Kamis, 17 November 2016

Donald Trump’s Son-In-Law Could Get Key White House Role


Image Title

JOB VACANCY: Trainer, Event Executive, Multimedia Officer

Company Logo
 
 
 
 
Dear,
 
  • Anda passionate dalam dunia pasar modal khususnya saham dan berpengalaman dalam mengajar ?
  • Anda passionate dalam dunia pasar modal dan saham, serta berpengalaman dalam event organizing ?
  • Anda passionate dalam dunia pasar modal dan saham, serta berpengalaman dalam membuat gambar dan video / duniamultimedia, serta social media ?

Dicari, kandidat untuk 3 posisi berikut ini :
  1. Stock Market Trainer
  2. Event Executive Officer
  3. Multimedia Officer

Jadilah anggota team dari Ellen May Institute !

Ellen May Institute adalah Pusat Pelatihan Saham dan Pasar Modal terpercaya di Indonesia:
  • Telah mengedukasi lebih dari 10.000 orang melalui seminar, webinar, membership, online media, dan workshop selama 5 tahun.
  • Menghasilkan alumni yang berhasil menciptakan keuntungan jauh di atas kinerja pasar secara konsisten (bit.ly/testimoniTP).
  • Dipimpin oleh Ellen May, trader, investor, dan trainer saham terpercaya di Indonesia, dan penulis buku best selling Smart Traders Not Gamblers.
  • Di Ellen May Institute, kami percaya bahwa bekerja dengan ketulusan hati untuk menolong dan suasana kerja yang fun akan memberi dampak positif bagi investor pasar modal Indonesia.

Jika Anda tidak hanya ingin sekedar bekerja, namun juga  ingin bertumbuh dan belajar bersama kami, silakan, kami tunggu resume Anda.

Benefits :
  • Empower skills & knowledges : mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan dari Ellen May Institute dan pelatihan lain dari luar Ellen May Institute sesuai dengan bidang pekerjaan.
  • Quarterly Team Celebration & Annual Rewards Trip : Berdasarkan kinerja perusahaan.
  • Full Employment : Status kepegawaian tetap & full time.
  • Allowances : health & meal allowances.
  • Incentives : Berdasarkan kinerja pribadi.


Hanya jika Anda memenuhi kriteria, ACTION sekarang juga !!
Vacancy ditutup tanggal 30 November 2016.

Klik di sini untuk persyaratan & informasi selengkapnya :

 
Salam profit
@PakarSaham
CEO Ellen May Institute
 
Be a super performance trader ! Your success is our happiness !
Ellen May Institute Green Lake City Jakarta Barat, Jakarta Raya Indonesia +6282327229009

Rabu, 16 November 2016

How Do You Build a Stock List? + My Latest List to Download

TheDividendGuyBlog.com
Hello,

It's Mike from The Dividend Guy Blog and The Dividend Monk, how are you doing?

I'm currently working from my new office by the beach in Nicaragua ;-). 

Today, I wrote an article about how you can build a stock list and pick the best companies for your next purchase. At the end of the article, I provide you with my latest stock list to download for free.

You can read the article here:


Cheers,

TheDividendGuyBlog.com

Mike

The Dividend Guy 
The Dividend Monk
Dividend Stocks Rock


CP 63072 Pl. du Commerce PO
Ile-des-Soeurs Québec H3E1V6
CANADA 

Ebook Analisis Kuartal III 2016


By Teguh Hidayat

Dear investor, setiap kuartal alias tiga bulan sekali, penulis membuat buku elektronik (ebook, dengan format PDF) yang berisi kumpulan analisis fundamental saham, yang kali ini didasarkan pada laporan keuangan para emiten untuk periode Kuartal III 2016. Ebook ini diharapkan akan menjadi panduan bagi anda (dan juga bagi penulis sendiri) untuk memilih saham yang bagus untuk trading jangka pendek, investasi jangka menengah, dan panjang.

