semacam itu, dan valuasi saham-saham di sektor ini juga memang belum terlalu tinggi. And that means, dengan asumsi bahwa anda bisa melihat saham-saham batubara ini minimal untuk jangka menengah (antara 3 hingga 12 bulan kedepan), then the opportunity is still there!
Jadwal Seminar Investasi Saham: Value Investing, Amaris Hotel Thamrin City, Jakarta, Sabtu 3 Desember 2016. Keterangan selengkapnya baca disini.
Buletin Analisis IHSG & stockpick saham edisi Desember 2016 akan terbit hari Kamis 1 Desember mendatang. Anda bisa memperolehnya disini, gratis konsultasi tanya jawab saham untuk member, langsung dengan penulis.
|
Uang Mengalir pada tempat yang paling menguntungkan ( Profit is Queen, Cash Flow is King )
Rabu, 30 November 2016
Prospek Saham-Saham Batubara: Update
Senin, 21 November 2016
From Debt To Millionaire E-book
Semangat pagi !
Ijinkanlah kami mengucapkan "TERIMA KASIH" atas kepercayaan Anda kepada kami. ++++++++++++++++++++++++++++++ FUNTASTIC 4 DAYS DISKON 60% Sampai dengan 4 hari ke depan Anda dapat memiliki ebook "From Debt To Millionaire" dengan Diskon 60%. Harga Normal Rp 125.000,00 menjadi HANYA Rp 50.000,00 SAJA. ++++++++++++++++++++++++++++++ Silakan Klik Link di bawah Ini, untuk mendapatkan harga diskon di atas: Saya memberikan Special Diskon ini hanya untuk Anda yang membaca email ini. Jika Special diskon 60% yang Saya berikan di atas masih kurang, Saya tambahkanLIMA Bonus Spektakuler yang bisa membawa hidup Anda lebih makmur: Bonus 1: Ebook SOMA (Sistem Online Marketing Affiliate). Sebuah terobosan Online Marketing yang memiliki Multiplying Effect (Dampak Pengali) yang Dahsyat. Ebook ini senilai Rp. 59.000,00. Bonus 2: Balance Sheet Keuangan Anda. Tools xl-sheet yang sederhana, praktis dan sangat berguna untuk mengontrol keuangan Anda tiap bulan dengan efektif. Senilai Rp. 25.000,00. Bonus 3: Ebook 3 Rambu-Rambu Super Penting Untuk Utang dan Kemakmuran. Supaya Anda Bisa Mencegah Terlilit Utang dan HIDUP Makmur. Senilai Rp. 49.000,00. Bonus 4: Ebook Bagaimana Memilih Bidang Usaha Sukses & Berkesinambungan. Cara Jitu Bagaimana Memilih Bidang Bisnis Apa Yang Akan Dijalankan Agar Usaha Terus Berjalan Sukses Dan Berkesinambungan. Ebook Ini Senilai Rp 109.000,00. Bonus 5: Ebook Solusi Mudah Memulai Usaha. Langkah Awal Selalu Menentukan Kesuksesan Langkah Berikutnya Dan Keseluruhan Kesuksesan. Pastikan Langkah Awal Bisnis Anda Tepat. Ebook ini senilai Rp 99.000,00. Total Bonus jagadmaya Senilai Rp. 341.000,00. Wowww... Banyak sekali Bonus-Bonus Yang Sangat Bermanfaat... Dan Anda bisa mendapatkan itu semua dengan GRATIS jika jagadmaya membeli dalam waktuFUNTASTIC 4 DAYS DISKON 60%. Untuk mendapatkan SPECIAL Diskon 60% PLUS LIMA Bonus-bonus SPEKTAKULER di atas. Sebelum Semua DISKON Dan BONUS Itu Hangus! Silakan Klik Link Di Bawah Ini: Salam Sukses, Ir. Ery Prasetyawan, PMP, SI CPM, Mpar. Penulis "From Debt To Millionaire" Penulis, Trainer, Business Coach Dan Consultant NB: Spesial Diskon 60% Dan LIMA Bonus-Bonus Berakhir 4 Hari Lagi. Jika Anda ingin mendapatkan strategi jitu, teruji dan terbukti untuk hidup makmur, dan hemat 75.000,00 SERTA mendapatkan LIMA Bonus senilai 341.000,00. Biasanya Saya Tidak Akan Memberikan Special Diskon 60% Lagi Setelah Ini. Jadi... jangan sampai terlewatkan!!! |
Minggu, 20 November 2016
Seminar Value Investing, Jakarta, 3 Desember 2016
By Teguh Hidayat
Dear investor, penulis (Teguh Hidayat) menyelenggarakan training/
Kisi-kisi materi yang akan disampaikan untuk seminar kali ini:
Bonus Materi:
Seluruh materinya akan disampaikan dengan cara yang santai, menyenangkan, dan mudah dimengerti. Setelah mengikuti acara ini, anda diharapkan:
Okay, berikut keterangan mengenai lokasi dan jadwal acaranya:
Biaya untuk ikut acara ini hanya Rp750,000 per peserta, dan berikut cara daftarnya:
1. Lakukan payment dengan cara transfer ke (salah satu):
Bank BCA no rek 139.229.1118
Bank Mandiri no rek 132.000.706.2087 Ba
Semuanya atas nama Teguh Hidayat
2. Segera kirim email ke teguh.idx@gmail.com dengan subjek Daftar Seminar, dan isi: Nama lengkap anda, nama bank tujuan transfer. Contoh: Basuki Tjahaja Purnama, BCA. Anda nggak perlu kirim bukti transfer, karena kami bisa langsung mengecek transferan anda melalui internet banking.