Seperti ebook edisi-edisi sebelumnya, penulis akan bekerja sama dengan tim kecil untuk melakukan screening/pemilihan saham untuk dimasukkan kedalam ebooknya. Berikut adalah standar kriteria yang kami terapkan untuk memilih saham-saham yang akan dibahas di ebook ini, dimana kriteria ini dibuat berdasarkan kaidah value investing.
  1. Sahamnya likuid, sehingga pergerakannya bisa dianalisis menggunakan analisis teknikal sederhana (diluar analisis fundamental, kami juga memperhatikan faktor teknikal). Kalaupun tidak terlalu likuid, maka paling tidak jangan sampai tidak likuid sama sekali.
  2. Bukan saham gorengan. Ciri-ciri saham gorengan adalah mudah naik dan turun secara drastis dalam waktu singkat tanpa penyebab yang jelas.
  3. Memiliki kinerja fundamental yang bagus baik secara historis maupun berdasarkan laporan keuangan terbaru, memiliki reputasi yang baik, perusahaannya dikelola olehmanajemen yang bisa dipercaya
  4. Harganya undervalue/murah, atau paling tidak belum terlalu mahal (sudah termasuk mempertimbangkan posisi IHSG), dan
  5. Sahamnya sedang dalam momentum kenaikan/memiliki sentimen positif serta prospek yang menarik.
Ebook ini berisi analisis terhadap 30 saham pilihan, dan saat ini ebooknya sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini.

Berikut screenshot ebooknya, klik untuk memperbesar.


Pekerjaan rutin seorang investor adalah mempelajari pergerakan IHSG, melakukan screening saham, menganalisis fundamental serta valuasi dari saham/perusahaan yang lolos screening tersebut secara mendetail termasuk mempelajari prospeknya, kemudian mengambil kesimpulan saham-saham apa saja yang layak beli, dan sebaiknya beli di harga berapa. Dengan berlangganan ebook ini maka itu seperti anda menyerahkan semua pekerjaan tersebut kepada kami, sehingga anda tinggal membaca hasilnya saja.

Sekali lagi, untuk memperoleh ebooknya bisa baca disini. Jika ada yang hendak ditanyakan bisa menghubungi Ms. Nury melalui Telp/SMS 081220445202 atau Pin BB D0E5C05A

Atau anda bisa hubungi penulis langsung (Teguh Hidayat) melalui email teguh.idx@gmail.com

Selasa, 15 November 2016

Bond Yield Meningkat, Risiko Pasar Meningkat

Great Morning,

Pada hari pertama perdagangan pekan ini, sambil sayaa mempersiapkan workshop Super Performance Trader day 3 di IDX Building, dan setelah IHSG merosot pekan lalu bersama bursa Asia lainnya, hari ini mari kita simak Kopipagi 14 November 2016.

Jumat lalu, saya sempat live video di on.fb.me/ellen_maymembahas tentang mengapa IHSG turun dalam di kala Dow Jones menguat signifikan, yang sangat terkait dengan Trump’s effect yang menguntungkan Amerika dan cenderung merugikan China dan negara berkembang lainnya. Segera meluncur ke fanpage saya jika Anda belum menyimak.
Jumat 18 November 2016 ini saya akan memberikan report penting tentang Trump’s Effect dengan data2 yang kredibel, untuk melihat peluang di tahun2 yang akan datang dan juga tantangan yang harus kita waspadai, dalam bentuk video di Premium Access (bit.ly/daftarpremiumaccess )
 
Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya pagi ini, di antaranya meningkatnya bond yield, kebijakan sektor coal dari Trump, serta hal2 penting / agenda market penting yang perlu diperhatikan investor pekan ini. 
 
Pekan kemarin Bursa Amerika ditutup mixed. Indeks Dow Jones ditutup menguat 0.21% di evel 18, 847.66. 
Sedangkan di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 4,01% bersama dengan indeks negara berkembang lainnya (penyebabnya lihat video di on.fb.me/ellen_may )
Pada perdagangan hari ini IHSG masih sangat rawan mengalami koreksi dan berpotensi untuk menguji area support berikutnya sekitar level 5150 sd 5100 yang menjadi level support krusial, melihat EIDO turun lebih dari 4 % pada perdagangan Jumat pekan lalu, serta meningkatnya risiko dikarenakan Bond Yield 10 th meningkat 1.6 % di level 7.6.
Beberapa saham yang masih berpotensi untuk mengalami koreksi antara lain saham-saham besar penggerak indeks dari sektor perbankan dan beberapa saham blue chips lainnya.
Oleh karena itu, waspadai dan hindari sektor tersebut.

IHSG pekan ini menanti data perdagangan Indonesia yang dirilis besok (15 November 2016), jika data yang dirilis sesuai ekspektasi, IHSG bisa alami teknikal rebound esok. 
 
Jadi sektor apa yang potensial ? Masih dari industry mining, seperti yang pernah dikatakan Donald Trump saat kampanye kemarin, Trump akan mengembalikan harga dan permintaan batubara hingga 100%, ini bisa menjadi sentimen positif untuk harga batubara. 