3. Anda akan menerima email konfirmasi bahwa pembayaran anda sudah diterima, dan bahwa anda sudah terdaftar sebagai peserta seminar. Selanjutnya, anda bisa datang ke lokasi acara pada waktu yang sudah ditetapkan (sehari sebelum acaranya, kami akan mengirim email reminder untuk mengingatkan anda soal acara ini).
4. Jika anda mendaftar namun ternyata pesertanya sudah penuh maka uang anda akan dikembalikan dengan cara ditransfer balik. Tempat terbatas, hanya untuk 30 orang peserta.
Demikian, sampai jumpa di lokasi!
Bonus:
Ada yang mau ditanyakan terlebih dahulu? Anda bisa menghubungi Miss Nury di no telp/SMS 081220445202 atau Pin BB D0E5C05A. Konfirmasi setelah anda melakukan pembayaran juga bisa melalui kontak telepon/BBM tersebut.
Atau anda bisa langsung bertanya kepada penulis (Teguh Hidayat) melalui email teguh.idx@gmail.com.
| ||
Posted: 18 Nov 2016 06:19 PM PST
Kemarin, Jumat 18 Nopember, IHSG kembali turun sebesar 0.44%, dimana meski itu tidak tergolong sebagai penurunan yang ekstrim, katakanlah seperti Jumat minggu lalu dimana IHSG drop 4.01%, namun yang menarik adalah santernya berita, atau lebih tepatnya rumor, bahwa pada tanggal 25 November nanti akan terjadi bank rush (atau money rush) dimana dikatakan bahwa orang-orang akan menarik uang dari rekening tabungan mereka sehingga bank-bank akan mengalami kesulitan likuiditas karena jumlah uang cash berkurang drastis, dan itu pada akhirnya akan mengganggu perekonomian nasional.
Nah, sebenarnya isu rush ini sudah beredar di media sosial sejak sekitar semingguan lalu, dimana nongol propaganda entah dari mana asalnya, yang mengajak orang banyak untuk membawa Indonesia kembali ke krisis 1998 dalam rangka ‘memberi pelajaran’ kepada Pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi, agar tidak lagi ‘melindungi’ Ahok, yang sebelumnya dituduh telah melakukan penistaan agama. Tapi setelah IHSG kemudian jatuh, dan pada Jumat ini IHSG kembali turun setelah dua hari kemarin rebound, maka isunya kemudian menjadi santer, dan beberapa investor mulai khawatir kalau Indonesia mungkin beneran bakal jatuh ke lembah krisis, jika ‘bank rush’ itu benar-benar terjadi.
Lalu apakah pada tanggal 25 November nanti beneran bakal terjadi rush, yang pada akhirnya menyebabkan krisis ekonomi? Well, bisa saja sih, tapi harusnya nggak lah. I mean, meski beberapa orang mungkin sukses terprovokasi, tapi sebagian besar lainnya tentu menyadari bahwa kalau mereka mengikut ajakan tersebut dan Indonesia benar-benar jatuh krisis, maka yang dirugikan ya mereka sendiri. Karena, you know, tidak ada seorangpun yang bersedia untuk di-PHK dari pekerjaannya lalu terpaksa ngantri sembako lagi seperti delapan belas tahun lalu, apapun alasannya.
However, yang akan kita bahas disini bukanlah soal isu bank rush diatas.