Selain itu Trump bersiap membuka peluang pembangunan pembangkit nuklir lewat kerjasama dengan Jepang dan Korea.
Meski ada sentimen positif ini, pelaku pasar tetap harus waspada dengan pertemuan OPEC akhir November nanti. Jika OPEC gagal mencapai kesepakatan pemangkasan produksi, harga minyak bisa terperosok. Dan, hal yang sama bisa terjadi pada harga batubara, yang merupakan barang substitusi minyak.
 
Beberapa hal ini akan menjadi perhatian investor dalam pekan ini:
1.       Ketua Fed Yellen Tampil Sebelum Kongres
Yellen akan memberikan komentarnya tentang prospek ekonomi sebelum Kongres Komite Gabungan Ekonomi AS, Kamis, pukul 22.00 WIB. Komentarnya ini akan memberi wawasan baru dalam kebijakan The Fed mengenai suku bunga.
 
2.       Inflasi & Penjualan Ritel AS Bulan Oktober
Departemen Perdagangan AS akan mempublikasikan data penjualan ritel bulan Oktober pukul 20.30 WIB, Selasa. Pelaku pasar memprediksi dalam laporan ini akan terjadi kenaikan 0.5%. Perkiraan konsensus adalah bahwa laporan ini akan menunjukkan penjualan ritel naik 0,5% bulan lalu, setelah menguat 0,6% pada bulan September. Penjualan inti diperkirakan naik 0,4%, setelah naik 0,5% bulan sebelumnya.
 
3.       Meningkatnya penjualan ritel dari waktu ke waktu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, sedangkan penjualan yang lemah menandai perekonomian menurun.
4.     Kamis ini, Departemen Perdagangan AS akan merilis angka inflasi bulan Oktober pukul 20.30 WIB. Pelaku pasar mengharapkan harga konsumen naik 0,4%, sedangkan inflasi diperkirakan akan meningkat 0,2%. Kenaikan inflasi akan menjadi katalis untuk mendorong The Fed ke arah peningkatan suku bunga.
 
Meski pasar bergerak terkoreksi tajam, saham-saham yang berada di Hot List Premium Access tidak terlalu terpengaruh signifikan. Beberapa saham justru menyentuh level best buy dan menjadi peluang buat member untuk trading buy. Simak ulasan selengkapnya dalam Premium Access, daftarkan diri Anda di bit.ly/daftarpremiumaccess
@pakarsaham
CEO Ellen May Institute

Disclaimer : #kopipagi bersifat sebagai informasi, bukan sebagai perintah atau larangan untuk beli dan jual. Risiko dan keuntungan dalam berinvestasi menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar.

Solo, 57129, Surakarta, Indonesia

Technical Rebound After Trump Effect ?

Selamat Pagi,

Setelah mengalami koreksi tajam selama 2 hari perdagangan, IHSG tertahan di area suport 5100 dan hari ini IHSG berpotensi untuk mengalami koreksi terbatas dan besar kemungkinan terjadi teknikal rebound.

Seperti yang telah disebutkan dalam Call to Action Telegram Channel dari layanan Premium Access kemarin sore akan adanya peluang buy on weakness pada beberapa saham, hari ini masih ada peluang untuk buy on weakness.

Pantulan bersifat sementara dan jangka pendek, manfaatkan untuk swing trading.

Respon pasar terhadap Trump Effect mulai mereda untuk sesaat, paling tidak sebelum Trump mengeluarkan statement lain yang akan kembali menyulut volatilitas pasar.

Sementara itu, secara fundamental, Indonesia mulai bertumbuh dan masuk fase recovery, seperti halnya China.

Special report & live webinar Peluang dan Tantangan Trump Effect untuk 2017 , Jumat 18 November 2016, saham2 potensial after Trump Effect, daftar dibit.ly/daftarpremiumaccess

Beberapa saham yang potensial untuk buy on weakness dan dimanfaatkan pantulan jangka pendeknya adalah saham-saham yang sudah turun tajam beberapa hari ini terutama dari sektor perbankan.
Watch : BBRI, BBTN, KLBF

Bursa Amerika pagi ini kembali bergerak mixed. Indeks Dow Jones ditutup di level 18,868.69 atau menguat 0.11% .

Hal ini seiring dengan langkah investor mengevaluasi prospek pertumbuhan ekonomi AS menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Investor cukup optimistis karena mereka mulai menerima kondisi dari yang sebelumnya berjalan dengan sangat baik dan mudah ditebak menjadi kondisi yang sama sekali berbeda saat ini. Sehingga investor tetap harus mengawasi perubahan kebijakan yang dilakukannya.

Pelemahan di pasar negara berkembang masih terjadi pada hari Senin, karena investor khawatir suku bunga AS yang lebih tinggi di bawah Presiden Donald Trump akan memicu arus keluar modal dari negara berkembang tersebut.

Mata uang negara berkembang, terbebani oleh ketakutan terhadap uang investor yang tersedot habis oleh suku bunga AS yang lebih tinggi, termasuk di Indonesia.

Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup di level
5,115.74 atau melemah 2.23% . Saya lihat IHSG ada potensi rebound, IHSG hari ini akan bergerak dalam range 5100-5300.

Industri Beton Pracetak

Perusahaan betok pracetak sedang mempersiapkan diri menyambut tahun 2017. Sejumlah produsen precast siap menambah kapasitas produksi mereka karena potensi pasar pracetak masih besar mengingat masih gencarnya pemerintah melanjutkan pembangunan infrastruktur.

Salah satunya PT Wika Beton Tbk misalnya yang sedang memproses perizinan pembangunan pabrik berkapasitas 250.000 ton - 300.000 ton per tahun di Subang, Jawa Barat di atas lahan 30 hektare (ha). Pabrik ini rencananya akan menambah kapasitas produksi mereka yang saat ini 2,6 juta ton per tahun.

Selain itu, WTON akan melakukan tambahan kapasitas produksi juga tahun depan melalui pembangunan mobile plant di Sulawesi Utara berkapasitas 100.000 ton per tahun. Ini merupakan pabrik yang dibangun hanya untuk melayani satu proyek saja dan peralatannya bisa dipindahkan jika proyek sudah berakhir.

Sementara jika proyek yang diperoleh perusahaan semakin besar dan kebutuhan pracetak semakin meningkat, WTON juga berencana menambah kapasitas produksi di pabrik yang telah berjalan.

Ada juga anak usaha PTPP yakni PT PP Pracetak juga siap melakukan ekspansi tahun depan. Saat ini, PP Pracetak telah menandatangani kerja sama dengan berbagai perusahaan BUMN dalam pembangunan proyek high rise building seperti dengan Jiwasraya, Jakarta Propertindo, BPJS dan lain-lain.

Selanjutnya ada PT Waskita Beton Precast Tbk yang berencana membangun pabrik di Sumatera bagian Utara dan Kalimantan untuk menjawab kebutuhan pracetak proyek infrastruktur yang sudah diperoleh perusahaan tahun ini.

Hal ini bisa menjadi sentimen positif untuk saham industri pracetak kedepannya, seperti WTON, WSBP, dll

Untuk dapat strategi trading saham selengkapnya saya update secara realtime melalui Smartphone Anda akan saya kirim di Telegram Channel. Jika Anda belum perpanjang/belum menjadi member daftar di bit.ly/premiumaccess

Salam profit,
@pakarsaham
CEO Ellen May Institute

Disclaimer : #kopipagi bersifat sebagai informasi, bukan sebagai perintah atau larangan untuk beli dan jual. Risiko dan keuntungan dalam berinvestasi menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar.

Solo, 57129, Surakarta, Indonesia

Antara Trump, Kondisi Politik dalam Negeri, dan Penurunan IHSG

By Teguh Hidayat


IHSG, seperti yang kita ketahui, Jumat kemarin drop hingga 4% dalam sehari, dimana itu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi bahkan dalam kondisi market bearish seperti tahun 2015 sekalipun. Sebenarnya karena posisi IHSG sendiri masih relatif tinggi, yakni masih dikisaran 5,200-an, maka penurunan kemarin tidak sampai menimbulkan kondisi panik. Karena dengan asumsi bahwa anda sudah ambil posisi di saham-saham bagus sejak awal tahun 2016 lalu, maka posisi anda pada saat ini seharusnya masih profit, hanya mungkin nilai profitnya tidak lagi sebesar sebelumnya.

However, karena penurunan kemarin berbarengan dengan terjadinya beberapa peristiwa penting baik dari dalam maupun luar negeri, maka wajar jika kemudian timbul spekulasi yang mengkait-kaitkan kejatuhan IHSG dengan entah itu terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, atau dengan keributan soal Ahok yang belum sepenuhnya clear. Pada kondisi inilah, dalam rangka untuk menyusun kembali strategi investasi kedepannya, seorang investor dituntut untuk memilah-milah informasi yang masuk, untuk membedakan mana informasi yang valid dan reliable berdasarkan fakta dan data, dan mana informasi yang hanya bersifat opini atau rumor, yang sejatinya tidak berpengaruh apapun pergerakan IHSG maupun saham-saham tertentu (terkait hal ini, anda bisa baca lagi tips-tipsnya disini).