Sekarang, perhatikan: Isu bank rush ini sebenarnya sudah nongol dan masuk pemberitaan sejak beberapa hari lalu, tapi baru benar-benar diperhatikan oleh pelaku pasar pada satu atau dua hari terakhir ini saja. Pertanyaannya, kenapa kok para investor dan trader terkesan cuek waktu isunya pertama kali nongol, dan mereka baru khawatir sekarang? Dan jawabannya bisa dilihat lagi diatas: Setelah pada Jumat 18 November IHSG kembali turun, maka isunya kemudian menjadi santer, dan beberapa investor mulai khawatir kalau Indonesia mungkin beneran bakal jatuh ke lembah krisis, jika ‘bank rush’ itu benar-benar terjadi.
Jadi begini urutan kejadiannya: Pertama-tama, IHSG bergerak turun, dimana pada hari Jumat kemarin IHSG sebenarnya sempat turun cukup dalam hingga tembus 1%, sebelum kemudian naik lagi pas pre-closing (sehingga secara keseluruhan hanya turun 0.44%). Ketika IHSG turun maka investor tentu menjadi khawatir dan juga bingung sehingga mereka kemudian menelpon brokernya masing-masing, untuk bertanyakenapa kok IHSG turun? Apa penyebabnya? Intinya para investor ini meminta kejelasan dari pihak sekuritas tentang apa yang sedang terjadi sehingga IHSG turun, agar mereka tidak lagi kebingungan.
Sekarang, coba bayangkan ketika seorang broker/pialang saham diserbu telepon oleh nasabahnya, lalu ia hanya menjawab, ‘Gak apa-apa pak/bu, ini cuma koreksi wajar, nanti juga IHSG naik lagi.’ Maka bagaimana kira-kira reaksi si nasabah? Bakal tambah bingung bukan? Karena jawaban si broker tidak menjelaskan apapun. Seorang broker atau analis sekuritas sebenarnya bisa saja memberikan jawaban yang lebih masuk akal tentang penyebab IHSG turun, seperti naiknya sudah terlalu tinggi, kinerja fundamental emiten belum begitu bagus, ini cuma fluktuasi biasa, dan seterusnya. Tapi biasanya jawaban yang diminta si nasabah adalah terkait sentimen, peristiwa, atau berita apa yang sedang beredar, karena itu adalah jawaban yang jauh lebih simpel dibanding kalau dijelaskan bahwa valuasi IHSG udah mahal bla bla bla.
Karena itulah, seorang pialang saham mau tidak mau harus menemukan semacam alasan sentimen untuk menjelaskan penyebab penurunan IHSG kepada nasabahnya. Dan karena kebetulan lagi ada rumor bank rush diatas, maka si broker akan menjawab, ‘Ada rumor bahwa tanggal 25 November nanti bakal ada bank rush, makanya IHSG turun’. Dalam hal ini si pialang tidak lagi peduli soal apakah rumor tersebut benar adanya ataukah cuma isu murahan, karena yang terpentingadalah si nasabah memperoleh penjelasan! Karena dalam banyak kasus, ketika nasabah bertanya ‘Kenapa kok IHSG/saham saya turun?’, dan pialang hanya menjawab ‘Ga apa-apa, nanti juga naik lagi’, atau malah ‘Saya juga gak tau kenapa’, maka itu hanya akan bikin nasabah merasa kesal, dan mungkin akan menutup akunnya/pindah ke sekuritas lain.
Tapi setelah para nasabah memperoleh penjelasan bahwa rumor rush itulah yang bikin IHSG turun, maka itulah yang kemudian menyebabkan rumor/beritanya menjadi santer, karena biasanya si nasabah akan laporan ke temen-temennya sesama investor dan trader (biasanya di grup-grup Whatsapp gitu) tentang ‘informasi penyebab penurunan IHSG’ yang ia peroleh. Dan ketika informasinya sudah menyebar luas, maka informasi tersebut kemudian dipercaya sebagai kebenaran, tak peduli meski informasi tersebut sejatinya ngawur atau hoax.
Okay, jadi mari kita runut lagi: Seandainya IHSG masih naik/tidak turun, maka tidak akan ada investor yang menelpon brokernya, dan tidak ada broker yang ‘dipaksa’ untuk menjelaskan bahwa ‘IHSG turun karena anu’, dan alhasil tidak akan beredar sentimen negatif apapun, termasuk investor yang sudah mendengar isu bank rush sejak awal juga akan cuek saja, karena toh nyatanya IHSG masih naik kok.