And, trust me, jika anda tidak bisa melakukan hal diatas maka anda hanya akan bingung sendiri tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan soal apa yang harus Anda lakukan.

Kabar baiknya, berhubung posisi IHSG saat ini masih cukup tinggi, maka sama sekali masih belum terlambat jika kita hendak cuci gudang, jika memang itu yang harus dilakukan.Lalu apa saja data dan fakta yang harus kita perhatikan? Well then, here we go:

Pertama, dan ini adalah poin yang paling mudah untuk dilihat, IHSG pada posisi 5,232, jika dihitung sejak awal tahun maka sudah naik 13.9%, dan itu adalah kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa kenaikan indeks saham di negara-negara besar seperti Amerika Serikat (6.8%), Inggris (8.8%), China (minus 9.7%), dan Jepang (minus 8.7%). Termasuk jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, maka kenaikan IHSG juga tetap tergolong tinggi dibanding Malaysia (minus 3.4%), Singapura (minus 2.4%), Australia (1.9%), dan hanya kalah dibanding Thailand (16.4%). Dengan mempertimbangkan fakta bahwa pasar modal di seluruh dunia sebenarnya masih lesu pada tahun 2016 ini, termasuk masih banyak indeks saham yang bukannya naik tapi malah turun (Indeks Straits Times Singapura malah sudah minus selama dua tahun berturut-turut) maka kenaikan IHSG sejauh ini terbilang terlalu cepat. Karena fakta lainnya adalah, kinerja para emiten besar di BEI pada tahun ini masih belum sepenuhnya pulih dibanding tahun 2015 lalu, dimana laba bersih mereka masih pada turun. I mean, jika ASII dkk kembali membukukan kenaikan laba yang signifikan pada tahun ini, maka kenaikan 13.9% bagi IHSG memiliki dasar fundamental yang kuat dan semestinya akan berlanjut, sama seperti tahun 2009 lalu dimana IHSG naik kenceng pasca market crash 2008, karena pada tahun 2009 tersebut para emiten kembali (atau masih) membukukan kinerja yang sangat baik.

Tapi sayangnya bukan itu yang terjadi, sehingga suka atau tidak, IHSG cepat atau lambat akan terkoreksi untuk kembali ke track-nya.

Kedua, sepanjang paruh pertama 2016, tepatnya hingga akhir Juni 2016, pasar sebenarnya masih bergerak secara moderat sesuai dengan perkembangan fundamental ekonomidalam negeri, dimana IHSG, meski naik dari posisi awal tahun yakni 4,593, namun kenaikannya berhenti di level 4,800-an, dan posisi net buy asing ketika itu hanya sekitar Rp4 trilyun secara YTD.

Namun memasuki bulan Juni, terdapat satu peristiwa penting yang menyebabkan optimisme pasar meningkat signifikan: Kebijakan pemerintah dengan judul Tax Amnesty (TA), yang diharapkan akan: 1. Meningkatkan penerimaan pajak negara, untuk membiayai pembangunan infrastruktur, 2. Menarik dana milik konglomerat yang selama ini ‘diparkir’ diluar negeri untuk balik lagi ke tanah air (repatriasi), dimana sebagian diantaranya akan masuk ke pasar modal, dan 3. Proses pendirian perusahaan dan investasi akan dipermudah untuk mengakomodir dana repatriasi, dan itu pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Anda bisa baca lagi cerita lengkapnya disinidisini, dan disini.

Dan berbeda dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang lainnya, cerita tentang TA ini sangat populer dan ramai dibicarakan oleh banyak kalangan mulai dari konglomerat, pemilik toko kelontong, PNS, karyawan swasta, termasuk tentunya oleh para pelaku pasar saham. Begitu booming-nya TA ini, sampai-sampai timbul kesan bahwa programnya sudah berhasil, dimana itu menarik minat investor asing untuk belanja saham besar-besaran. Pada pertengahan Agustus 2016, atau sekitar dua bulan setelah booming TA dimulai, asing sudah membukukan net buy Rp38 trilyun, atau dengan kata lain mereka belanja saham senilai Rp34 trilyun hanya dalam tempo dua bulan (karena sebelum booming TA, net buy asing cuma Rp4 trilyun). Dan alhasil IHSG lompat kodok dari 4,800-an hingga 5,450-an.

Namun, seperti juga sentimen-sentimen positif lainnya yang ramai dibicarakan pada satu waktu tapi tak berapa lama kemudian dilupakan, maka demikian pula dengan TA, yang pada penghujung Agustus sudah tidak lagi ramai dibicarakan, dan pasar sempat berada dalam kondisi ‘quiet’, dimana tidak ada sentimen positif maupun negatif apapun, dan IHSG hanya muter-muter disitu-situ saja (baca lagi analisisnya disini). Meski demikian, beberapa saham terutama dari kelompok second liner yang sebelumnya naik banyak pada bulan Juni – Agustus, memasuki bulan September mereka mulai turun kembali. Namun karena para big caps masih kokoh di posisi mereka masing-masing, maka IHSG juga tetap bertahan di 5,400-an, meski juga sulit untuk naik. Pada titik inilah kita bisa menyimpulkan bahwa kalau nanti pasar ‘rame’ lagi entah itu karena sentimen positif atau negatif, makaIHSG bisa dengan mudah jatuh, jika sentimennya ternyata negatif. Actually, pada awal September kemarin, yakni ketika sentimen TA sudah meredup sama sekali, IHSG juga sempat drop sejenak ke posisi 5,146. Tapi tak lama kemudian keluar berita bahwa perolehan dana tebusan TA, yang sempat jalan ditempat pada awal-awal pelaksanaannya, ternyata sukses naik hingga hampir tembus Rp100 trilyun pada batas akhir TA Tahap I di tanggal 30 September. Alhasil IHSG langsung naik lagi, tapi sekali lagi kenaikannya tertahan di resisten 5,450-an.

Jadi ketika sekarang IHSG drop lagi, maka sebenarnya itu cuma mengulang penurunan yang terjadi pada awal September lalu, dimana seperti halnya pada awal September, pada saat ini also nobody talk about tax amnesty.

Ketiga, terkait cerita soal Donald Trump, saat ini semua orang punya pendapat dan analisisnya masing-masing tentang bagaimana pengaruh terpilihnya Trump terhadap perekonomian global termasuk Indonesia, dimana sebagian orang menganggap bahwa pengaruhnya bakal bagus, sebagian lagi menganggap bakal jelek, dan selebihnya malah bingung sama sekali. Kemudian terkait demo Ahok, setelah demo besar tanggal 4 November lalu, juga ada rumor bahwa akan terjadi demo susulan pada tanggal 25 November nanti, dan ketidak pastian situasi politik di dalam negeri terkait Ahok ini mungkin akan terus berlanjut sampai Pilkada DKI itu sendiri digelar pada Februari 2017 nanti.

Nah, kalau pasar saham sudah diselimuti oleh ‘ketidak pastian’ seperti itu, dimana semua orang kebingungan tentang bagaimana kalau Trump begini, bagaimana kalau Ahok begitu, maka menurut anda apa yang akan terjadi terhadap IHSG? Ya turun lebih lanjut, tentu saja, dan itu bukan karena pertumbuhan ekonomi kita drop atau apa, tetapi karena investor akan memilih untuk minggir dulu sampai semuanya clearTermasuk kurs Rupiah juga bisa anjlok begitu hanya karena para trader forex memilih untuk keluar dulu, no more than that. Ditambah lagi, sekarang sudah akhir tahun, dimana orang-orang (termasuk penulis) lebih sibuk mikirin mau berlibur tahun baruan kemana ketimbang ngurusin saham terus setiap hari. I mean, come on man! We need to rest our eyes and fingers!

The Bright Side

Sampai pada poin ketiga diatas, semuanya menunjukkan bahwa IHSG mungkin akan turun lebih lanjut, dan bahwa penurunan 4% kemarin mungkin barulah permulaan. Namun demikian, tunggu sampai anda membaca poin keempat, kelima, dan keenam. Okay, kita langsung saja.

Keempat, selepas booming TA, sebenarnya pasar kembali ketiban booming yang lain, yakni kenaikan harga-harga komoditas, terutama batubara, dimana saham-saham batubara naik kenceng dan mulai menarik perhatian investor sejak Oktober lalu. Sebenarnya ketika IHSG mulai dilanda euforia tax amnesty pada Juni, ketika itu saham-saham batubara juga sudah mulai naik, tapi kenaikannya belum banyak diperhatikan investor. Tapi setelah investor mulai banyak menaruh perhatian ke sektor ini, dan sebagian diantaranya juga sudah mulai meraup profit besar, maka artinya optimisme pasar akan tetap terjaga, dan itu akan mencegah IHSG agar tidak turun terlalu dalam (karena IHSG hanya akan benar-benar jeblok jika semua orang berteriak panik dan putus asa, remember that).