Tapi ketika IHSG turun, apalagi turunnya dalem, maka seketika itulah bakal nongol cerita jelek/sentimen negatif yang macem-macem. Memang dalam banyak kasus, yang pertama keluar adalah sentimen negatifnya, kemudian baru sahamnya atau IHSG-nya turun. Tapi di waktu-waktu yang lain, sering juga terjadi sahamnya atau IHSG-nya yang turun duluan, kemudian baru sentimen negatifnya nongol belakangan. Terkait hal ini penulis jadi ingat dimana pada awal tahun 2016 lalu saham-saham perbankan dihantam oleh sentimen negatif tentang pembatasan NIM, dan kemudian disusul perubahan sistem BI Rate menjadi BI 7-day Rate. Alhasil saham-saham banking blue chips seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI semuanya bertumbangan. Tapi yang paling dalam ketika itu adalah BBNI, yang anjlok dari 5,300 sampai 4,300 di bulan Mei. Ketika itulah kemudian santer berita jelek lainnya, yakni bahwa Bank BNI terseret oleh kasus kredit macet Trikomsel Oke (TRIO) senilai Rp1 trilyun (padahal itu sebenarnya berita lama di tahun 2015, dimana efek negatifnya, jika memang ada, sudah terefleksi pada kinerja BBNI di tahun 2015 tersebut).
Tapi ketika akhirnya BBNI naik lagi di bulan Juni – Agustus, maka seperti yang bisa anda tebak, cerita soal kredit macet TRIO diatas menghilang begitu saja, termasuk juga soal pembatasan NIM dll, karena memang sejatinya itu tidak berpengaruh buruk apapun ke perbankan. Tapi yah, percaya deh, kalau besok-besok BBRI dkk jeblok lagi, maka cerita soal bank rush diatas bakal lebih rame lagi dibicarakan, dan mungkin malah bakal keluar isu jelek yang lainnya lagi.
Okay, jadi balik lagi ke pertanyaan diatas: Dari mana asalnya berita atau sentimen negatif? Jawabannya adalah, seringkali dari kekhawatiran kita sendiri sebagai investor. Sekarang jujur aja deh: Kalau IHSG jeblok, maka anda akan langsung panik nyari informasi dan bertanya kesana kemari bukan? Yakni untuk memperoleh jawaban, ini sebenarnya ada apa? Seorang investor biasanya hanya akan tetap tenang (ketika IHSG jeblok) jika ia sudah cukup berpengalaman atau merupakan fund manager/analis profesional, yang mampu menganalisa serta menjelaskan naik turunnya IHSG/saham-saham tertentu dari sisi analisis fundamental, teknikal, atau lainnya, sehingga tidak perlu lagi memperoleh jawaban dari broker atau siapapun tentang apa yang sedang terjadi. Analoginya seperti ketika seorang anak balita sakit demam, maka seringkali orang tuanya panik dan menganggap bahwa anaknya mungkin tidak hanya sekedar demam biasa, melainkan lebih parah dari itu, entah itu kena typhus, demam berdarah, atau lainnya. Kadang-kadang bahkan setelah diperiksa ke dokter dan hasilnya si anak cuma demam ringan, tapi tetap saja orang tuanya khawatir. Tapi setelah demam si anak mereda dengan sendirinya, maka ketika itulah kekhawatiran orang tuanya juga ikut reda, dan berbagai ‘sentimen negatif’ bahwa si anak mungkin menderita demam berdarah dll, kemudian dilupakan begitu saja.
Tapi jika si orang tua sejak awal merupakan dokter, perawat, atau cukup mengerti ilmu kesehatan, atau bukan dokter namun sudah berpengalaman sebelumnya melihat anaknya sakit, maka mereka akan lebih tenang dan tidak akan khawatir yang macam-macam.
Fenomena dimana muncul sentimen negatif yang berlebihan ketika IHSG atau saham-saham tertentu turun drastis inilah yang menyebabkan saham-saham yang sebelumnya sudah turun cukup dalam menjadi turun lebih dalam lagi (we call this panic selling), hingga valuasinya menjadi unbelievably undervalue. Namun bagi sebagian investor lainnya yang mampu fokus pada aspek fundamental serta mampu melihat bahwa keberadaan sentimen negatif tersebut hanyalah sementara, maka ketika terjadi panic selling maka itu merupakan peluang emas, dimana seorang investor bisa memperoleh profit ekstra hingga ratusan persen jika mampu memanfaatkan peluang tersebut. Pertanyaannya, menurut anda sendiri, sekarang ini sudah terjadi panic selling apa belum???
Btw, untuk minggu depan kita akan bahas lagi soal prospek dan outlook saham-saham batubara, yang belakangan ini mulai cooling down setelah sebelumnya naik terus.
Penulis membuat buku kumpulan analisis saham-saham pilihan berdasarkan kinerja perusahaan di Kuartal III 2016, dan bukunya sudah terbit! Anda bisa langsung memperolehnya disini.
|
Jumat, 18 November 2016
The Best Investment I Ever Made
|
Langganan:
Postingan (Atom)