Kabar baiknya, secara fundamental sebenarnya kinerja para emiten batubara belum begitu bagus, dan dampak dari kenaikan harga batubara yang sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu harusnya baru akan kelihatan di laporan keuangan mereka pada akhir tahun ini, dan awal tahun 2017 nanti. Dalam hal ini penulis jadi ingat dengan tahun 2011 lalu, dimana meski rally kenaikan harga batubara sudah terjadi sejak tahun 2009, namun saham-saham batubara baru benar-benar rame pada tahun 2011 tersebut (yang saya ingat betul adalah KKGI, yang meroket dari 1,700 ke 8,000). Intinya, terlepas dari kemungkinan fluktuasi jangka pendek (karena gak mungkin juga suatu saham, entah itu saham batubara atau lainnya, bakal naik terus tiap hari, melainkan pasti ada turunnya), namun yang jelas kita sudah tahu saham apa yang layak diburu pada awal tahun 2017 nanti, dimana itu, sekali lagi, akan menjaga optimisme para pelaku pasar.

Kelima, kita tahu bahwa sejak tahun 2015 lalu Pemerintah sebagai ‘grup konglomerasi’ terbesar di BEI banyak melakukan aksi korporasi mulai dari IPO BUMN, IPO anak usaha BUMN, dan right issue BUMN dalam rangka membiayai pembangunan infrastruktur, dimana aksi korporasi tersebut semakin intens dilakukan pada tahun 2016 ini, dan mungkin bakal lebih intensi lagi di tahun 2017 nanti. Nah, agar berbagai aksi korporasi tersebut sukses, maka apa syarat yang mutlak diperlukan? Kondisi pasar yang stabil, tentu saja! Contohnya, kalau pada satu waktu Pemerintah hendak meng-IPO-kan sebuah BUMN, tapi di waktu yang bersamaan IHSG jeblok sampai 4,500, misalnya, maka kira-kira IPO-nya bakal laku nggak? You know the answer. Jadi dalam rangka menjaga agar kondisi pasar tetap stabil dan optimisme investor tetap terjaga, maka pemerintah punya kepentingan untuk menjaga agar IHSG, kalaupun nanti turun maka penurunannya tidak akan sampai bikin orang-orang desperate, dan actually gampang saja bagi mereka untuk melakukan itu. Maksud penulis, anda pikir gimana caranya PPRO, SMBR, INAF, hingga TLKM bisa naik sampai setinggi itu, dan dalam waktu yang gak nyampe satu tahun?

So, believe me, kalau nanti IHSG drop sampai ke level dimana Pemerintah menganggap bahwa level tersebut sudah terlalu dalam, maka mereka akan langsung take action, entah itu melalui BEI, OJK, atau lainnya, dan seketika itu pula pasar akan dengan cepat pulih. Masih ingat ketika IHSG dilanda panic selling di bulan Agustus 2015 lalu? Ketika itu Menteri Rini juga langsung instruksi ke BBRI dkk untuk melakukan buy back saham, dan tak lama kemudian di bulan November-nya IHSG naik tajam, dan alhasil IHSG secara keseluruhan tidak turun terlalu dalam sepanjang tahun 2015.

Dan terakhir, keenam, setelah hampir saja jatuh ke lembah krisis pada tahun 2015 lalu, pada tahun 2016 ini fundamental makroekonomi Indonesia perlahan tapi pasti mulai pulih, thanks to gencarnya pembangunan infra oleh pemerintah, belum termasuk banyaknya paket kebijakan ekonomi untuk menstimulus sektor swasta (sejauh ini sudah ada 14 paket kebijakan), dan mulai berkembangnya sektor e-commercePada tahun 2015 lalu pertumbuhan ekonomi sempat tercatat hanya 4.67%, Rupiah anjlok sampai hampir tembus Rp15,000, inflasi 8% (waktu itu karena kenaikan harga BBM, setelah subsidi BBM dicabut sama sekali), pengangguran 6.2%, dan neraca ekspor impor juga sempat defisit (meski kemudian surplus lagi pada akhir tahun).

Sementara sekarang? Well, pertumbuhan ekonomi terakhir 5.02%, Rupiah stabil di Rp13,000, inflasi sangat rendah di level 3.3%, pengangguran 5.6%, dan neraca ekspor kembali surplus secara konsisten sejak awal tahun. Sementara faktanya di lapangan, anda mungkin bisa merasakan sendiri kalau jualan apapun pada tahun ini sudah lebih laku dibanding tahun 2015 lalu (sekedar mengingat lagi gimana sepinya iklim usaha pada tahun 2015 lalu, anda bisa baca lagi artikel ini). Kalaupun ada perkembangan yang tampak kurang bagus, maka itu adalah meningkatnya rasio utang Pemerintah terhadap PDB, dari 25% menjadi 27%, karena Pemerintah memang banyak mengambil utang untuk keperluan infrastruktur, namun tentu juga harus diingat bahwa rasio 27% tersebut masih sangat aman. Sebagai perbandingan, pada tahun 2004 - 2007 lalu rasio utang kita mencapai 35 - 52%, tapi toh perekonomian ketika itu baik-baik saja, dan IHSG malah naik kenceng.

And you know what? Semua perkembangan positif diatas dicapai ketika harga-harga komoditas terutama batubara dan CPO, yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia selama ini, sejatinya masih belum sepenuhnya pulih! Actually, ketika perekonomian di tanah air mulai terasa lesu selepas tahun 2011 lalu, maka yang jadi penyebabnya ya penurunan harga batubara dan CPO, yang notabene merupakan andalan utama ekspor Indonesia. Nah, berhubung kita tahu bahwa sekarang ini harga-harga komoditas mulai naik lagi, maka menurut anda bagaimana kira-kira outlook makroekonomi Indonesia untuk tahun 2017 mendatang???

Biji sawit dan batubara, dua komoditas utama Indonesia

Kesimpulan

Kesimpulannya IHSG mungkin akan lanjut turun, dan itu sangat normal, tapi penurunannya tidak akan terlalu dalam, apalagi sampai ke posisi panic selling seperti tahun 2015 lalu, dan penulis termasuk yang optimis bahwa IHSG akan menutup tahun 2016 pada posisi naik (dibanding posisinya awal tahun lalu, yakni 4,593). Kemudian, terlepas dari berapapun posisi IHSG pada akhir tahun nanti, maka kecuali terjadi peristiwa penting yang benar-benar berdampak signifikan terhadap iklim investasi di pasar modal, kita akan memulai tahun 2017 dengan optimisme tinggi, dimana jika para emiten kembali membukukan kenaikan laba setelah ‘puasa’ selama tiga tahun terakhir, maka pada tahun 2017 tersebut kita akan kembali menyaksikan IHSG break new high. We’ll see.

Okay, lalu bagaimana strateginya? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Well, it’s obvious, isn’t it? Kalau posisi anda masih full di saham, maka jual sebagian pegangan untuk memperoleh sejumlah cash, minimal 30% dari total nilai porto, tapi gak perlu sampai full cash juga karena toh ini cuma sementara, dimana asalkan anda memegang saham bagus pada harga murah, pada akhirnya saham-saham anda akan naik lagi. Just remember: Mau IHSG naik atau turun, yang penting fundamental ekonomi kita baik-baik saja. Pada tahun penghujung tahun 2015 lalu, ketika hampir semua orang terkapar KO di pojok ring setelah IHSG drop total 12.1% sepanjang tahun, penulis menjadi satu dari sedikit investor yang tetap optimis bahwa di tahun 2016 nanti kita akan mendulang profit besar (And indeed we did it, hehehee). Anda bisa baca lagi ulasan akhir tahun 2015 disini.

Balik lagi ke soal strategi. Namun kalau anda mau belanja full power, maka anda baru boleh melakukannya pada sekitar akhir Desember nanti, yakni ketika semua keributan soal Trump, Ahok dll ini mereda. Just remember: Seperti halnya kehebohan soal Tax Amnesty akhirnya meredup sendiri seiring dengan berjalannya waktu, maka semua kebingungan soal ‘Trump Effect’ ini juga nanti akan dilupakan orang, dan pasar akan pulih dengan sendirinya ketika orang-orang menyadari bahwa mereka sudah bisa membeli BBRI dkk pada harga yang reasonable. You may hear that time cures everything. And as a stock Investor, I totally believe in that!

Buku kumpulan analisis saham-saham pilihan berdasarkan kinerja perusahaan di Kuartal III 2016 sudah terbit! Anda bisa langsung memperolehnya disini.